Pengakuan Mengejutkan Geng Remaja Sewaan, Dibayar Sebungkus Rokok dan Rp 70 Ribu Jika Menang Tawuran
Kodok mengaku awalnya hanya ikut-ikutan diajak oleh seorang teman untuk tawuran, kemudian seperti ketagihan.
Kodok mengaku awalnya hanya ikut-ikutan diajak oleh seorang teman untuk tawuran, kemudian seperti ketagihan
TRIBUNMADURA.COM - Ada beberapa kejadian saat malam hari bikin miris di Kota Semarang pada akhir tahun 2019 lalu.
Kejadian saat malam hari di Kota Semarang yang bikin miris satu di antaranya, yakni pengendara sepeda motor tiba-tiba dibacok dan dianiaya.
Kabarnya, korban dibacok dan dianiaya oleh sekelompok remaja atau geng kemudian ditinggal pergi begitu saja.
• Bocoran Serial Komik One Piece Chapter 968, Kisahkan Runtuhnya Klan Kozuki dan Rahasia One Piece
• Tragedi Asmara Nenek Janda & Brondongnya Viral di Facebook, Pernikahan Gagal saat Tinggal Ucap Sah
• Penyebab Tayangan Drama Korea Crash Landing on You Hiatus, Penayangannya Diganti dengan Episode ini
Keesokan harinya, korban ditemukan oleh warga. Peristiwa itu terjadi di Jalan Soekarno Hatta.
Kemudian, beberapa hari terakhir juga ditemukan pemuda tersungkur di dekat Citarum.
Korban ditemukan dengan kondisi luka-luka dan sepeda motor tergeletak tak jauh dari penemuan korban.
Tribun Jateng ( grup TribunMadura.com ) menelusuri keberadaan geng remaja di Kota Semarang, yang disinyalir kerap bikin ulah di jalanan.
Geng di Kota Semarang terbagi dalam kelompok berdasar batas administrasi kampung.
Satu di antaranya geng Caka (Cah Kalialang) yang semua anggotanya berdomisili di Kalialang, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Semarang.
Kelompok ini beranggotakan sekitar 30 remaja.
Setiap kelompok atau geng biasanya ada yang paling disegani.
• Video Wanita Buang Anjing Berkaki Dua di Jalan, Sempat Dorong Peliharaan hingga Tersungkur ke Aspal
• BREAKING NEWS - Kepulan Asap Muncul di RSUD Syamrabu Bangkalan, Pengunjung Panik Berhamburan
Jika di geng Caka, yang paling disegani adalah Kodok (bukan nama asli).
Alasannya bukan karena dia yang paling tua. Melainkan di antara anggota lain, Kodok yang paling berani jika sedang tawuran atau bertengkar dengan geng lain.
"Kami tidak punya ketua. Tapi yang paling disegani saya. Karena paling berani kalau pas tawuran," kata Kodok saat ditemui Tribun Jateng ( grup TribunMadura.com ) di Kota Semarang.
Bergabungnya Kodok di dalam geng Caka dikarenakan pergaulan teman-teman sebayanya.
Semula dirinya hanya ikut-ikutan diajak oleh seorang teman untuk tawuran. Kemudian lambat laun dia seperti ketagihan.
"Rasanya sangar saja kalau bisa ikut tawuran dan menang. Saya seperti diajeni (disegani) oleh teman-teman lain," imbuhnya.
Kehidupan Kodok tidak jauh dari rokok dan minuman keras.

• Peserta Balap Liar Kena Razia, Disuruh Menuntun Motor dari Taman Makam Pahlawan sampai ke Mapolres
• Banyuwangi Bakal Punya Taman Wisata Mirip Jatim Park di Kota Batu, Diperkirakan selesai Mei 2020
Saat masih sekolah, Kodok kerap bolos hanya karena ingin nongkrong dengan teman-teman kelompoknya sembari mengkonsumsi miras.
"Selain itu saya iri juga. Teman-teman lain kok enak bisa bebas. Bisa main ke sana ke sini. Enggak perlu sekolah," jawabnya sambil merokok.
Sekolah tempat Kodok belajar pun akhirnya mengambil sikap. Orang tuanya kerap dipanggil hanya untuk diminta bisa mengendalikan anaknya.
Namun Kodok juga mengatakan orang tua sudah bosan menasihatinya.
"Ya hampir tiap hari dinasihati bapak ibu. Tapi kalau sudah gitu biasanya saya tinggal pergi," jelasnya.
"Sekarang mereka sudah tidak peduli lagi dengan apa yang akan saya lakukan," tambah dia.
"Cuma mereka hanya ingin saya berhenti tawuran dan cari pekerjaan," beber dia.
• 5 Fakta Perjalanan Karier Ria Irawan di Dunia Hiburan Indonesia, Eksis sebagai Aktris dan Penyanyi
• Fakta-Fakta Ria Irawan Meninggal, Melawan Kanker Sejak 2009 hingga Napas Terakhir saat Azan Subuh
Di suatu hari, Kodok beserta gengnya bertengkar dengan geng lain. Tak lama polisi datang dan menangkapnya.
Karena bukan tindakan kriminal, Kodok dibebaskan setelah ditahan beberapa hari.
"Yang jemput saya orang tua. Sebelum diambil juga sempat diinterogasi polisi sambil diguyur air," kata dia.
"Diancam akan ditembak juga kalau ditanya tidak jawab. Sedih dan takut, tapi ya tidak kapok," tuturnya.
Usai kejadian itu, Kodok harus rela dikeluarkan dari sekolah.
Bukannya sedih, justru ia senang karena bisa lebih bebas menjalani kehidupannya sebagai kelompok geng Caka.
Hampir setiap hari Kamis Jumat dan Sabtu, dia dan gengnya berkeliling mencari musuh.
"Tawuran yang kami lakukan bisa dibagi jadi dua," kata dia.
"Bisa karena tidak sengaja tiba-tiba ketemu di jalan pas muter-muter, atau bisa juga janjian di grup Facebook atau Instagram." ucapnya.
"Kalau janjian bisa lebih ada persiapan. Mau berapa orang yang turun, mau pakai tangan kosong atau senjata, lokasi dan waktunya juga jelas," terangnya.
Tak hanya tawuran dengan geng lain, Kodok bersama anggota gengnya juga kerap menganiaya orang yang tidak dikenal.
Biasanya yang dianiaya adalah remaja-remaja yang tidak disukainya.
"Ya kadang pas nongkrong ada orang lewat saya ajak berantem. Kadang sampai saya kejar pakai motor," ungkap dia.
"Tapi kalau sudah ya ditinggal begitu saja. Tapi saya tidak pernah merampas barang-barang korban. Yang penting dia tahu kalau kami dari geng Caka," lanjutnya.
"Kalau sudah begitu, saya dan teman-teman sudah bisa dipastikan sedang mabuk berat," tegas dia.
Sekali minum alkohol, Kodok bisa mabuk hingga tiga hari. Bagaimana tidak, sebelum minum ciu dia biasanya akan mengkonsumsi 30 saset obat batuk.
Menurutnya, obat batuk bisa meningkatkan efek mabuk.
"Ciu satu botol dan obat batu 30 saset. Kalau beli di apotek sudah tidak bisa," ungkapnya.
"Tapi ada warung langganan dekat tempat nongkrong yang bisa beli banyak," tutur dia.
"Kalau sudah begitu, mau berantem dengan siapapun tidak punya rasa takut," kata dia.
Saking beraninya, nama Kodok terdengar paling beringas di geng lain.
Bahkan, dirinya kerap disewa oleh geng lain untuk tawuran dengan geng musuh.
Kodok mengaku paling sering disewa oleh geng sekolah SMA swasta di Jatingaleh dan SMP Negeri di Kota Semarang.
"Perjanjiannya jika menang lawan geng musuh, saya dapat sebungkus rokok dan uang Rp 70 ribu," ungkap dia.
"Tapi sebelum itu biasanya saya mabuk dulu. Yang paling sering saya ajak ya Jabrik (teman satu geng) ini," tuturnya.
Selama bergabung dengan geng Caka, Kodok menegaskan tidak pernah merampas barang atau begal. Karena dia sudah cukup puas jika sudah melukai tubuh musuh.
Selain itu, Kodok juga takut jika dihajar oleh warga.
"Karena sebelumnya ada teman dari Caka yang begitu, akhirnya meninggal," ucap dia.
"Saya masih bisa mikir kalau mau rampas atau begal. Takut dikeroyok warga. Tujuan saya cuma ingin nama geng Caka disegani geng lain," ujarnya.
Duduk bersebelahan dengan Kodok, Jabrik (bukan nama asli) juga memiliki kisah yang sama.
Masuknya Jabrik ke dalam geng Caka juga karena pergaulan teman-temannya.
• Lagi Istirahat di Kamar Kost, Dua Warga Kediri Tertimpa Reruntuhan Tembok Rumah yang Ambruk
• Kesadaran Masyarakat terhadap Lingkungan Disorot, 1,5 Ton Sampah Ditemukan di Kawasan Gunung Bromo
Jabrik bercerita di dalam kelompoknya juga ada siswa SD. Tidak ada aturan khusus untuk masuk ke dalam geng tersebut asal mau diajak tawuran dan mabuk.
"Kalau yang baru-baru gabung biasanya akan cari jati diri untuk menantang geng lain," tambahnya.
"Kalau misal kalah, besoknya saya dan Kodok yang turun tangan. Paling tidak mereka sudah punya keberanian," jelas Jabrik.
Geng Caka kerap kali nongkrong di BOJ (Basis Of Jembatan) yang ada di Kalialang. Tapi semenjak ada CCTV, mereka sekarang sering berpindah-pindah.
Setiap melakukan aksinya, baik tawuran maupun melukai orang lain, salah satu dari anggota akan mendokumentasikan menggunakan ponsel.
Tujuannya tak lain untuk diunggah ke dalam akun Youtube mereka.
"Biar geng lain tahu aksi kami seperti apa. Jadi mereka akan pikir-pikir kalau mau cari masalah dengan geng Caka. Sebagai eksistensi juga sih," tambahnya.
Baik Jabrik, Kodok, maupun anggota geng Caka lain tidak punya musuh yang paling ditakuti. Namun mereka punya musuh bebuyutan yakni geng Cokor yang berbasis di Semarang Barat.
"Kalau geng Rintel (Beringin 3), geng X-Pan (Kalipancur), geng Donat (Gedong Batu), geng Barek (Pamularsih), geng Pasdo (Drono)," bebernya.
"Geng Tamsel (Tampomas Selatan), geng Jansel (Jatingaleh Selatan), geng KAG (Karanganyar), gengster Cinde (Cinde)," lanjutnya.
"Geng Akro (Krobokan), geng Pusel (Pusponjolo Selatan), geng Boski (Sekayu), geng Rantas (Randusari), dan geng Wolu (Brintik) enggak ada mundurnya." ucapnya.
"Walaupun mereka ajak warga, kami tidak takut. Kecuali kalau ada polisi," kata dia.
Kini Kodok dan Jabrik sudah mulai insaf. Jika dahulu tanpa sebab dia gampang melukai orang lain, sekarang tidak bertindak asal tidak diganggu.
Ia hanya ingin bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan.
"Sekarang yang kami inginkan bisa bekerja, punya motor sendiri, dan pacaran," kata mereka.
"Enggak mau ganggu orang lagi. Tapi kalau kami diganggu duluan, ya tidak segan-segan untuk melawan," imbuhnya.(tim/tribun jateng cetak)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Geng Remaja Sewaan di Semarang: Dibayar Sebungkus Rokok dan Rp 70 Ribu Jika Menang Tawuran
• Wakil Gubernur Emil Dardak Tinjau Langsung ke Lokasi Pohon Tumbang di Jalan Ahmad Yani Surabaya
• BERITA MADURA TERPOPULER, Tips Sukses Usaha Kalangan Milenial hingga Pelaksanaan Tes SKD CPNS 2019