Nyambi Jadi Pemulung Pak Guru Alvi Tak Malu Disapa Murid di Jalan, Sudah Dilakukan Selama 36 Tahun

Penulis: Ani Susan
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Nyambi menjadi pemulung Pak Guru Alvi tidak malu saat disapa para muridnya di jalan. Hal ini bahkan sudah dilakukannya selama 36 tahun.

Periode ketiganya berakhir Oktober 2024 nanti.

Padahal banyak pekerja aktif enggan menjadi Ketua RT karena takut keteteran.

Apalagi menjadi Ketua RT harus siaga setiap waktu dan kapanpun warga membutuhkan sosoknya.

Sariyanto menceritakan awal mula bekerja di Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai ASN .

Mulanya, Pak Yanto bekerja di Teknik Geologi sejak 5 Januari 2005 sebagai penjaga gedung.

Empat tahun kemudian, pada 1 Oktober 2009, ia berpindah pada jabatan teknisi laboratorium.

Sejak 1 April 2011 sebagai laboran di laboratorium Geologi Optik, berarti dia sudah 13 tahun menjadi laboran.

Setiap hari, ia pulang pergi bekerja dari tempat tinggalnya di Dusun Biru kelurahan Trihanggo, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ke UGM.

Untungnya, jaraknya 5,7 km atau sekitar 15 menit.

Sebagai ASN, ia harus bekerja dalam lima hari kerja, lalu untuk bertani harus meluangkan waktu di hari Sabtu dan Minggu.

Menjadi petani sendiri baru dilakoni sejak November 2022, jadi belum begitu lama.

Pak Yanto mengaku mencoba menjadi petani karena dipicu keinginan memanfaatan lahan dan menyalurkan salah satu hobinya, yaitu bercocok tanam.

“Juga sebagai ajang silaturahmi dan bersosial di lingkungan masyarakat,” katanya, dilansir dari laman UGM via Kompas.com.

Sebidang tanah di Mbulak Nganjir, Sleman, dia garap bersama istrinya.

Tanah berupa sawah ini ditanami berbagai jenis tanaman produktif, mulai dari padi, ketela pohon, kacang prol, dan cabai.

"Bertani itu asyik dan baik, petani selalu menggantungkan nasib hidupnya dari rejeki yang diberikan oleh Tuhan," ungkapnya.

Dalam bertani Pak Yanto banyak diilhami oleh petuah 'nandur apa sing dipangan lan mangan apa sik ditandur'. Nah, hasil bertaninya dimanfaatkan untuk swasembada pangan keluarga, sementara sebagian lainnya dijual untuk kebutuhan sehari-hari.

Berita Terkini