Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian
TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Mitok, seorang janda tua yang berhasil mengantarkan kedua anaknya menjadi seorang TNI (Tentara Nasional Indonesia).
Ibu berusia 65 tahun itu, tinggal di Desa Jalmak, Kecamatan Kota, Kabupaten Pamekasan.
Mitok menceritakan, sejak ditinggal suami pada tahun 1998, ia hidup menjanda yang luput dari perhatian pemerintah.
Namun, meski hidupnya dihiraukan pemerintah daerah maupun desa.
Baca juga: Tenaga Kesehatan di Kota Malang Diprioritaskan Mendapat Vaksin Covid-19 Tahap Awal
Baca juga: Pasar Sedekah di Desa Bangkes Kabupaten Pamekasan, Warga Boleh Ambil Kebutuhan Pokok Secara Gratis
Baca juga: Belasan Anggota Polsek Banyuates Kabupaten Sampang Ikut Test Urine Narkoba, Ini Hasilnya
Ia mengaku tidak patah semangat untuk mencari biaya untuk masa depan anak-anaknya.
Berkat perjuangannya itu, kedua anaknya berhasil menjadi seorang Tentara.
Anak pertamanya bernama Hermanto.
Saat ini, Hermanto bertugas di Kesdam V Brawijaya.
Anak keduanya, bernama Syaiful Efendi.
Saat ini, ia bertugas di Yonif 751 Papua.
Selain berhasil mengantarkan kedua anaknya menjadi anggota TNI.
Baca juga: Imun Warga Desa Dinilai Lebih Kuat, Pemkab Sumenep Minta Warga Tetap Patuhi Protokol Kesehatan
Baca juga: Peminjaman Modal Bagi Pelaku UMKM Sudah Disahkan Pemkab Pamekasan, Tersedia Anggaran Rp 5 Miliar
Baca juga: Kecam Macron Hina Islam, FKUIB Ponorogo Deklarasi Boikot Produk Prancis
Mitok juga bisa menyekolahkan putrinya hingga berhasil menjadi seorang perawat di salah satu rumah sakit di Pamekasan.
Fitriana, anak ketiga dari ibu Mitok itupun rupanya berhasil meluluhkan hati seorang tentara, Sertu Khairul Umam (Babinsa 0826/03 Pamekasan) hingga akhirnya mereka pun sah menjadi suami istri.
"Sejak ditinggal suami saya berjualan klontongan. Ia kalau musim cabai ikut menjualkan cabai milik orang. Tapi meski hanya begituan alhamdulillah bisa mensukseskan anak," kata ibu Mitok saat ditemui di rumahnya, Jumat (6/11/2020).
Ibu empat anak itu menuturkan, kehidupannya semasa anak-anaknya belum sukses tinggal di sebuah gubuk reot.
Saking kurang mampunya, untuk keperluan makan esok hari harus mencari hari itu juga.
Jika tidak ada makanan untuk dimakannya, dia harus meminjam uang kepada tetangga.
Bahkan, tergadang tidak makan seharian.
"Untuk makan besok yang kami cari besok. Jika anak-anak tidak makan, saya nangis sendirian kasihan liat anak-anak," pilunya.
Melihat ketiga anaknya sudah sukses seperti ini, ibu Mitok merasa bangga.
Ia menilai jerih payah menjadi tulang punggung anak-anaknya tidak sia-sia.
"Beruntung anak saya sekarang sudah sukses semua dan bisa tinggal di rumah bagus, meski punya anak," terangnya.
Saat ini, dia mengaku telah mendaftarkan diri sebagai calon jamaah haji dari hasil berjualan di depan rumah anaknya (toko).
Hanya saja, kata dia, untuk tahun pemberangkatannya belum jelas.
"Alhamdulillah sudah setor, namun belum dapat panggilan. Naik haji cita-cita saya dari dulu," tambahnya.
Oleh karena itu, dia meminta kepada seluruh wanita, lebih-lebih janda untuk tetap tegar dengan kondisi apapun.
Sebab, masa depan anaknya ada di tangan orang tua.
Begitupun sebaliknya, dia meminta para anak untuk selalu menghargai pengorbanan kedua orang tua atas jerih payah yang bisa membesarkan dan menyekolahkannya.