Pilkada Surabaya

PDIP Beri Sindiran Keras ke Risma Jelang Pilkada Surabaya 2020, Hal Prinsip Ini yang Jadi Pemicunya

PDIP Beri Sindiran Keras ke Risma Jelang Pilkada Surabaya 2020, Hal Prinsip Inilah yang Jadi Pemicunya.

TRIBUNMADURA/Kolase Tribunnews.com
Wali Kota Surabaya dan PDIP - Menjelang Pilkada Surabaya 2020 PDIP Memberi Sindiran Keras Kepada Risma, Hal Prinsip Inilah yang Jadi Pemicunya. 

PDIP Beri Sindiran Keras ke Risma Jelang Pilkada Surabaya 2020, Hal Prinsip Inilah yang Jadi Pemicunya

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Wakil Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK) DPC PDIP Surabaya, Sukadar menghimbau agar semua elemen dan kader PDIP menjalin komunikasi yang baik menjelang Pilkada Surabaya 2020.

Termasuk siapa-siapa saja calon dan tokoh yang berpotensi untuk didorong dan dimunculkan menjadi calon wali kota (Cawali) di Pilkada Surabaya yang digelar tahun depan.

"Kami akan mengakomodir suara dari seluruh pengurus anak cabang (PAC) untuk kita jadikan pertimbangan dalam menentukan calon," kata Sukadar, Jumat (14/6/2019).

Sukadar enggan menanggapi potensi PDIP mengusung sosok alternatif dari luar partai, seperti pada Pilkada Surabaya 2010 dan Pilkada Surabaya 2015, dimana PDIP mengusung Tri Rismaharini (Risma).

FAKTA TERBARU Suami Gadaikan Istri Akhirnya Terungkap, Semua Bermula Ketika Menjadi TKI di Malaysia

Bilang Awas Kiai PKI Lewat pada Cicit dari Guru Pendiri NU, Salim Ahmad Langsung Dihajar Banser

Pilwali Surabaya 2020, Calon Jagoan Gubernur Khofifah & Wali Kota Risma ini Berpeluang Besar Menang

Menurut Sukadar, walaupun Risma diketahui merupakan sosok yang sukses sebagai Wali Kota Surabaya selama dua periode, namun komunikasi Risma dengan PDIP tidak terjalin intensif, alias cukup buruk.

"Sepuluh tahun di dalam pemerintahan Bu Risma ini, komunikasi dengan partai biasa-biasa saja. Gol terakhir memang untuk kepentingan rakyat. Tapi, disamping itu partai politik juga punya kepentingan untuk membesarkan partai," tegas Anggota DPRD Kota Surabaya ini.

Bahkan, lanjut Sukadar, selama ini komunikasi antara eksekutif dengan partai banyak yang 'putus' dan tidak mulus.

Hal itu, katanya, akan berbeda jika kepala daerah tersebut merupakan kader internal partai.

Sukadar, jika yang menjadi wali kota Surabaya adalah kader sendiri, tentu akan lebih tahu bagaimana visi misi partai dan arah perjuangan partai.

"Berbeda dengan Bu Risma yang bukan dari kader partai," lanjutnya.

Babak Baru Kasus SUAMI GADAIKAN ISTRI di Lumajang, Si Istri Bantah Digadaikan Malah Memilih Menikah

Advokat di Surabaya ini Dilaporkan Perkosa Staf Cewek Usai Mandi, Juga Mengancam Bunuh Pakai Pistol

Usut Dugaan Korupsi Triliunan di YKP, Kejati Jatim Bidik Dirut PT YEKAPE & Ketua Pengurus Yayasan

Namun, Sukadar enggan disebut, sikapnya itu seolah-olah membandingkan porsi antara kepentingan rakyat dengan kepentingan partai.

"Arahnya bukan di situ. Partai juga pro kesejahteraan rakyat. PDI Perjuangan juga bagian dari warga kota Surabaya." lanjutnya.

Harapan PDIP, lanjut Sukadar, tokoh yang diusung berkomitmen untuk berkomunikasi dengan partai (PDIP) sebelum mengambil langkah atau kebijakan.

Karena partai pun, dalam hal ini PDIP juga mempunyai saran, usulan, dan pemikiran yang konstruktif yang bisa menjadi pertimbangan Wali Kota Surabaya dalam mengambil keputusan.

Sukadar lantas mencontohkan kasus Pedagang Kaki Lima (PKL), kemudian soal kesenian dan budaya yang ditangani Risma tanpa adanya komunikasi terlebih dahulu dengan partai.

Gadaikan Istri Rp 250 Juta ke Orang Kaya, Setelah Setahun Terjadilah Tragedi Berdarah Salah Sasaran

19 Kabupaten/Kota di Jatim Gelar Pilkada Serentak 2020, Inilah Daftar Lengkap dan Persiapannya

Tim Hukum Prabowo-Sandi Tuding Polri & BIN Tak Netral saat Pilpres 2019, Beber Bukti Keterlibatannya

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, saat memantau kesiapan Stadion Gelora Bung Tomo, Senin (8/4/2019).
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, saat memantau kesiapan Stadion Gelora Bung Tomo, Senin (8/4/2019). (TRIBUNMADURA.COM/PIPIT MAULIDIYA)

"Penataan PKL misalnya, sebelum digusur harusnya ada tempat untuk relokasi lebih dulu. Ada solusi dulu. Kemudian di bidang olahraga, Persebaya itu kan kebanggan warga kota Surabaya. Mess kan diambil pemkot. Padahal itu kebanggaan warga kota, akhirnya Persebaya kesulitan cari tempat, tidak bisa di follow up," bebernya.

Sukadar juga mencontohkan kasus yang dialami seniman di Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya yang ditutup. Banyak seniman dan budayawan yang mengeluh dan mengadu.

"Belajar dari itulah, kami bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya opini yang dibangun Pemerintah Kota Surabaya terkait keberhasilannya, tidak sebanding dengan di lapangan." pungkas Sukadar.

VIDEO VIRAL Detik-detik Banser Geram ke Salim Ahmad Gara2 Bilang Awas Kiai PKI Lewat pada Kiai NU

Demi Wilayah Kepulauan, Pengusaha yang Sahabat Gus Dur & Khofifah ini Siap Maju Pilkada Sumenep 2020

Mahkamah Konstitusi Gelar Sidang Sengketa Hasil Pilpres, Mahfud MD Yakin Gugatan Prabowo Diterima MK

Perang Bintang Kader PKB di Pilkada Sidoarjo 2020, Anak Abah Ipul Vs Putra Gus Ali & 2 Politisi Gaek

Tri Rismaharini dan Khofifah
Tri Rismaharini dan Khofifah (Tribunmadura/Kolase Surya.co.id dan Kompas.com)

Jagoan Khofifah dan Risma Berpeluang Menang

Dosen Politik Unair (Unair) Airlangga Pribadi menyebut kekuatan dua figur di Jawa Timur dan di Kota Surabaya bakal sangat menentukan pemenang dalam kontestasi politik Pilkada Surabaya 2020.

Kekuatan figur pertama yang disebutkan Airlangga Pribadi adalah sosok Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, yang dinilai memiliki ketokohan kuat dengan basis emak-emak, dan Muslimat NU nya di Jawa Timur bahkan nasional.

Serta kekuatan figur yang kedua yang tak bisa dipungkiri, yakni kekuatan sosok Wali Kota Surabaya dua periode Tri Rismaharini yang sudah berhasil membawa keberhasilan membangun Kota Pahlawan.

Jika ada titik temu atau konsesus calon wali kota dan calon wakil wali kota yang bakal diusung dalam Pilwali Surabaya 2020 nanti, dikatakan Airlangga Pribadi, maka perpaduan pasangan calon tersebut bakal punya peluang menang besar dalam Pilwali ke depan.

"Kalau kita lihat untuk Pilkada Surabaya tentu kita yang pertama melihat dari kekuatan politik. Pertama adalah kekuatan partai politik. Dimana parpol yang memenangi Pileg Surabaya adalah PDIP," kata Airlangga Pribadi, kepada Surya (Grup Tribunmadura.com), Selasa (14/5/2019).

Namun dalam tubuh PDIP sendiri dikatakan Airlangga tentu masih bakal banyak dinamika. Terutama lantaran dalam internal PDIP juga masih terdapat sejumlah faksi.

Ada tiga faksi dalam internal PDIP. Faksi pertama adalah faksi politisi di Jawa Timur yang punya koneksitas kuat dengan nasional. Faksi ini direpresentasikan oleh tokoh Bambang DH.

Faksi berikutnya dalam internal PDIP adalah faksi yng mengakar kuat dan berkuasa lama di Surabaya. Yang direpresentasikan oleh sosok Whisnu Sakti Buana.

Sedangkan faksi yang ketiga adalah faksi yang kuat dari sisi figur yaitu Tri Rismaharini. Yang juga kuat dikabarkan Risma memiliki calon tersendiri untuk Pilwali Surabaya 2020.

"Itu baru ditinjau dari kekuatan politik. Kekuatan kedua, Pilkada Surabaya juga ditentukan dari figur-figur yang punya basis kekuatan di Jawa Timur. Yang representasi figur kuat Jawa Tinur saat ini ya ada di Ibu Khofifah Indar Parawansa," tegas Airlangga Pribadi.

Tim Hukum Prabowo-Sandi Tuding Polri & BIN Tak Netral saat Pilpres 2019, Beber Bukti Keterlibatannya

Hanya Cukup Membayar Rp 10 Juta, All New Jimny (Suzuki Jimny) Sudah Siap di Garasi Rumah

Terungkap, Suami yang Gadaikan Istri Rp 250 Juta Sabetkan Celurit Maut saat Toha Mencari Sepatu Anak

"Beliau punya kultur kuat santri dan punya kekuatan perempuan dan Muslimat. Apalagi di barisan Ibu Khofifah ada tokoh yang mulai muncul seperti Gus Hans," imbuhnya.

Selain itu, dinamika yang muncul bisa juga dipengaruhi oleh tokoh kawakan di Jawa Timur seperti Soekarwo (Pakde Karwo), yang oleh sejumlah pihak kemungkinan akan memunculkan nama mantunya Bayu Airlangga.

Di sisi lain, meski sudah beberapa nama tokoh muncul ke masyarakat, dikatakan Airlangga yang perlu menjadi pertimbangan khusus adalah karakteristik warga Surabaya.

Masyarakatnya yang plural harus dipertimbangkan dalam memunculkan calon dalam Pilwali Surabaya 2020.

"Kalau kita lihat proyeksi warga Surabaya terhadap calon pemimpin ke depan adalah figur muda millenial. Ini juga terhubung dengan figur yang bersih secara moral, bebas dari kasus korupsi," ucapnya.

Sedangkan jika dilihat dari budaya politik masyarakat Surabaya, warga Kota Pahlawan lebih suka dengan karakter tokoh yang bisa mengkombinasikan antara budaya pokitik abangan dengan budaya santri.

Hal itu bisa dilihat dari keberhasilan Tri Rismaharini memimpin Surabaya.

Meski Risma ditampilkan sebagai figur politik abangan tapi Risma terbukti mampu merangkul kalangan hijau.

Maka ke depan, menurut Airlangga Pribadi figur semacam inilah yang disukai warga Surabaya.

"Tapi yang harus ditekankan dalam proses politik Pilwali 2020 nanti tidak hanya ditentukan parpol tapi justru ada kecenderungan kekuatan figur. Figur ini yang nantinya akan berpengaruh besar pada pilihan politkk masyarakat," tegasnya.

Menurut Airlangga Pribadi, saat ini ada dua figur kuat di masyarakat Surabaya dan Jawa Timur. Yaitu figur dua tokoh perempuan Khofifah Indar Parawansa dan Tri Rismaharini.

"Kalau misalnya ada titik temu atau konsesus antara Ibu Khofifah dan Ibu Risma terkait siapa yang akan maju dalam Pilwali Surabaya 2020, maka akan sangat menentukan kemungkinan besar terpilih dalam Pilwali Surabaya," pungkasnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved