Berita Madura

Ratusan Mahasiswa IAIN Pamekasan Demo Kenang September Hitam, Usung Miniatur Keranda Negara Berdosa

Dengan mengenakan baju dan celana serba hitam, mahasiswa lebih dulu berkumpul di kawasan Arek Lancor Pamekasan.

Penulis: Muchsin Rasjid | Editor: Ficca Ayu
TribunMadura.com/Muchsin Rasjid
Koordinator lapangan, Zamzami Syandana, berpayung hitam memegang mikrofon, saat orasi di depan Pendopo Ronggosukowati, Jalan Kabupaten Pamekasan, Kamis (21/9/2023). 

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Sekitar 100 pemuda yang tergabung dalam Republik Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN)  Pamekasan, unjuk rasa di depan Pendopo Ronggosukowati, Jalan Kabupaten, Pamekasan, Kamis (21/9/2023), pukul 15.30.

Dengan mengenakan baju dan celana serba hitam, mahasiswa lebih dulu berkumpul di kawasan Arek Lancor Pamekasan. Selanjutnya mahasiswa jalan kaki sambil membawa spanduk bertuliskan "Kami menolak lupa September Hitam" dan mengusung miniatur keranda bertuliskan " Negara Berdosa ".

Tiba di depan pendopo, mereka menghadap ke jalan raya dan berorasi bergantian. Sementara mahasiswa lainnya berdiri, masing-masing memegang kertas bergambar dan ada yang memegang  foto  almarhum aktivis Munir Said Thalib dan beragam tulisan berisi kalimat sindiran.

Baca juga: Kampus UMI Makasar Prodi Agribisnis Kunjungi Universitas di Luar Negeri Bersama Madura Travel

Baca juga: Mahasiswa Segel Pintu Kantor Pemkab, Kadis LH Bangkalan Beri Jawaban Singkat: Isinya Dunia Mas

Dalam orasinya Zamzami Syandana, selaku koordinator lapangan mengatakan, September Hitam merupakan bulan nestapa yang diperingati setiap tahunnya, untuk mengingat peristiwa kelam hak asasi manusia. Di bulan September dari masa ke masa masih nyata dalam ingatan bangsa ini. Dan mengingatkan negara untuk memenuhi tanggung jawabnya.

Mulai dari tragedi pembantaian 1966-1966. Tragedi Tanjung Priok 1984. Tragedi Semanggi II 1999. "Pembunuhan Munir, yang hingga saat ini pengungkapan kebenaran dan pemulihan korban pemulihan belum diberikan oleh negara," ujar Zamzami dengan lantang.

Menurut Zamzami, yang juga Presiden Mahasiswa (Presma) ini, walau dalam aksi ini tidak ada pejabat Pamekasan yang menemui, karena memang tidak harus ditemui, tetapi setidaknya apa yang dilakukan teman-temannya kali ini,  ingin mengetuk dan berharap negara ikut memikirkan para korban yang telah menimpa dan sebagai warga Indonesia juga hendaknya peduli terhadap keluarga korban.

"Negara belum bisa menyelesaikan persoalan ini. Sebab, sampai sekarang belum ada penyelesaian. Banyak pembantaian dan pelanggaran HAM yang terjadi di masa lampau yang sampai saat ini tidak diselesaikan oleh negara,” papar Zamzani.

Baca Berita Madura lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved