Berita Sidoarjo

Kisah Pasangan Disabilitas di Sidoarjo, Berjuang Bantu Teman Senasib Lainnya

Stigma negatif terhadap penyandang disabilitas masih marak di masyarakat. Simak selengkapnya

Editor: Januar
Istimewa
Kisah Pasangan Disabilitas di Sidoarjo, Berjuang Bantu Teman Senasib Lainnya 

TRIBUNMADURA.COM, SIDOARJO- Stigma negatif terhadap penyandang disabilitas masih marak di masyarakat.

Namun, hal tersebut tidak menjadi masalah bagi pasangan suami istri (pasutri) asal Sidoarjo, Abdullah dan Indiarti. Pasangan pasutri ini mencoba menghapus stigma negatif yang masih ada dengan mengajak para disabilitas untuk menemukan jati diri masing- masing.


Pasangan Abdullah dan Indiarti adalah pasangan yang memiliki disabilitas yang sama, cacat pada bagian kaki. Bagi mereka, kekurangan malah menjadi penyatu hubungan keduanya untuk saling melengkapi dan memahami.

Abdullah mengaku, awal dirinya ketemu sang Istri bukanlah sebuah kebetulan. Ia merasakan keterkaitan saat awal petemuannya di komunitas difabel Surabaya beberapa tahun lalu. Sejak menikah, Abdullah dan sang istri bertekad untuk memperjuangkan hidup kaum sesamanya.

“Dulu sebelum menikah, saya kurang suka bergaul dengan sesama disabilitas karena minder ada stigma negatif. Tapi, saya kepengen tau rasanya ikut gabung komunitas sesama disabilitas. Ternyata pikiran saya salah, ternyata di komunitas itu saya bisa berbagai cerita dengan yang lainnya. Salah satunya dengan istri saya sekarang ini,” ungkap Abdullah sata ditemui di kediamannya Jalan Kololen Sugiono Gang 4 No 14, Ngingas, Waru, Sidoarjo (17/10/2023).

Baca juga: Dapat Motor dari Mensos Risma, Penyandang Disabilitas Tulungagung Bingung soal Pajak: Mana BPKB-nya?


Tidak dapat dipungkiri pernikahan pasutri ini menerima penolakan oleh keluarga masing- masing. Pihak keluarga ragu jika kedua penyadang disabilitas ini menikah akan terjadi hal yang tidak diinginkan kedepannya. Namun, semua ini terbantahkan saat pasangan ini berhasil memiliki dua belah hati yang sehat.

“Awalnya pernikahan kami ini tidak dapat restu dari orang tua. Karena mereka melihat jika sama- sama memiliki kekurangan bagaimana nanti menjalankan kehidupan rumah tangga,” tambah Abdullah.

Setelah menikah, pasutri ini memutuskan untuk tinggal berpisah dengan orang tua. Untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari, Abdullah dan Indiarti bekerja sebagai pedagang kaki lima di sekitar rumah mereka. Meskipun dengan keterbatasan fisik, Indiarti berhasil mengolah bahan mentah menjadi produk olahan makanan, seperti keripik talas, keripik pisang, dan arum manis.

“Kami jualan produk olahan sendiri, ada keripik talas, keripik pisang, dan arum manis. Alhamdulillah istri saya ini tangannya ajaib bisa buat berbagai olahan. Bahkan, pernah kami menerima catering makanan dari warga lain,” jelas Abdulllah.


Di samping itu, Indiarti, sang istri mengaku sejak dulu dirinya memang aktif di berbagai kegiatan untuk disabilitas. Ia memang ingin menghapuskan pandangan rendah terhadap kaumnya.

“Suami saya dulu ini enggan dulu bergabung komunitas. Tapi setelah gabung, dia berubah jadi ingin meningkatkan keseteraan penyandang disabilitas sama seperti saya. Alhamdulillah, akhirnya ada teman seperjuangan juga,” ungkap Indiarti, mantan Wakil Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Surabaya.

Indiarti menambahkan, masih banyak di luar sana disabilitas yang memiliki kekurangan seperti dia, tetapi belum tau cara untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Ia berserta suaminya berusaha untuk membantu kaumnya agar bangkit dari keterpurukan. Salah satunya mengajak mereka untuk aktif terlibat berbagai kegiatan pelatihan yang diadakan pemerintah maupun instansi lain.

“Saya mengajak mereka buat ikut pelatihan, seperti pelatihan menjahit, membuat kerajinan tangan, dan masih banyak lagi. Saya harap pelatihan dapat dikembangkan lebih lanjut hingga jadi sarana memperoleh pendapatan. Nanti juga kami bantu untuk pemasarannya,” tambah Indiarti.

Sebagai informasi, saat ini Abdullah dan Indiarti sedang aktif mengembangkan komunitas disabilitas yang mereka bentuk. Perkumpulan Disabilitas Daerah Waru (PDDW) merupakan komunitas yang sebagai wadah silaturahmi antarpara disabilitas daerah Surabaya- Sidorajo sekaligus bertujuan untuk membantu kesejahteraan kaum disabilitas, termasuk memperoleh haknya.

Berkat perjuangan pasutri ini, PPDW kini telah berhasil berkolaborasi dengan berbagai lembaga maupun stakeholder. Dalam kegiatanya, PPDW menjadi penyambung antara pihak eksternal dengan para anggotanya. PPDW sesekali pengerak bagi penyadang disabilitas untuk terus semangat menempuh kehidupan.

“PPDW ini seringkali mengadakan silaturahmi antarpenyandang disabilitas, bahkan menjadi perwakilan penyadang disabilitas saat agenda penyaluran bantuan. Terima kasih LMI yang sudah mendukung kami untuk terus berjuang,” pungkas Abdullah.

 

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved