Hikmah Ramadan 2025
Merawat Kemabruran Puasa, dari Shabir ke Mashabir
Nabi Ayyub adalah orang yang paling sabar di dalam Al-Qur’an. Ia diuji oleh Allah SWT dengan penyakit aneh.
"Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (Q.S. Shad/38:44).
Yang menarik dari kisah ini adalah Allah SWT menyebut Nabi Ayyub sebagai orang yang shabir, bukan mashabir atau shabur.
Dalam Al-Qur’an, ada tiga istilah yang sering digunakan Allah SWT, yaitu shabir, mashabir, dan shabur.
Shabir merujuk pada orang yang sabar, tetapi kesabarannya masih bersifat temporer, memiliki batas, dan sewaktu-waktu bisa hilang ketika menghadapi tekanan yang sangat besar.
Mashabir adalah orang yang kesabarannya bersifat permanen dan tanpa batas. Jika seseorang berkata, "Kesabaran ada batasnya," maka ia belum masuk dalam kategori mashabir.
Shabur hanya berlaku untuk Allah SWT. Oleh karena itu, salah satu sifat Allah yang ditempatkan dalam Asmaul Husna adalah Al-Shabur.
Allah SWT disebut Al-Shabur karena Dia sama sekali tidak terpengaruh oleh ulah dan tingkah laku hamba-Nya.
Sekufur dan sezalim apa pun seorang hamba, Allah tetap tidak bergeming dan selalu bersedia untuk memaafkannya.
Hal ini menjadi bukti bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.