Mengingat, rumah tersangka cuma berjarak tak sampai 20 langkah kaki, karena berada tepat di depan lorong rumahnya. Sang ayahanda langsung meminta tersangka keluar rumah untuk diinterogasi warga.
Selama diinterogasi, Tersangka DI ternyata mengakui dihadapan para tetangga dan orangtua korban, bahwa tuduhan tersebut bukan isapan jempol semata.
"Jam 20.08 saya telpon ayah saya. Si pelaku diseret ke depan rumah. Ternyata pelaku mengaku, kalau dirinya melakukan pelecehan seksual," jelasnya.
Pihak keluarga besar yang makin khawatir dengan kondisi sang anak, langsung membawanya ke rumah sakit (RS) terdekat.
Mungkin, kondisi anak sudah terlanjur trauma, setibanya di RS bukannya makin tenang, malah makin merengek sejadi-jadinya.
Bahkan, petugas medis menyerah, karena sang anak terus menerus menolak diberikan penanganan medis.
Tak pelak, SH membawa adiknya itu untuk berkonsultasi kepada pihak kepolisian di Mapolsek Wonokromo, lalu didampingi menuju ke Ruang Unit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya, untuk mendapatkan pendampingan hukum serta intervensi psikologis guna pemulihan traumatis sang adik.
"Udah enggak (trauma) sekarang, karena sudah lama. Kalau awal-awal trauma. Karena sudah diberikan pendampingan oleh Polrestabes Surabaya 3 hari. Lalu dilanjutkan ke RSUD dr Soewandi Surabaya," jelasnya.
Ternyata, kejadian memilukan yang menimpa adiknya itu, benar-benar menggegerkan perkampungan tempat tinggalnya, beberapa hari kemudian.
Semua warga atau para tetangganya, terutama yang memiliki anak perempuan berusia sepantaran dengan adiknya, mulai memastikan apakah pernah disentuh atau dilecehkan oleh si tersangka.
Ternyata, korban kebejatan Tersangka DI, juga menimpa tiga orang bocah perempuan yang tinggal di permukiman tersebut. Modusnya juga beragam.
Ada yang dibujuk rayu agar mau diajak jalan-jalan boncengan motor berkeliling permukiman, lalu membeli es campur dan diberi uang saku lima ribu rupiah. Seperti, korban urutan dua.
Bahkan, ada modus yang menghasut korban dengan dijanjikan dibelikan ponsel. Seperti, korban urutan ketiga.
Sedangkan, adik dari SH yang merupakan korban urutan pertama dan korban urutan keempat, modusnya dipaksa dengan cara menarik bagian kain pakaian sisi belakang korban oleh tersangka, saat berjalan sendirian di area sepi kawasan gang permukiman tersebut.
"Kalau yang 2 korban lain (korban urutan ke-2 dan ke-3, mereka (ibunya) merasa sudah terlalu berteman dekat dengan istri pelaku, makanya agak sungkan kalau lapor. Sedangkan, saya enggak mau damai," pungkasnya.