Berita Terkini

Sosok Syekh Ahmad Yasin, Tokoh Paling Berpengaruh di Palestina dan Pendiri Hamas, Masa Kecil Pilu

Inilah sosok Syekh Ahmad Yasin. Syekh Ahmad Yasin merupakan tokoh paling berpengaruh di Palestina, serta pendiri Hamas.

Editor: Januar
YouTube
Sosok Syekh Ahmad Yasin pendiri HAMAS 

TRIBUNMADURA.COM- Inilah sosok Syekh Ahmad Yasin.

Syekh Ahmad Yasin merupakan tokoh paling berpengaruh di Palestina, serta pendiri Hamas.

Syekh Ahmad Yasin sempat mengalami masa kecil yang memilukan.

Sosok Syekh Ahmad Yasin pendiri Hamas yang berjuang melawan Israel.

Ia adalah salah satu tokoh Islam yang paling berpengaruh di Palestina.

Ia dikenal sebagai pendiri dan pemimpin spiritual Hamas, sebuah gerakan perlawanan Islam yang berjuang melawan penjajahan Israel.

Namun, sebelum menjadi sosok yang disegani dan ditakuti oleh musuh-musuhnya, Syekh Yasin memiliki perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan dan cobaan.

Baca juga: Beda Reaksi Pemimpin Dunia soal Perang Hamas Lawan Israel, Ukraina dan Rusia Sikapnya Sama

Dilansir dari Intisari, Syekh Yasin lahir di desa Al-Jaurah, pinggiran Al-Mijdal, selatan Jalur Gaza, pada tahun 1937.

Ia berasal dari keluarga yang religius dan berpengetahuan luas.

Ayahnya meninggal ketika ia masih berusia lima tahun, sehingga ia harus hidup dalam keterbatasan ekonomi.

Saat berusia 12 tahun, ia mengalami kecelakaan olahraga yang menyebabkan tulang belakangnya patah dan membuatnya lumpuh dari leher hingga ujung kaki.

Ia juga mengalami kebutaan sebagian akibat penyakit glaukoma.

Meski demikian, ia tidak menyerah dan terus belajar dengan tekun.

Ia sempat mengenyam pendidikan di Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, tetapi tidak dapat menyelesaikannya karena alasan kesehatan.

Ia kemudian belajar di rumah dengan bantuan guru-guru yang mengajarkan kepadanya berbagai ilmu seperti filsafat, agama, politik, sosiologi, dan ekonomi.

Ia juga menjadi imam masjid di Rimal, Gaza, dan mengajar bahasa Arab dan tarbiyah Islamiyah di sebuah sekolah dasar.

Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas, rendah hati, dan peduli terhadap nasib rakyat Palestina.

Pada tahun 1973, ia bersama dengan beberapa aktivis lainnya mendirikan Mujama' al-Islamiyah (Asosiasi Islam), sebuah organisasi sosial yang memberikan bantuan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan kepada masyarakat Palestina.

Organisasi ini juga bergerak dalam bidang dakwah dan politik, dengan tujuan untuk menegakkan syariah Islam dan membebaskan Palestina dari penjajahan Israel.

Pada tahun 1984, ia ditangkap oleh Israel karena dituduh terlibat dalam serangan terhadap tentara Israel.

Ia dijatuhi hukuman 13 tahun penjara.

Di dalam penjara, ia bertemu dengan para tahanan politik lainnya yang berasal dari berbagai faksi perlawanan Palestina.

Ia berhasil menyatukan mereka di bawah bendera Islam dan membentuk sebuah gerakan baru yang bernama Hamas (singkatan dari Harakat al-Muqawamah al-Islamiyah atau Gerakan Perlawanan Islam).

Hamas adalah sayap militer dari Mujama' al-Islamiyah yang bertujuan untuk melawan Israel dengan segala cara, termasuk dengan menggunakan bom bunuh diri.

Hamas juga memiliki sayap politik yang berpartisipasi dalam pemilihan umum Palestina.

Pada tahun 1985, Syekh Yasin dibebaskan dari penjara sebagai bagian dari pertukaran tahanan antara Israel dan Jibril Front.

Ia kembali ke Gaza dan melanjutkan aktivitasnya sebagai pemimpin spiritual Hamas.

Ia menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi para pejuang Hamas dan rakyat Palestina.

Kemudian juga menjalin hubungan dengan negara-negara Islam lainnya, seperti Iran, Sudan, dan Qatar, untuk mendapatkan dukungan finansial dan politik.

Pada tahun 1997, ia kembali ditangkap oleh Israel setelah Israel gagal membunuh Khaled Mashal, salah satu pemimpin Hamas di Yordania.

Ia dijatuhi hukuman seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan.

Namun, pada tahun 1998, ia dibebaskan lagi sebagai bagian dari kesepakatan antara Israel dan Yordania untuk menyelamatkan nyawa dua agen Mossad yang terlibat dalam upaya pembunuhan Khaled Mashal.

Ia kembali ke Gaza dan melanjutkan perjuangannya.

Pada tahun 2000, ia mendukung Intifadhah al-Aqsa, sebuah pemberontakan rakyat Palestina yang dipicu oleh kunjungan Ariel Sharon, pemimpin Likud, ke Masjid al-Aqsa.

Ia mengajak rakyat Palestina untuk melakukan jihad melawan Israel dan menolak segala bentuk perundingan damai.

Kemudian juga mengkritik Otoritas Palestina yang dipimpin oleh Yasser Arafat karena dianggap tidak mampu membela hak-hak rakyat Palestina.

Pada tahun 2003, ia menjadi target utama dari operasi Israel yang bernama Targeted Killings, sebuah strategi untuk membunuh para pemimpin Hamas dan kelompok perlawanan lainnya.

Ia berhasil lolos dari beberapa upaya pembunuhan, termasuk satu yang menewaskan putranya, Abdel Aziz Yassin, pada bulan September 2003.

Namun, pada tanggal 22 Maret 2004, ia akhirnya syahid setelah tiga buah rudal yang dilepaskan melalui helikopter Apache milik Israel menghantam tubuhnya yang lumpuh total.

Saat itu, ia baru saja selesai menunaikan shalat subuh berjamaah di Masjid al-Mujama' al-Islami di Kota Gaza.

Ia meninggal dalam keadaan berpuasa dan bersama dengan tujuh orang lainnya, termasuk dua anaknya.

Kematian Syekh Yasin menimbulkan kemarahan dan kesedihan yang mendalam di kalangan rakyat Palestina dan umat Islam di seluruh dunia.

Jutaan orang menghadiri pemakamannya dan mengibarkan bendera Hamas. Ia dimakamkan di pemakaman Sheikh Radwan di Gaza.

Ia digantikan oleh Abdel Aziz al-Rantissi sebagai pemimpin Hamas, tetapi ia juga syahid sebulan kemudian akibat serangan Israel.

Syekh Yasin adalah sosok yang dikenang sebagai seorang mujahid, ulama, pemimpin, dan pejuang yang berdedikasi untuk Islam dan Palestina.

Ia adalah contoh dari seseorang yang tidak pernah menyerah dan tidak pernah takut menghadapi musuh-musuhnya.

Beliau adalah simbol dari perlawanan Islam terhadap penjajahan Israel.

Ia adalah inspirasi bagi generasi muda Palestina yang terus berjuang untuk meraih kemerdekaan dan keadilan.


Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved