Densus 88 Tangkap Terduga Teroris
Keluarga Terduga Teroris S Menolak Anggota Keluarganya Dianggap Gabung dengan Kelompok Teroris
Terduga teroris S (41) ditangkap Densus 88 Antiteror Mabes Polri di Jalan Simopohan Utara Surabaya.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Reporter: Luhur Pambudi | Editor: Ayu Mufidah KS
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Pihak keluarga terduga teroris S (41) menolak anggapan bila anggota keluarganya tergabung dengan kelompok teroris.
Sebelumnya, S ditangkap Densus 88 Antiteror Mabes Polri di Jalan Simopohan Utara II, Kecamatan Sukomanunggal, Surabaya.
Istri S, Sulis (37) mengungkapkan, suaminya tidak pernah mengikuti kelompok ataupun forum pertemuan tertutup yang terbilang mencurigakan.
Baca juga: Densus 88 Temukan Belasan Buku Berpaham Radikalisme di Rumah Terduga Teroris AP di Bojonegoro
Baca juga: Didemo Warga, Kafe di Kota Kediri Akhirnya Ditutup, Pemilik Kosongkan Tempat Usaha, Ini Perkaranya
Baca juga: Tim Densus 88 Temukan Buku Amaliah Jihad hingga Kotak Amal di Rumah Terduga Teroris di Surabaya
Di matanya sebagai istri sejak menikah 12 tahun lalu, S adalah suami yang bertanggung jawab, menyayangi keluarga, dan taat beribadah.
Setiap hari, lanjut Sulis, aktivitas suaminya itu hanya berjualan di sebuah toko yang dikelola pribadi. Berangkat pagi hari dan pulang saat malam hari.
"Kegiatannya ya di toko, gitu aja," ujarnya saat ditemui awak media, di kediamannya, Jalan Simorejo Sari, Gang 5, Sukomanunggal, Surabaya, Jumat (2/4/2021).
Melihat kenyataan yang ada pada suaminya itu. Sulis menampik, bila suaminya itu, bergabung dengan organisasi yang banyak disebut-sebut sebagai kelompok radikal.
Apalagi terlibat dengan kelompok yang bertanggungjawab atas insiden teror yang terjadi di Kota Makassar, beberapa waktu lalu.
"Saya kurang tahu. Saya enggak punya televisi. TV ada cuma buat anak-anak pembelajaran Quran," tuturnya.
Sulis justru mempertanyakan istilah kata radikal yang banyak digunakan dalam percakapan publik sehari-hari.
Baca juga: Penjagaan Enam Gereja di Pamekasan Diperketat, Pastikan Keamanan Jemaat saat Lakukan Ibadah Misa
Baca juga: Persiapan Ibadah Haji, Ratusan Calon Jemaah Haji Lansia asal Sumenep Jalani Vaksinasi Covid-19
Baginya, terbilang aneh bilamana anggapan radikal selalu mudah dikait-kaitkan dengan aspek penampilan yang tecermin dari cara berpenampilan seseorang.
"Enggak (gabung kelompok radikal). Yang radikal kayak gimana sih. Masak orang pakai cadar, teroris. Celana cingkrang, teroris. Masa teroris semua," katanya.
Sulis berharap, suaminya segera dipulangkan oleh pihak kepolisian, jika tak terbukti dengan tuduhan sebagai kelompok yang dicurigai negara.
Namun hingga saat ini. Sulis mengaku pasrah, karena tidak tahu harus bagaimana caranya mencari kabar keberadaan suaminya itu.
Apalagi pihak kepolisian sejak awal melakukan penggeledahan, sama sekali tidak memberikan keterangan apa pun terkait nasib suaminya kelak.
"Enggak sama sekali (dimintai nomor yang bisa dihubungi). Kebingungan. Saya enggak bisa bicara apa-apa saya kaget," jelasnya.
Namun, ungkap Sulis, dalam waktu dekat, pihaknya berencana meminta bantuan pihak RT dan RW tempatnya tinggal jika memang dirinya telah siap untuk mencari tahu keberadaan suaminya itu.
"Enggak tahu masih bingung (libatkan kuasa hukum). Rak RT dan RW-nya baik (minta bantuan mereka)," pungkasnya.
Sekadar diketahui, Polda Jatim dan Densus 88 Mabes Polri mengamankan dua orang terduga teroris di Surabaya dan Tuban, Jumat (2/4/2021) pagi.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Gatot Repli Handoko mengungkapkan, ada dua terduga teroris yang diamankan di kawasan Sukomanunggal, Surabaya, berinisial S (41), dan di Purboyo Mayangsekar, Tuban berinisial RH (42).
"Namun keduanya ini dari dua jaringan berbeda, untuk S dari jaringan Jamaah Islamiyah (JI), dan RH dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD)," ujarnya pada awak media di Mapolda Jatim.
Kendati demikian, ungkap Gatot, kedua orang terduga teroris itu tidak ada kaitannya dengan insiden bom bunuh diri di depan pagar Gereja Katedral, Jalan Kahaolalido, MH Thamrin, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) kemarin.
Yang dilakukan oleh dua orang pelaku berstatus pasangan suami istri (pasutri) yang tergabung anggota JAD dan memiliki rekam jejak aksi pengeboman di Sulu, Jolo, Filipina, yakni berinisial L (26) dan YSF (21).
"Kedua terduga ini tidak ada kaitannya dengan teroris atau pelaku bom bunuh diri di Makassar, dan pelaku penembakan di Mabes Polri," pungkasnya.