Bukan cuma oleh teman sekelas, P juga bercerita bahwa ia dirundung oleh guru-gurunya.
Baca juga: Polres Pamekasan Madura Sosialisasi Stop Bullying ke Sekolah, Sembari Edukasi Siswa Tak Takut Polisi
"Dia dikucilkan di kelas, kalau asumsi saya, seperti guru juga mendukung juga. Jadi si anak saya itu sering dipermalukan di depan kelas oleh guru itu jadi contoh yang jelek di kelas lain," ujar Fuji Lestari, dilansir TribunnewsBogor.com dari tayangan Youtube Dedi Mulyadi, Jumat (18/7/2025).
"Dijadikan contoh yang jelek, contohnya bagaimana?" tanya Dedi Mulyadi heran.
"Kata (guru) itu si P mah enggak diurus sama orangtuanya. Itu di depan kelas pas pelajaran dia, itu di kelas 10.12. Kata teman-temannya," kata Fuji.
Bukan cuma satu guru, P saat masih hidup juga pernah bercerita bahwa ia sempat dihina oleh seorang guru fisika.
Kala itu P disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK).
"Pernah juga (korban) dibilang, sama guru 'kamu tuh ABK?'. Karena dia (korban) salah rumus kalau enggak salah, enggak bisa mengerjakan. Katanya 'kamu ABK'," ungkap Fuji pilu.
Mendengar cerita tersebut, Dedi Mulyadi penasaran dengan sosok guru yang diduga merundung korban.
Fuji akhirnya mengungkap identitas guru tersebut.
"Gurunya siapa?" tanya Dedi Mulyadi.
"Yang bilang (korban) ABK mah guru Fisika. Kalau yang wali kelasnya mah bu Yulia guru bahasa Indonesia," imbuh Fuji.
"Dia (korban) paling ini (trauma) sama wali kelasnya," sambung ayah korban.
"Oh dia tuh seperti mengalami problem psikologi terhadap wali kelasnya?" tanya Dedi lagi.
"Iya, dia (korban) tiap ditanya enggak mau lagi ketemu bu guru itu lagi. Sakitnya tuh memang, kalau ngomongin ibu guru itu kayak marah," akui Fuji.
Bukan cuma asumsi, Fuji mengaku korban sebelum mengakhiri hidup memang pernah bercerita ke ibunya soal sosok guru yang merundungnya itu.
"(Korban) Ke ibu pernah cerita kenapa dia marah ke wali kelasnya?" tanya Dedi Mulyadi.
"Ceritanya itu setelah saya tahu pas h-2 pembagian rapot. Saya bilang 'kakak pindah sekolah'. Dia diam, sama saya ngobrol, baru dia cerita katanya sering bilangnya 'saya mah sering dijadikan contoh buruk, saya dipermalukan depan kelas'. Jadi di depan kelas tuh apa-apa salah," kata Fuji.
"Si ibu itu selalu terus memojokkan," sambungnya.
Baca juga: Anak Tiba-Tiba Tak Mau Masuk Sekolah, Waspada Mungkin Anak Jadi Korban Bullying, Segera Deteksi Dini
"Karena dianggap mengalami penurunan, ketertinggalan dalam pembelajaran, diduga gurunya tidak memotivasi malah menjatuhkan mentalnya," respon Dedi Mulyadi.
Terkait dengan dugaan ibu guru membully anaknya, Fuji mengaku pernah mengonfrontasinya secara langsung.
Namun saat bertemu dengan wali kelas anaknya, Fuji tak puas dengan respon sang ibu guru.
"Saya bilang ibu anak saya ini ada pembully-an, kan saya sering dipanggil ke BK semester 1 tapi enggak pernah menceritakan hal ini? kenapa ibu tidak bilang anak saya tuh mengalami hal seperti itu," imbuh Fuji.
"Ketika ibu bercerita tentang pembullyan, sikap wali kelasnya gimana?" tanya Dedi penasaran.
"Diam aja, jadi kayak gitu aja, enggak yang terlalu gimana," ujar Fuji.
Belakangan Fuji baru menyadari soal sikap tak baik wali kelas anaknya.
Kata Fuji, wali kelas putranya itu selalu abai dengan P.
"Kan anak saya waktu kelas 1 itu tipes dua kali. Yang satu kali itu sebulan lebih. Mereka (guru dan teman sekelas) tidak ada yang menengok sama sekali. Kata saya (ke wali kelas) 'ibu mah anak saya sakit sebulan aja enggak ada nengok padahal rumah sakitnya dekat dengan sekolah'. Katanya banyak kegiatan. Tapi udah tahu anak saya dikucilkan, kenapa ini enggak jadi momen temannya disuruh jenguk. Malahan temannya yang di kelas lain yang nengok, teman sekelas juga enggak," ungkap Fuji.
"Kata anak saya pas masuk lagi 'ditanyain enggak (setelah sakit dan sembuh)'. Katanya enggak ada. Kan biasanya kalau habis lama enggak masuk, teman-teman enggak nanyain. Tapi yang nanya mah anak-anak dari teater," sambungnya.
Sementara orangtua P mengurai dugaan perundungan putranya, pihak sekolah akhirnya buka suara.
Kepala sekolah SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi membantah dengan tegas isu pembullyan terhadap P.
Baca juga: Ibu Lemas Putrinya Dibully Jadi Tontonan 500 Orang, Cuma Gegara Cemburu, Langsung Lapor Polisi
Kata Dadang, P sejatinya tidak pernah dirundung di sekolah.
Dadang heran dengan asumsi yang dihembuskan oleh ibunda korban ke publik.
"Munculnya istilah pembullyan itu setelah anak tidak naik kelas," kata Dadang Mulyadi.
Lebih lanjut, Dadang mengurai dugaan penyebab P mengakhiri hidup yang bukan karena perundungan tapi tidak naik kelas.
Dadang menyebut P tidak naik kelas karena nilainya di tujuh mata pelajaran tidak memenuhi syarat.
"Orangtuanya (P) menerima bahwa anaknya tidak naik kelas, besoknya update status bahwa anaknya bernasib malang di sekolah. Kami juga tidak tahu maksudnya apa," pungkas Dadang.
-----
Berita viral dan berita seleb lainnya.