Berita Bangkalan

Jelang Akhir Masa Bakti, Pj Bupati Bangkalan Makan Siang di Kesunyian Pesisir Kota, Lahap 2 Ikan

Menyantap hidangan beraneka menu makanan di sela acara kedinasan sebagai Pj Bupati Bangkalan, selalu mewarnai padatnya rutinitas harian Prof Arief M

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Januar
TribunMadura/ Ahmad Faisol
LAHAP TAK TERSISA : Empat hari menjelang akhir masa tugasnya sebagai Pj Bupati Bangkalan, Prof Arief M Edie memilih Warung Matus di pesisir Desa Ujung Piring, Kota Bangkalan yang lokasinya jauh dari hiruk pikuk untuk makan siang, Minggu (16/2/2025). Arief melahap habis dua ekor ikan dorang goreng hingga menyisakan tulang dan kepala 

“Alhamdulillah ukuran warung terus berkembang 7x9 meter dan tambah besar seperti sekarang ini. Niat saya pertama ingin membantu masyarakat di sini karena suasana desa ini sepi sekali, tidak ada mobil yang melintas. Di situlah saya ada pemikiran bagaimana caranya agar Desa Ujung Piring dan Desa Sembilangan bisa dikenal masyarakat luas,” kenangnya.

Untuk diketahui, Desa Ujung Piring, Desa Sembilangan, Desa Kramat, serta Desa Martajasah merupakan wilayah ujung paling Barat di Pulau Madura. Kawasan pesisir Barat Kota Bangkalan sedang dikembangkan Pemkab Bangkalan sebagai kawasan industri kemaritiman.

Bahkan dalam perkembangannya, langkah pemkab di bawah kepemimpinan Pj Bupati Bangkalan, Arief M Edie semakin mantap menjadikannya sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industri Kemaritiman. Seperti halnya Batam, Cilegon, dan Tanjung Priok. Karena secara perlahan, wilayah tersebut menjadi kawasan primadona bagi para pelaku usaha, khususnya di bidang shipyard atau galangan kapal berskala besar.  

Selain PT Adiluhung Sarana Segara Indonesia yang telah berdiri sejak 1992 di pesisir Desa Ujung Piring, beroperasi pula PT Triwarako Utama dan PT Galangan Samudra Madura di lokasi yang sama.

Saat ini juga sedang berproses pengerjaan konstruksi PT Aatikah Lubna di atas lahan seluas 4,5 hektar di Desa Ujung Piring. Perusahaan tersebut akan concern di bidang Military Speciality atau Dedicated Shipyard. Sementara PT Samudera Nirwana Sejahtera saat ini sedang berproses pengurusan perizinan.

Matus menjelaskan, sebelum industri galangan kapal menjamur, kawasan tersebut sempat terpuruk setelah PT Adiluhung sempat berhenti beroperasi karena diterpa krisis moneter di tahun 1998. Namun seiring kembali membaiknya perekonomian, Matus semakin yakin kegiatan usaha warungnya akan kembali menuai hasil.

“Di sekitar sini informasinya ada pengembangan perusahaan dock baru selain PT Adiluhung, syukurlah. Setidaknya bisa membantu masyarakat sekitar, ibu-ibu juga bisa cari nafkah membantu suami dengan bekerja di sini. Saya tidak pernah menolak hasil laut masyarakat nelayan, ada satu ekor kepiting tetap saya beli. Kasihan, mereka mau jual ke mana lagi,” pungkas ibu dengan satu orang anak itu. 


Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved