Virus Corona di Jawa Timur
Alat Test PCR Kurang, Ribuan Sampel Swab Pasien Covid-19 di Jatim Belum Diperiksa
Pemprov Jatim berupaya untuk memperbanyak alat test PCR untuk bisa menguji sampel swab pasien ODP, PDP dan pasien positif Covid-19.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur ( Pemprov Jatim ) kini tengah berupaya untuk memperbanyak alat test polymerase chain reaction (PCR) untuk bisa menguji sampel swab pasien Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) maupun pasien positif terkonfirmasi virus corona atau Covid-19.
Dengan semakin banyak alat polymerase chain reaction (PCR) test, maka akan semakin cepat deteksi dan penanganan pasien Covid-19.
Pasalnya, lantaran kekurangan alat, laboratorium di Jatim yang menjadi tempat uji spesimen swab pasien Covid-19 harus antri hingga jumlahnya ribuan.
Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Ketua Tim Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, dr Joni Wahyuhadi SpBS kepada TribunMadura.com, Selasa (12/5/2020).
• Pencuri Mobil Pegawai Bank Dibekuk, Cara Liciknya Bukan Main, Pakai Kunci Palsu Buka Kamar Korban
• Anggaran Rp 104 Miliar/Bulan untuk PSBB Parsial Kabupaten Malang, Pemkab Beri Bantuan 520.000 KK
• Anggaran Rp 104 Miliar/Bulan untuk PSBB Parsial Kabupaten Malang, Pemkab Beri Bantuan 520.000 KK
Ia menyebutkan, salah satu lab yang jumlah antrean sampelnya mencapai ribuan adalah di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) di kawasan Indrapura, Kota Surabaya.
Di laboratorium tersebut, jumlah antrean spesimen swab yang belum diperiksa mencapai 2.274 sampel.
Kendalanya adalah karena kekurangan alat dan kian banyaknya sampel yang masuk ke laboratorium tersebut.
"Jadi kami kemarin kami baru saja melakukan koordinasi dengan mengumpulkan semua kepala laboratorium yang bisa uji spesiemen swab dengan PCR. Nah di BBTKLPP itu kan mesin PCR-nya cuma satu, sekarang sedang kita usulkan tambah satu mesin lagi, karena di balai POM itu ada satu mesin biasa untuk TBC, bisa untuk PCR," kata dr Joni Wahyuhadi.
Alat dari BPOM tersebut akan ditransfer hari ini untuk bisa menambah kapasitas uji mencapai 360 tes sehari. Sebab saat ini kapasitas uji spesimen di sana hanya 180 tes saja dalam sehari.
"Kapasitas sekarang masih 180 tes sehari, kalau tambah satu alat lagi dari BPOM itu bisa sampai 360 tes sehari. Karena sampel yang datang ke BBTKLPP itu banyak, banyak yang dari luar daerah juga. Selama ini di BBTKLPP sudah menerima 7.819 sampel, yang sudah dikerjakan baru 5.542 sampel, maka ada 2.277 sampel yang masih antri diproses," terang dr Joni Wahyuhadi.
Jika mesin PCR ini bisa datang lebih cepat, maka kemampuan tes juga akan lebih banyak dan penanganan pasien juga akan lebih cepat.
Pasalnya alat PCR yang akan didatangkan dari BPOM ini adalah alat tes untuk TBC yang kemudian dibutuhkan modifikasi dan tambahan perangkat untuk juga bisa digunakan untuk test PCR untuk Covid-19.
"Karena di BBTKLPP itu tenaganya banyak, jadi kalau ditambah alat juga masih bisa mengatasi," tegasnya.
Lebih lanjut, untuk RSUD Dr Soetomo, saat ini ada lima alat PCR namun yang saat ini beroperasi hanya dua alat dengan kapasitas test mendapai 350 kali per hari.
Begitu juga dengan RSUA (Rumah Sakit Universitas Airlangga) juga memiliki kapasitas 360 tes dalam sehari.
Padahal setiap harinya, rata-rata sampel yang masuk ke setiap laboratorium mencapai 400 sampel. Sehingga tentu terdapat antrean.
Sehingga, hasil swab baru bisa keluar dalam waktu dua hari atau tiga hari karena kapasitas uji alat yang tidak bisa selesai menghabiskan tes pada seluruh sampel yang masuk pada hari tersebut.
"Kapasitas test 360 sehari itu dari pagi sampai jam 20.00 malam lho. Jadi kalau nggak selesai ya dites esok harinya. Makanya hasil swab itu keluarnya dua atau tiga hari," tandasnya.
Keterbatasan alat dan kapasitas uji ini yang ditengarai menjadi alasan adanya hasil test pada Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang terlambat keluar hasilnya dan tak jarang hasil baru keluar saat pasien sudah meninggal dunia.
Hal tersebut banyak terjadi di daerah, utamanya karena setiap daerah tidak memiliki mesin polymerase chain reaction (PCR) sendiri.
• Sanusi Usulkan Penerapan PSBB di Kabupaten Malang Parsial, Hanya 14 Kecamatan yang Masuk Zona Merah
• Sopir Angkot Geruduk Balai Kota Malang, Minta Kejelasan Soal Penyaluran Bantuan Sosial
• Perusahaan Wajib Bayarkan THR Karyawan Menjelang Lebaran, Disnakertrans Jatim Buka Posko Pengaduan
Oleh sebab itu, saat ini dr Joni Wahyuhadi tengah membuat surat pengajuan ke Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pusat untuk memberikan perangkat tambahan untuk uji Covid-19 bagi rumah sakit yang sudah memiliki mesin uji TBC.
Dengan modifikasi dan tambahan perangkat ke mesin uji TBC itu maka dikatakan dr Joni Wahyuhadi sudah bisa digunakan untuk mesin PCR untuk uji spesimen hasil swab untuk uji Covid-19.
"Berdasarkan data Dinas Kesehatan di masing-masing rumah sakit di kabupaten kota di Jatim punya alat uji yang untuk TBC, kalau ini ditambah untuk yang uji Covid-19, maka setiap daerah bisa punya alat PCR dan tak perlu membawa spesimen ke Surabaya, jadi kan bisa lebih cepat," tegas dr Joni Wahyuhadi.
Hingga hari ini, ada sebanyak 9 laboratorium di Jatim yang bisa melakukan uji spesimen hasil swab untuk PCR Covid-19. Yaitu RSUD Dr Seotomo, RSUA/ITD, RSUB, BBLK, BBTKL, RS Saiful Anwar, RS Premier, RS National Hospital dan juga RS PHC. Total kapasitas uji spesmimen swab untuk PCR covid-19 di Jawa Timur mencapai 1.564 tes per hari.