Saat itu usia Desiree baru 1 tahun.
Sedangkan saudara laki-laki Desiree meninggal dunia.
Kemudian ada pasangan suami istri warga Negara Belanda yang tidak memiliki anak datang ke yayasan.
Pasangan itu lalu mengadopsi Kuniyah dan mengganti namanya menjadi Desiree.
Desire lalu dibawa ke Kota Laiden, Belanda.
Namun orangtua angkat Desiree kini telah meninggal dunia.
Desiree lalu mencari keberadaan ibu kandungnya setelah menemukan beberapa dokumen.
Bermondal fotocopy KTP usang, Desiree mulai melacak melacak keberadaan ibu kandungnya melalui Kantor Catatan Sipil.
Pihak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pekalongan lalu menhubungi Kepala Desa Logandeng.
"Dari pengakuan ibu tersebut, ada salah satu anak kandungnya itu dititipkan sama orang, untuk diasuh. Ternyata larinya sampai Belanda. Ibu Cariyah tidak tahu, informasi itu lalu saya padankan dengan dokumen yang dia (Desiree) bawa, KTP ibu Casriyah yang dulu, itu memang benar," ucap Kusnoto.
Awalnya pertemuan ibu dan anak ini masih canggung karena keterbatasan bahasa.
Baca juga: Gali Bukti Kasus Dugaan Asusila oleh Kiai di Jember, Polisi Periksa Kiai dan Bu Nyai Secara Terpisah
Sementara itu, pertemuan setelah terpisah lama dialami pula oleh pasangan suami dan istri di Trenggalek.
Mereka adalah Muhadi (72) dan Surti (65).
Suami istri ini sempat terpisah selama 30 tahun lamanya karena sang suami merantau ke Malaysia.
Pertemuan terakhir pasutri ini terjadi pada 1992.