Berita Madiun
Petani di Madiun Mengamuk, Dapati Lahan Sawahnya Dipasang Tiang Listrik Milik PLN Tanpa Izin
Tiang beton milik PLN yang terpasang di sawah petani Desa Kaibon Kabupaten Madiun membuat sang pemilik lahan marah.
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Tiang beton milik PLN yang terpasang di sawah petani Desa Kaibon Kabupaten Madiun membuat sang pemilik lahan marah
TRIBUNMADURA.COM, MADIUN - Dua petani di Desa Kaibon, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, kaget karena di sawah mereka tiba-tiba dipasangi tiang beton.
Tiang beton milik PLN tersebut sudah terpasang sejak Agustus 2019.
Seorang petani, bernama Samiran (67) mengaku, tidak ada pihak yang meminta izin terkait pemasangan tiang beton di sawahnya.
• BREAKING NEWS - Istri Napi Terorisme Umar Patek Resmi jadi Warga Negera Indonesia, Ada Kepala BNPT
• 6 Wanita Muda di Pamekasan Tidur Sekamar di Kos Pria saat Satpol PP Gelar Razia, Inilah yang Terjadi
• Hamil Duluan Korban Perbuatan Pria Dewasa, Sebanyak 23 Gadis Muda Kota Kediri Gelar Pernikahan Dini
"Tidak ada pemberitahuan, tahu-tahu langsung dipasang. Nggak ada izin dari saya," kata Samiran saat ditemui di rumahnya, Selasa (19/11/2019) siang.
Dia mengatakan, saat pemasangan tiang dirinya berada di lokasi dan sudah menanyakan terkait dengan izin pemasangan tiang di sawahnya.
Namun, kata dia, tidak ada jawaban yang tegas.
"Saat pemasangan saya di lokasi, saat saya tanya, katanya mereka cuma disuruh kontraktor," jelasnya.
Samiran mengatakan, keberadaan sebanyak tujuh tiang beton di areal sawahnya tentunya akan mengurangi luas sawah yang dapat ditanami padi.
Selain itu, dirinya khawatir bila tiang beton itu mengalirkan listrik ke sawahnya saat terjadi hujan.
• BREAKING NEWS: Gubernur Khofifah Resmi Tetapkan UMK 2020 Jatim bagi 38 Kabupaten/Kota, Ini Daftarnya
• Legenda Persebaya Anang Maruf eks Driver Ojek Online Kena Musibah, Honda Beat Miliknya Dicuri Maling
• Modus Komplotan Pembobol Uang Nasabah Bank di Bojonegoro Terungkap, Pelaku Dapat Hadiah Timah Panas
"Kalau hujan, khawatirnya ada listrik," katanya.
Dia mengaku sudah mengeluhkan perihal pemasangan tiang beton tanpa izin dirinya selaku pemilik lahan kepada pihak desa, namun tidak ada tanggapan.
"Sudah, tapi katanya mereka tidak tahu," katanya.
Samiran meminta kepada pihak terkait untuk mencabut tiang tersebut.
Apabila pihak terkait tetap ingin tiang dipasang, dirinya meminta kompensasi atas kerugian yang dialaminya.
Hal senada juga dikeluhkan Bandi, pemilik sawah di Desa Kaibon.
• Aturan Baru Pembelian Tiket Online Gunung Bromo Per Desember Tuai Pro Kontra dari Pengusaha Travel
Bandi mengatakan, pemasangan enam tiang beton di sawahnya tanpa sepengetahuan dan izin darinya.
"Nggak ada yang kasih tahu, nggak izin. Saya juga sudah tanya lurah, nggak tahu sudah izin atau tidak," katanya.
Dia mengatakan, pemasangan tiang beton untuk pemancang kabel listrik PLN seharusnya atas persetujuan dirinya selaku pemilik sawah.
Oleh sebab itu, dia meminta kepada pihak terkait agar segera mencabut tiang beton itu apabila tidak ada ganti rugi.
"Kalau menggarap lahan kan jadi keganggu, seharusnya kan dipasang di jalan, bukan di sawah," ucap dia.
"Kalau bisa, diparingi ganti rugi, kalau tidak dicabut juga tidak apa-apa," imbuhnya.
Sementara itu, Humas PLN UP3 Madiun, Bintara Toa Situmorang, saat dikonfirmasi belum memberikam keterangan. (rbp)
• TNBTS Terapkan Aturan Booking Tiket, Wisatawan yang Liburan ke Gunung Bromo Harus Beli Tiket Online
Petani Mengeluh Hasil Panen Buah Apel
Banyak petani apel di Desa Tulungrejo, Kota Batu, mengalami kerugian akibat bencana alam angin kencang.
Buah apel yang belum panen rontok setelah diterjang angin kencang beberapa waktu lalu.
Hingga Kamis (24/10/2019) pagi, petani masih memunguti buah apel yang jatuh berserakan di tanah.
Sutrisno Paidi, petani apel di Desa Tulungrejo menceritakan, dirinya belum selesai memunguti buah apel yang berjatuhan di kebun apel miliknya.
“Saat ini kondisinya masih sibuk mengumpulkan yang bisa dijual," ujar Sutrisno, Kamis (24/10/2019).
"Kalau tidak bisa dijual ya dibiarkan saja. Kondisinya sekarang masih seperti itu,” sambungnya.
Sutrisno mengaku, dirinya memiliki lahan apel seluas dua hektar.

Semua tanaman apel di lahannya rontok, termasuk lahan apel yang berada di sekitarnya.
“Hampir menyeluruh. Pokoknya buah kecil jatuh, yang tua juga jatuh," ucap dia.
"Terus yang masih bunga juga rusak, kami menyebutnya gosong,” paparnya.
Sutrisno telah mengumpulkan satu ton apel dan ditaruh di depan rumahnya.
Namun begitu, tengkulak tidak mau membeli apel yang ia kumpulkan karena rasanya belum manis.
Dalam keadaan normal, lahannya bisa panen 5 ton per 2500 meter persegi.
“Yang tidak bisa dikumpulkan sekitar empat ton per satu petani. Tetangga kebun juga banyak yang belum diambil,” keluhnya.
Saat ini, Sutrisno hanya berharap kepada pembuat kripik.
Pasalnya, Apel Manalagi yang dipungut masih bisa digunakan untuk membuat keripik.
Itu pun, kata dia, dijual dengan harga Rp 1000 per kilogram.
“Kalau ada orang butuh untuk buat kripik, yang Manalagi bisa dijual tapi sekitar Rp 1000. Kalau yang tua sekitar Rp 7000 per kilogram,” paparnya.
Di sisi lain, Sutrisno ingin bunga kredit bank tidak dihitung karena petani sedang mengalami kerugian akibat bencana alam.
Sutrisno ingin pihak bank memberikan toleransi kepada petani.
“Kami minta bunganya tidak dihitung dulu sebagai bentuk toleransi karena kami kena musibah. Nanti kalau sudah normal, ya kami bayar normal,” ujarnya.
Sementara itu, petani di Desa Sumber Brantas juga mengalami hal serupa.
Beberapa komiditi sayuran gagal panen karena tersapu angin seperti wortel, kentang, sawi, dan andewi.
Eko Nurcahyo, seorang petani kentang dan wortel di Desa Sumber Brantas mengatakan jika tanamannya rusak.
"Kemarin baru ditanam jadi ya rusak semua kena angin," ungkapnya.
"Kerugian akibat gagal panen berkisar ratusan juta. Bukan hanya punya saya, hampir semua petani," papar dia.
Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko berjanji, akan membantu seluruh aspek yang diperlukan warga terdampak bencana.
Dewanti Rumpoko berjanji, akan membantu pembenahan rumah dan bantuan untuk pertanian.
"Saya sudah perintahkan Dinas Pertanian segera mengecek ke lokasi dan bisa membantu para petani," kata Dewanti Rumpoko.
"Tujuannya supaya pertanian di Desa Sumber Brantas bisa pulih kembali," sambung dia.
Kapala Dinas Pertanian Kota Batu, Sugeng Pramono berjanji segera meninjau lokasi.
Dari tinjauan itu, kata dia, nanti bisa disimpulkan bantuan apa saja yang cocok untuk membantu para petani.
Hal itu dilakukan agar bisa melakukan aktivitas bertani mereka.
"Kami akan kerahkan tim penyuluh. Kami akan akomodir apa saja yang dibutuhkan oleh petani," ucap Sugeng Pramono.
"Makanya peninjaun di lokasi sangat perlu untuk mengetahi keperluan mereka," terang Sugeng. (Benni Indo)