Berita Kediri

Nobar Sound Horeg Berujung Maut,  1 Keluarga Tewas dan 1 Orang Kritis

Karnaval sound horeg di Kabupaten Kediri berujung duka dan memakan korban tewas. Sebanyak dua orang tewas dalam peristiwa tersebut.

|
Editor: Januar
istimewa/ Isya Anshori
NOBAR MAUT SOUND HOREG - Karnaval sound horeg di Kabupaten Kediri, Sabtu (26/7/2025) lalu memakan 'korban', setelah dua orang penonton tewas dan satu lainnya kritis akibat pesta miras oplosan saat menonton karnaval tersebut. 

Poin Penting: 

  • Karnaval sound horeg di Kediri berujung duka
  • Sebanyak 2 orang tewas karena pesta miras saat nobar karnaval sound horeg yang oleh panitia dinamakan karnaval sound system, di Desa Kepung, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri. Panitia oleh panitia dinamakan karnaval sound system. 
  • Kedua orang korban tewas masih 1 keluarga, yakni paman dan keponakan

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

TRIBUNMADURA.COM, KEDIRI - Kemeriahan karnaval sound horeg di Kabupaten Kediri berujung duka.

Ini setelah tiga orang warga menjadi korban usai menyaksikan acara tersebut. Dua meninggal dunia, satu kritis. 

Menariknya, para korban masih satu keluarga. Yakni, paman dan dua keponakannya. 

Namun, penyebab tewas dan kritis bukan karena sound horeg. Tapi karena dampak miras oplosan yang mereka konsumsi saat menyaksikan acara yang oleh panitia dinamakan karnaval sound system. 

Suasana duka menyelimuti keluarga di Dusun Gadungan Timur Desa Gadungan Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. Tiga anggota keluarga diduga menjadi korban keracunan minuman keras (miras) yang mereka konsumsi saat menonton karnaval sound horeg, di Desa Kepung, Sabtu (26/7/2025) lalu. 

Dua di antara korban meninggal dunia, sementara satu lainnya masih dirawat intensif di rumah sakit.

Korban pertama yang meninggal adalah Pornomo (43) yang merupakan paman dari dua korban lainnya. Dia mengembuskan napas terakhir pada Senin (28/7/2025) kemarin sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit dan telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) desa setempat sore harinya.

Disusul kemudian oleh keponakannya, Deta Wirapratma (23) yang sempat menjalani perawatan intensif di ICU RS Kabupaten Kediri (RSKK) Pare  .

Deta dinyatakan meninggal dunia pada Selasa dini hari (29/7/2025) pukul 03.30 WIB. 

"Almarhum Deta masuk ICU pada Senin pukul 21.00 WIB. Pagi tadi kami dihubungi bahwa dia telah meninggal dunia," kata Subakri (55) kerabat korban saat ditemui di TPU setempat. 

Korban ketiga, Agung Winarko (21) adik dari almarhum Deta, saat ini masih dirawat secara intensif di ruang ICU RSKK Pare karena kondisinya yang masih kritis.

Pantauan di lokasi, setibanya jenazah Deta di rumah duka, prosesi pemakaman pun segera dilakukan. Jenazah langsung dimandikan, dishalatkan, dan kemudian dimakamkan di TPU desa menyusul pamannya Pornomo yang lebih dulu dimakamkan sehari sebelumnya.

Namun sebelum dimakamkan, pihak kepolisian datang dan meminta jenazah dibawa ke RS Bhayangkara Kota Kediri untuk dilakukan otopsi.

Ketiganya disebut-sebut menenggak miras oplosan saat menyaksikan sound system yang menjadi bagian dari karnaval budaya di Desa Kepung.

Menurut keluarga, mereka menikmati hiburan musik keras itu sambil minum-minuman keras yang belum diketahui secara pasti kandungannya.

"Yang saya tahu, mereka minum saat melihat sound system di karnaval Desa Kepung. Tapi soal mereka beli di mana, dan minumnya di mana, saya tidak tahu pasti," jelas Subakri.

Kasatreskrim Polres Kediri AKP Joshua Peter Krisnawan membenarkan bahwa pihak kepolisian telah menerima laporan kejadian tersebut dan saat ini masih melakukan proses penyelidikan.

Salah satunya dengan mengirim jenazah Deta untuk diotopsi di RS Bhayangkara Kota Kediri.

"Soal kandungan zat dalam minuman yang mereka konsumsi masih dalam proses pemeriksaan lebih lanjut. Kami masih menunggu hasil otopsi," tegas AKP Joshua.

"Kami berkomitmen menangani perkara ini secara prosedural sesuai dengan pembuktian berbasis ilmiah," tandasnya.

Sebelumnya, gelaran karnaval sound bertajuk Duwet Reborn Carnival 2025 yang digelar di Desa Duwet, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri juga berakhir ricuh.

Parade sound horeg yang semula berlangsung meriah harus dihentikan paksa oleh aparat kepolisian setelah melebihi batas waktu yang telah disepakati dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) antara panitia pemerintah desa dan aparat keamanan Sabtu (19/7/2025) malam lalu.

Warga yang memadati lokasi sempat terlibat ketegangan dengan petugas saat dilakukan upaya pembubaran.

 Bahkan, sejumlah warga yang kecewa terlihat membakar sampah dan barang di sekitar panggung sebagai bentuk protes.

Wakapolres Kediri, Kompol Hary Kurniawan mengatakan bahwa tindakan pembubaran dilakukan karena kegiatan parade sound telah melanggar kesepakatan teknis yang sebelumnya telah ditetapkan.

"Acara ini telah melampaui waktu yang disepakati dalam SKB, yaitu pukul 22.00 WIB. Saat itu masih ada peserta yang belum selesai tampil dan volume sound melebihi ambang batas. Demi menjaga ketertiban umum, kami terpaksa melakukan penertiban," jelas Kompol Hary saat dikonfirmasi, Senin (21/7/2025).

Menurut Hary sejak sore hari pihak kepolisian sudah melakukan pengecekan teknis dan memberikan peringatan kepada beberapa peserta.

Beberapa pelanggaran langsung ditindak, termasuk dengan mencabut sambungan kabel sound system yang tidak sesuai ketentuan.

Situasi sempat memanas ketika petugas mulai menghentikan parade. Sejumlah warga di sisi barat area panggung menolak pembubaran dan melakukan aksi protes.

Namun berkat pendekatan persuasif dari tim gabungan, termasuk koordinator lapangan acara, ketegangan berhasil diredam dalam waktu singkat.

"Memang sempat terjadi ketegangan, tetapi kami tetap mengedepankan pendekatan humanis. Tidak ada tindakan represif. Api berhasil dipadamkan dan massa diminta meninggalkan lokasi secara tertib. Kami pastikan tidak ada kericuhan besar yang mengganggu stabilitas," ungkapnya.

Kompol Hary juga menyebut pembubaran dilakukan demi keamanan bersama.

"Kami tidak melarang kreativitas masyarakat dalam mengekspresikan budaya, tetapi harus tetap dalam koridor aturan dan tidak mengganggu ketertiban umum. Semua kegiatan di Kabupaten Kediri akan terus kami kawal agar aman dan tertib," tegasnya.

Dia berharap, ke depan panitia penyelenggara bisa lebih mematuhi aturan dan menjalin komunikasi intensif dengan pihak berwenang agar kegiatan serupa dapat berlangsung aman tanpa insiden.

Dalam parade gelaran Duwet Reborn Carnival 2025 kemarin, diikuti sebanyak 39 peserta sound dari berbagai wilayah di Kediri dan sekitarnya.

Masing-masing peserta menampilkan keunggulan tata suara dan kreativitas dalam mendesain panggung berjalan yang memikat ribuan penonton. 

 
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved