Demokrat Kubu AHY dan Kubu Moeldoko Bakal Sama-Sama ke Kemenkumham, ini Tujuan Masing-Masing
Partai Demokrat kubu Moeldoko dan Partai Demokrat kubu AHY bakal menuju ke Kemenkumham. Apa tujuan mereka?
TRIBUNMADURA.COM - Partai Demokrat kubu Moeldoko dan Partai Demokrat kubu AHY bakal menuju ke Kemenkumham.
Seperti yang diketahui, pada Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara, yang digelar Jumat (5/3/2021) mengangkat Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Dari hasil tersebut, bakal didaftarkan ke Kemenkumham.
Sementara itu, Partai Demokrat kubu AHY juga tak tinggal diam dan juga bakal menuju ke Kemenkumham.
"Iya (besok didaftarkan ke Kemenkumham). Mudah-mudahan tak ada kendala," kata seorang pendiri Partai Demokrat dan penggagas acara KLB Hencky Luntungan kepada Tribunnews ( TribunMadura.com network ), Minggu (7/3/2021).
Baca juga: Profil dan Biodata Nadya Arifta Pacar Baru Kaesang Pangarep, Ternyata dari Karyawan Jatuh ke Pelukan
Baca juga: Profil dan Biodata Felicia Tissue: Agama, Tanggal Lahir dan Awal Pertemuan dengan Kaesang Pangarep
Baca juga: Profil dan Biodata Moeldoko Jadi Ketum Demokrat Versi Kontra AHY, Dulu Jadi Panglima TNI Era SBY
Diketahui, dalam KLB tersebut, peserta kongres sepakat memilih Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Sementara itu, Marzuki Alie didapuk menjabat Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.
Untuk Buktikan KLB Deli Serdang Tidak Sah, AHY Akan Datangi Kemenkumham Besok
Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan mendatangi kantor Kementerian Hukum dan HAM, Senin (8/3/2021).
Dalam kunjungannya ini, AHY akan memberikan seluruh bukti Kongres Luar Biasa (KLB) yang Jumat (5/3/2021) kemarin digelar di Deli Serdang, Sumatera Utara adalah tidak sah.
Lebih lanjut, dalam kesempatan itu Partai Demokrat ingin menunjukkan kepada Kemenkumham bahwa KLB yang terjadi adalah abal-abal dan di luar dari konstitusi Partai Demokrat.
"Ya, kami besok akan menyampaikan bagaimana sikap Partai Demokrat menghadapi KLB abal-abal ini dengan segala bukti yang kami miliki dari sisi legalitas, sesuai AD/ART," kata anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat Syarief Hasan di DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat, Minggu (7/3/2021).
Pada kunjungan ini, AHY tidak sendiri, melainkan didampangi oleh 34 pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Demokrat serta perwakilan Majelis Tinggi Partai.
Kendati demikian kata Syarif, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga merupakan ayahanda dari AHY tidak turut serta.
"Enggak (kehadiran Pak SBY), makanya kami yang datang (anggota Majelis Tinggi)," ungkapnya.
Lebih lanjut, Syarif mengatakan dalam kunjungan tersebut Partai Demokrat akan turut membawa berkas lengkap untuk menunjukkan legalitas partai kepada Kemenkumham.
"Oh iya bawa semuanya, Surat Keputusan (SK) dan segala macam, kami lengkap lah," tukasnya.
Moeldoko ajukan tiga pertanyaan
Kepala Staf Presiden Moeldoko menerima penetapan dirinya sebagai Ketua Umum Demokrat dalam Kongres Luar Biasa (KLB) di Hotel The Hill Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat, (5/3/2021).
Moeldoko tidak ada di lokasi KLB saat penetapan ketua umum tersebut berlangsung.
Mantan Panglima TNI itu menerima penetapan melalui sambungan telepon yang didengar peserta KLB.
Sebelum menerima penetapan Moeldoko terlebih dahulu melontarkan tiga pertanyaan kepada peserta KLB yang harus dijawab serentak.
Pertama Moeldoko menanyakan mengenai apakah keberadaan KLB telah sesuai dengan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Partai.
Pertanyaan tersebut dijawab dengan kata 'sesuai' oleh peserta KLB.
Kedua, Moeldoko menanyakan mengenai keseriusan peserta KLB memilihnya sebagai Ketum.
Para peserta KLB menjawab pertanyaan Moeldoko tersebut dengan kata 'serius' secara serempak.
Ketiga, Moeldoko menanyakan kesiapan peserta KLB untuk berintegritas dalam bekerja serta menempatkan kepentingan merah putih di atas kepentingan golongan.
Pertanyaan tersebut juga dijawab siap oleh peserta KLB.
"Oke, baik dengan demikian, saya menghargai dan menghormati keputusan saudara. untuk itu saya terima menjadi ketum Demokrat," pungkasnya.
Moeldoko terpilih secara aklamasi menjadi ketua umum Partai Demokrat dalam Kongres Luar Biasa yang berlangsung di Hotel The Hill Sibolangit, Sumatera Utara
Keputusan ini pun sudah diketuk dalam sidang.
Baca juga: Moeldoko Jadi Ketum Demokrat, SBY Ungkap Penyesalannya di Masa Lalu: Rasa Malu dan Bersalah Saya
Baca juga: Klasemen Liga Italia dan Hasil - Posisi Inter Milan Terancam, AC Milan Perkecil Jarak, AS Roma?
Baca juga: MENCEKAM Guru Ngaji Ditikam Pemuda di Rumahnya Hingga Tewas, Sempat Dikejar Hingga Tersungkur
Setelah diputuskan, panitia KLB menelepon Moeldoko.
"Bapak Moeldoko yang terhormat, kami sepakat bapak sebagai Ketua Demokrat," ujar pimpinan sidang KLB.
Mendengar hal tersebut, Moeldoko pun memberikan 3 pertanyaan sebelum menerima amanah tersebut, yaitu meminta kader untuk serius mendukungnya.
"Walaupun secara aklamasi memberikan kepracayaan kepada saya. tapi saya ingin memastikan keseriusan teman-teman semua," ujar Moeldoko.
Kemudian karena para peserta KLB serius untuk mendukung Moledoko pun menerima.
"Baik, saya terima menjadi Ketua Umum Demokrat," ujarnya.
Profil Moeldoko
Inilah profil dan biodata Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko
Moeldoko terpilih menjadi ketua umum Partai Demokrat versi KLB, kubu yang kontra dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Demokrat yang digelar di Deliserdang, Sumatera Utara, Moeldoko dipilih secara aklamasi.
Moeldoko juga merupakan mantan Panglima TNI yang dilantik oleh Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2013.
Baca juga: Taruhan Nikita Mirzani Soal Putusnya Hubungan Billy Syahputra dan Amanda Manopo, Apakah Tepat?
Baca juga: Harga dan Spesifikasi Realme Narzo 30A di Awal Maret 2021, ada Harga Realme C11 Hingga Realme 7 Pro
Baca juga: Waduh! Pria yang Memiliki 4 Weton Ini Disebut Gampang Tergoda Pelakor hingga Doyan Selingkuh
Simak profil dan biodata dari Moeldoko berikut ini.
Dikutip dari situs moeldoko.com miliknya, Moeldoko merupakan Panglima TNI pada 2013-2015.
Moeldoko resmi menjabat sebagai Panglima TNI setelah dilantik SBY di Istana Merdeka pada 30 Agustus 2013.
Moeldoko menggantikan Laksamana (TNI) Agus Suhartono yang memasuki masa pensiun.
Setelah dua tahun menjabat Panglima TNI, lalu pada 14 Juli 2015, Moeldoko secara resmi menyerahkan jabatannya pada Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Moeldoko lahir di Kediri, Jawa Timur, 8 Juli 1957.
Moeldoko merupakan perwira penerima Bintang Adimakayasa sebagai lulusan terbaik Akabri tahun 1981.
Moeldoko mengawali karier sebagai Komandan Peleton di Yonif Linud 700 Kodam VII/Wirabuana pada 1981.
Lalu, nama Moeldoko melesat sejak menjabat Kasdam Jaya pada 2008.
Karier TNI
Berikut perjalanan karier Moeldoko di TNI, dikutip dari Kompas.com ( TribunMadura.com network ):
- Danton 1A Yonif Linud 700/BS
- Danki-A Yonif Linud 700/BS
- Kasi-2/Ops Yonif Linud 700/BS
- Pasi Ops Dim 14-08/BS
- Kasi 2/Brigif-1 PIK/JS Dam Jaya
- Wadanyonif 202/TM Brigif -1 PIK/JS Dam Jaya
- Danyonif 202/JY Brigif -1 PIK/JS Dam Jaya
- Dandim 0501/JP BS Dam Jaya
- Sespri Wakasad
- Pabandya-3/Ops/ PB- V/Sopsad
- Danbrigif-1 PIK/JS Dam Jaya
- Asops Kasdam VI/TPR
- Dirbindiklat Pussenif
- Danrindam VI/TPR
- Danrem 141/TP Dam VII/WRB
- Pati Ahli KSAD Bidang Ekonomi
- Dirdok Kodiklat TNI AD Kasdam Jaya
- Panglima Divisi Infanteri 1/Kostrad
- Panglima Kodam XII/Tanjungpura
- Panglima Kodam III/Siliwangi
- Wakil Gubernur Lemhannas
- Wakil KSAD
- KSAD
- Panglima TNI
Pemenangnya ?
Penghargaan :
- Satya Lencana Kesetiaan VIII, XVI, XXIV
- Satya Lencana Santi Dharma
- Satya Lencana Seroja
- Tanda Jasa dari PBB
- Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
- Ops Timtim
- Konga Garuda XI-A
Karier Politik
Setelah pensiun dari militer, Moeldoko menjajaki ranah politik praktis.
Moeldoko tercatat masuk ke dalam jajaran pengurus Partai Hanura pimpinan Oesman Sapta Odang pada 2016.
Moeldoko tercatat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Hanura.
Dia mendampingi Jenderal TNI (Purn) Wiranto yang menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina.
Karier politiknya kini merambah kabinet dan masuk Istana Kepresidenan.
Pada 17 Januari 2018, Moeldoko ditunjuk sebagai Kepala Staf Kepresidenan menggantikan Teten Masduki.
Terpilih Jadi Ketum Demokrat

Terbaru, Moeldoko terpilih jadi Ketua Umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB), Jumat (5/3/2021).
Keputusan ini diketuk dalam sidang KLB, tapi masih menunggu persetujuan Moeldoko, yang langsung dihubungi melalui panggilan suara panitia kongres.
"Bapak Moeldoko yang terhormat, kami sepakat bapak sebagai Ketua Demokrat," ujarnya.
Mendengar hal tersebut, Moeldoko pun memberikan sejumlah pertanyaan sebelum menerima amanah tersebut, yaitu meminta kader untuk serius mendukungnya.
"Walaupun secara aklamasi memberikan kepercayaan kepada saya. Tapi saya ingin memastikan keseriusan teman-teman semua," ujarnya dikutip dari Kompas TV.
Kemudian karena para peserta KLB serius untuk mendukung Moledoko pun menerima.
"Baik, saya terima menjadi Ketua Umum Demokrat," ujarnya.
Sempat Bantah Isu Kudeta
Sementara itu, pada Rabu (3/2/2021) lalu, Moeldoko menggelar konferensi pers untuk kembali membantah tudingan terlibat dalam isu mendongkel kepemimpinan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Ia mengaku tak punya hak lantaran bukan bagian dari internal partai.
"Saya ini orang luar, enggak punya hak apa-apa gitu lho, yang punya hak kan mereka di dalam."
"Apa urusannya? Nggak ada urusannya," kata Moeldoko di kediamannya, Rabu (3/2/2021), dikutip dari Kompas.com ( TribunMadura.com network ).
Moeldoko pun berandai-andai, seandainya punya pasukan bersenjata, ia tetap tak bisa mengudeta kepemimpinan AHY.
Sebab, kata dia, pergantian kepemimpinan partai tak bisa dilakukan sembarangan dan harus mengacu pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah (AD/ART).

"Anggaplah (saya) Panglima TNI yang pengin bisa jadi Ketua Umum Demokrat, emangnya gue bisa gitu todong-todong senjata untuk para DPC, DPD, ayo datang ke sini, gue todongin senjata. Semua kan ada aturan AD/ART," ujar dia.
Moeldoko menegaskan, sama sekali ia tak punya kuasa untuk mengudeta kepemimpinan Partai Demokrat.
Ia bahkan mengultimatum pihak-pihak yang terlibat dalam tudingan ini untuk berhati-hati dan tidak melakukan fitnah.
"Jadi saya ingatkan, hati-hati, jangan memfitnah orang. Hati-hati saya ingatkan itu," kata Moeldoko.
"Di Demokrat ada Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), ada putranya, Mas AHY, apalagi kemarin dipilih secara aklamasi. Kenapa mesti takut dia?" pungkasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perjalanan Moeldoko, dari Panglima TNI hingga Ditunjuk Presiden Jadi KSP".
(Tribunnews.com/Gilang Putranto/Maliana) (Kompas.com/Bayu Galih/Fitria Chusna Farisa)