Ramadan 2020
Bacaan Bilal Salat Tarawih dan Witir Ramadan, ada Doa Kamilin, Lengkap Beserta Arti dan Mudah Dibaca
Bacaan bilal salat Tarawih Ramadan dan Witir, serta bacaan doa Kamilin atau doa setelah salat Tarawih. Ada artinya dan mudah dibaca
TRIBUNMADURA.COM - Bacaan bilal salat Tarawih Ramadan dan Witir, serta bacaan doa Kamilin atau doa setelah salat Tarawih.
Pada artikel ini dilengkapi dengan arti dan juga mudah dibaca.
Biasanya, bacaan bilal salat Tarawih dilakukan sebagai penanda bilangan rakaat.
Bacaan bilal berisi salawat.
Bacaan sholawat bilal Tarawih ini biasanya dibaca setiap pergantian tiap rakaat yang satu ke rakaat yang lainnya. Baik saat salat Tarawih maupun salat Witir.
Seperti halnya salat Jumat dan Idul Adha atau Idul Fitri, salat Tarawih dan Witir memiliki bilal yang memandu jamaah untuk membaca sholawat dan doa.
• Sinopsis Episode Terakhir Drama Korea The World of the Married, Akhir Tak Terduga Nasib Lee Tae Oh
• Cara untuk Mengecek Data Penerima Bantuan Sosial, Bisa Lewat Online atau Aplikasi, Simak Langkahnya
• Pemprov Jatim Izinkan Masyarakat Mudik Hari Raya Idul Fitri Khusus di Daerah Aglomerasi PSBB
• Aturan Baru PSBB di Sidoarjo, Jam Malam Semakin Tegas, Jika Melanggar Sanksi Jadi Relawan Menunggu
bilal untuk salat Tarawih dan Witir biasanya selalu membaca shalawat di antara rakaat salat Tarawih dan Witir.
Bulan Ramadan rasanya kurang kaffah tanpa shalat tarawih berjamaah.
Meskipun tergolong ibadah sunah, shalat tarawih laksana magnet yang menyedot banyak jama’ah. Karenanya di mana-mana, Indonesia khususnya, shalat tarawih bisa terlihat cukup meriah.
Kemeriahan shalat tarawih itu bisa dilihat dari sahut-menyahut antara jama’ah dan (sebut saja) “bilal”.
bilal biasanya ditunjuk secara resmi oleh penyelenggara Masjid, atau terkadang bersifat volunteer (sukarelawan).
bilal berfungsi sebagai pembantu Imam dalam memberi komando untuk mendisiplinkan jama’ah lewat serangkaian kalimah thabiyah dan doa-doa.

Meski begitu, antara satu bilal dengan bilal yang lain bisa berbeda teks/bacaan.
Ini disebabkan karena tidak adanya standar baku yang musti dibaca oleh seorang bilal.
Pola susunan itu bisa berbeda-beda di masyarakat, dan tak menjadi soal selama tidak ada kandungan yang bertentangan dengan syariat.