12 Ton Daun Kelor Kering di Jawa Timur Tembus Pasar Korea Selatan, Ternyata ini Kegunaannya
Ekspor produk pertanian terus didorong oleh pemerintah provinsi Jawa Timur. Terbaru, hari ini, Kamis (21/3/2019)
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Ekspor produk pertanian terus didorong oleh pemerintah provinsi Jawa Timur. Terbaru, hari ini, Kamis (21/3/2019), komoditas pertanian asal Jawa Timur yaitu daun kelor untuk kali pertama diekspor ke luar negeri.
Daun kelor kering sebanyak 12 ton dilepaskan untuk diekspor ke Korea Selatan. Pelepasan ekspor komoditas pertanian melalui Balai Besar Karantina Pertanian itu dilakukan langsung oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Terminal Peti Kemas Surabaya.
"Ini yang menarik, komoditas pertanian yang kita ekspor adalah daun kelor. Ternyata pangsa pasarnya di Korea Selatan," kata Khofifah.
• Patung Suro dan Boyo di Taman Suroboyo Rampung Mei 2019, Ikon Baru dan Tertinggi di Kota Surabaya
• Pindah ke Pasar Burung Baru, Pedagang di Pasar Hewan Dimoro Kota Blitar Mulai Kosongkan Kios Lama
• Tertatih saat Berangkat Sidang, Ahmad Dhani Mengaku Menderita Asam Urat, Kambuh di Tahanan
Daun kelor atau Moringa oleifera memiliki banyak manfaat, termasuk untuk kecantikan. Daun kelor yang diekspor kali ini merupakan komoditas asal Nganjuk. Dan baru kali ini bisa sampai diekspor ke luar negeri.
Selain daun kelor, ada juga sejumlah komoditas pertanian yang juga dilepaskan pagi itu. Seperti sarang burung walet yang diekspor ke Hongkong, susu olahan yang diekspor ke Malaydia, Plywood yang dikirim ke Singapura, calsium salt yang dikirim ke Barceloma, margarin yanh dikirim ke Ghana, gagang cengkeh yang dikirim ke Kanada, dan kopi yang dikirim ke Belgia.
"Saya ingin sampaikan, ekspor ini menjadi bagian penting untuk bisa mendatangkan devisa. Untuk mendorong penguatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur," kata Khofifah.
Di Jawa Timur sendiri dikatakan Khofifah banyak yang memiliki potensi ekspor. Baik di sektor pertanian, maupun UKM dan IKM.
Akan tetapi masih banyak yang membutuhkan pendampingan. Khususnya untuk bisa sampai dapat sertifikasi produk berkualitas ekspor.
Contohnya, Khofifah menyebutkan ada petani hidroponik paprika di Nongko Jajar yang sempat ia kunjungi saat blusukan. Secara produk, paprika yang dihasilkan petani di sana sudah berkualitas dan menurutnya sudah layak ke pasar ekspor.
• Lapangan Karapan Sapi di Kecamatan Bluto Sumenep Jadi Lautan Buah Srikaya saat Sedang Musim
• Piket Nol dalam Pembersihan Longsor, Polisi Imbau Pengguna Jalan Lewat Desa Ranupani ke Malang
• Diduga Depresi Anak Pergi dari Rumah, Ibu di Jember Gantung Diri, Pernah Berusaha Lompat ke Sumur
"Saat saya tanya ternyata pasarnya baru sampai lokal. Karena mereka menggunakan pupuk kimia yang tidak bisa diterima oleh negara tujuan ekspor. Nah yang seperti ini butuh pendampingan," kata Khofifah.
Lebih lanjut, guna bisa mendongkrak ekspor tersebut, Khofifah ingin agar hubungan petani, gapoktan, kelompok tani dan nelayan andalan (KTNA) bisa bekerjasama dengan eksportir.
"Bangunan aliansi eksportir dengan petani melalui gapoktan, petani, atau lewat KTNA itu penting," katanya.
• Spesialis Pencuri Barang Jamaah di Masjid Dibekuk Polisi, Betisnya Ditembak saat Berusaha Kabur
• Diduga Depresi Anak Pergi dari Rumah, Ibu di Jember Gantung Diri, Pernah Berusaha Lompat ke Sumur
• Mengaku Butuh Biaya Sekolah Anak Sebesar Rp 200 Ribu, Pria Asal Sidoarjo Todong Sopir Truk
Sementara itu, Musyafak Fauzi, Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, mengatakan komoditas pertanian yang dilepas hari ini adalah sebanyak empat kontainer. Yang nilainya mencapai Rp 13 miliar.
"Daun Kelor itu dari Nganjuk. Beratnya 12 ton yang diekpor hari ini. Ini adalah komoditas baru yang hari ini ekspor perdana," kata Musyafak.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa ekspor dari Jawa Timur perharinya biasanya mencapai 200 kontainer per hari. Pihaknya berharap ke depan ekspor terus bertambah.