Berita Pasuruan

‘Lapar’, Alasan Sepele Mertua Tega Gorok Menantu, Padahal Hamil 7 Bulan, Suami Korban Tak Terima

Mertua tega menggorok leher menantunya sendiri hingga tewas hanya gegara hal sepele. Tak ayal, anaknya tak terima mendengar alasan sang ayah tersebut.

Kolase TribunJatim.com dan Tribun-Medan.com
Mertua di Pasuruan mengaku lapar sehingga tega membunuh menantunya hingga tewas. Alasan ini tak diterima oleh anaknya sendiri, yang juga suami korban. 

Nurul Afini mengaku sempat berkomunikasi dengan sang anak hampir dua jam lamanya. Dan, rampung sekitar sekitar pukul 14.45 WIB.

Sepanjang berkomunikasi dengan san anak, tak ada obrolan yang benar-benar serius. Semuanya terdengar wajar.

Perbincangan yang terlain ringan-ringan saja, seputar menanyakan kabar keseharian, disertai senda gurau hangat seperti biasanya. Semua dirasa Nurul Afini tanpa keanehan.

'Bak petir menyambar di siang bolong', pada malam hari, sekitar pukul 17.30 WIB, ia tau menyangka bakal memperoleh kabar mengagetkan bahwa sang anak tak sadarkan diri hingga dibawa ke Puskesmas Purwoadi.

Ledakan emosi Nurul Afini makin membuncah setibanya di puskesmas tersebut sekitar pukul 21.00 WIB, dan ia harus mendapati anaknya sudah tak bernyawa dengan berbagai kejanggalan.

Saat orangtua korban Abdul Munir (58) dan Nurul Afini (49) saat ditemui di kediamannya, Perum Sinar Amerta Medayu Selatan, Medokan Ayu, Rungkut, Surabaya, pada Rabu (1/11/2023) siang
Saat orangtua korban Abdul Munir (58) dan Nurul Afini (49) saat ditemui di kediamannya, Perum Sinar Amerta Medayu Selatan, Medokan Ayu, Rungkut, Surabaya, pada Rabu (1/11/2023) siang (TribunMadura.com/ Galih Lintartika)

Kejanggalan yang diketahuinya seperti luka robek pada leher sisi kanan, dan kondisi memar pada bagian bawah perut anaknya yang membuncit karena hamil tujuh bulan.

"Aku tatak (berusaha kuat) di puskesmas. Di sana aku lihat anakku kok pegang perutnya. Posisi pegang perut, sininya (leher sisi kanan) menganga. Cuma wajahnya senyum. Ya Allah nak, Intinya saya mau keadilan," ujarnya.

Nurul Afini mengaku sempat tak menerima kematian sang anak yang demikian nahas. Apalagi, beberapa jam sebelumnya, ia sempat berkomunikasi dengan sang anak melalui sambung Vidcall WA.

Namun, saat dirinya berupaya tetap tegar dengan memaknai semua ini sebagai suratan takdir dari Sang Ilahi, ia perlahan-lahan mulai merelakan kematian sang anak meskipun berata dan menyesakkan dada.

Seraya berupaya mereguk hikmah dari kejadian yang sejatinya membuat ia berkalang air mata. Nurul Afini akhir mengangguk-angguk, bahwa beberapa perkataan aneh yang kerap kali dilontarkan sang anak selama Vidcall beberapa jam lalu, dan setiap momen berkomunikasi di beberapa kesempatan sebelumnya, merupakan petanda atau firasat kepergian sang anak.

Perempuan berkemeja batik warna merah itu, akhirnya menyadari bahwa momen sang anak kerap kali memohon maaf kepada dirinya meskipun tidak jelas kesalahannya, selama berkomunikasi melalui WA, adalah petanda kepergian.

Ia menceritakan isi percakapan terakhir bersama sang anak pada hari itu. Pertama, sang anak sempat berupaya untuk menjual televisi beserta STB-nya untuk membeli motor agar bisa beraktivitas ke luar rumah.

Kedua, sang anak juga sempat bercerita bahwa pada hari itu telah resmi memiliki Kartu Keluarga (KK) tersendiri dengan suaminya; Sueb.

Sehingga keduanya telah resmi sebagai pasangan suami istri (Pasutri) yang berdomisili di Pasuruan.

Tak pelak itulah yang membuat korban Fitria Almuniroh Hafidloh akhirnya dimakamkan di kompleks permakaman umum setempat atau sesuai dengan domisili catatan kependudukan terbaru, yakni di Desa Parerejo, Purwodadi, Pasuruan.

"Ya di hari itu, dia dan suaminya dapat KK sendiri," katanya.

Kemudian, disela percakapan tersebut, lanjut Nurul Afini, sang anak kerap beberapa kali menyampaikan permohonan maaf yang tak jelas peruntukkan atas kesalahan apa.

"Dia bilang lagi; bu sepurane sing akeh, aku mesti ngerepoti ibu. Jadi dia itu dalam satu bulan ini, setiap kali WA saya selalu bilang; ibu Baik baik saja, aku minta maaf merepoti ibu, saya belum bisa membahagiakan ibu," terangnya.

Baca juga: Reaksi Aneh Istri yang Hidup dengan Jasad Suami & Anak, Ngaku Tak Kenal Korban, Dokter Kebingungan

Ucapan aneh dari sang anak itu tak hanya disampaikan saat berkomunikasi terakhir pada siang kemarin.

Namun, dalam kurun waktu sebulan, setiap berkomunikasi melalui sambungan telepon WA. Sang anak acap menyampaikan permohonan serupa seperti siang itu.

Dan Nurul Afini mengaku, tidak terlalu memahami pernyataan maaf dari sang anak itu. Hingga akhirnya peristiwa nahas ini terjadi, kini ia mulai memahami maksud sang anak yang mungkin hendak berpamitan sebelum berpulang.

"Firasat ada. Satu bulan sebelumnya, dia minta maaf terus. Terus bolak bolik WA itu saya ditelponi terus," katanya.

"Biasanya kalau di sekolah, saya gak bisa angkat karena kerjaan. Dia bilang mengiranya saya sedang marah (padahal sibuk urusan sekoah)," tambah wanita yang juga menjabat sebagai kepala sekolah SMP swasta di Kalibokor, Gubeng, Surabaya itu.

Berdasarkan informasi yang diketahui olehnya, Nurul Afini menduga, sang anak dianiaya demikian keji hingga tewas, tak lama, setelah sang anak menutup telepon Vidcall dengannya, sekitar pukul 15.00 WIB.

Namun, ia mengaku memasrahkan semua proses pengusutan hukum kasus tersebut kepada pihak kepolisian Polres Pasuruan. Namun, berharap pelaku dikenai hukuman semaksimal mungkin dan seadil-adilnya.

"Saya video call dari jam 13.00-14.45 hampir jam 3 sore. Aku menduga ya jam itu, setelah kami telpon. Kemudian, kalau kata polisi, diketahui pertama sama suaminya ya jam 4-an atau jam 5-an," pungkasnya.

----

Berita Madura dan berita viral lainnya.

Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunMadura.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved