Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNMADURA.COM - Malam merupakan saat penuh keutamaan.
Seorang Muslim dianjurkan untuk beristirahat agar tenaganya pulih, sekaligus beribadah di sepertiga malam terakhir.
Tetapi, malam ternyata juga menjadi saat bagi para setan untuk menganggu manusia.
Terutama ketika tidur, karena manusia dalam keadaan begitu lemah.
Baca juga: Hasil Skor Sementara Persik Kediri Vs Madura United Babak I Piala Menpora 2021 Masih Sama Kuat 0-0
Baca juga: Dua Desa di Kabupaten Sumenep Madura Dihantam Angin Puting Beliung, Tiga Orang Alami Luka-luka
Baca juga: BREAKING NEWS Pelatih Tim Sepak Bola PON Jatim Rudy Keltjes Alami Kecelakaan, Dokter KONI Buka Suara
Baca juga: Wali Kota Malang Waspadai Adanya Lonjakan Kasus Covid-19 Saat Masa Larangan Mudik Lebaran 2021
Setiap insan pasti ingin memiliki kualitas tidur yang baik dan nyaman tanpa ada gangguan-gangguan dari orang zalim maupun gangguan dari jin dan setan.
Oleh karena itu, selain kita harus waspada kita pun perlu untuk berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Artinya : “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6)
Kita harus berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah :
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208)
Masuklah dalam “silmi” artinya adalah lakukanlah ketaatan kepada Allah. Disebutkan dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, sebagaimana pendapat dari Ibnu ‘Abbas, Abu ‘Aliyah, dan Ar-Rabi’ bin Anas ketika menafsirkan ayat di atas.