Berita Viral

Kepsek Bingung 5 Tahun Bangunan SD Rusak Lambat Ditanggapi, Siswa Belajar dengan Was-Was, Kini Roboh

Bangunan SD Negeri di Seluma, Bengkulu, berakhir roboh setelah rusak selama lima tahun.

Editor: Mardianita Olga
KOMPAS.com/Firmansyah
SEKOLAH ROBOH - Bangunan Sekolah Dasar (SD) Negeri 178 di Kabupaten Seluma, Bengkulu, terpaksa belajar di bawah pohon atau rumah dinas guru gegara bangunan roboh. Ternyata bangunan sekolah sudah rusak parah selama lima tahun. 

TRIBUNMADURA.COM - Bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 178 di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, berakhir roboh usai lima tahun rusak.

Selama itu pula siswa belajar di dalamnya dengan perasaan was-was.

Bagaimana tidak? Dinding retak bahkan plafon jebol bisa sewaktu-waktu menimpa mereka.

Sang kepala sekolah (Kepsek), Yudi Wahyu Hidayat, mengatakan bahwa kerusakan di ruangan kelas telah terjadi sejak 2007.

Lima tahun belakangan kerusakan itu makin parah.

"Ada tiga ruang kelas yang rusak sejak tahun 2007, namun kerusakan bertambah parah dalam lima tahun terakhir. Kami masih belajar di ruang kelas yang rusak selama lima tahun ini," ujar Wahyu saat dihubungi Kompas.com melalui telepon.

Sebab itu, tiga minggu setelah sekolah roboh, para siswa kini terpaksa belajar di bawah pohon dan rumah dinas guru.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunMadura.com

Baca juga: Akibat Tembok Pembatas Lapangan Karapan Sapi Roboh, Satu dari 4 Korban Meningal Dunia

"Tiga minggu lalu, dinding ruang kelas roboh, sehingga siswa terpaksa belajar di bawah pohon dan di rumah dinas guru," katanya melanjutkan.

Menarik ke belakang, siswa belajar dengan was-was di ruangan yang rusak.

"Lima tahun ruang kelas rusak parah, kami masih belajar di dalam meski dalam keadaan was-was karena dinding retak, plafon jebol, bocor, dan akhirnya dinding roboh," ungkapnya.

SDN 178 hanya memiliki 15 siswa akibat lokasinya yang terpencil, yaitu di Desa Pagar Agung, Kecamatan Ulo Talo. 

Pemerintah sempat merencanakan penggabungan sekolah ini dengan SD terdekat di Desa Muara Simpur, yang berjarak hanya dua kilometer.

Namun, rencana tersebut terhambat oleh keberadaan jembatan gantung sepanjang 100 meter yang harus dilalui siswa.

"Orang tua siswa khawatir, akhirnya rencana penggabungan batal," kata Yudi.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved