Berita Surabaya
Pemkot Surabaya Angkat 28 Ribu Kader Jadi Buser, Bukan untuk Tangkap Penjahat, Melainkan Ini
Berdasarkan penjelasan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, para buser akan membantu menyelesaikan permasalahan sosial, kesehatan, hingga kemiskinan
Penulis: Bobby Koloway | Editor: Samsul Arifin
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Pemkot Surabaya mengangkat 28 ribu kader masyarakat menjadi buru sergap (buser). Ada sejumlah tugas baru yang menanti mereka.
Sekali pun disebut buser, mereka tidak bertugas menangkap penjahat. Berdasarkan penjelasan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, para buser akan membantu menyelesaikan permasalahan sosial, kesehatan, hingga kemiskinan.
Untuk diketahui, Surabaya sebelumnya memiliki kader dalam berbagai fungsi. Misalnya, Ibu Pemantau Jentik (Bumantik) sebagai kader yang bertugas mengantisipasi lonjakan angka Demam Berdarah Dengue (DBD).
Kemudian, ada juga kader posyandu yang bertugas menimbang balita, penyuluhan, pemberian vitamin, pencatatan dan pelaporan bahkan kunjungan jika terdapat balita tak hadir. Serta, kader lingkungan dan kader lainnya.
Rencananya, para kader tersebut akan disatukan. Berdasarkan hitungan Pemkot, ada 45 ribu kader yang tercatat.
Dari total tersebut, hanya sebanyak 28 ribu kader akan dipilih menjadi buser.
Cak Eri Cahyadi menyatakan, Buser akan bertugas di setiap RT. Mereka dipilih oleh kelurahan, Dinas Kesehatan (Dinkes) serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Baca juga: Cak Eri Ingin Hijaukan Kota Surabaya, dengan Sebar Hafidz Hafidzah ke Balai RW, Ajarkan Ngaji
“Jadi dari kader-kadernya Kota Surabaya dites. Nanti dijadikan Buser Surabaya Hebat. Ini adalah orang-orang dari kader yang kita ambil menjadi bagian," kata Cak Eri, Jumat (25/2/2022).
Tugas para buser di antaranya, mendata Rutilahu (Rumah Tidak Layak Huni), memverifikasi penerima bantuan, hingga mengantisipasi bayi stunting. "Setiap RT ada 4 orang (Buser)," katanya.
Bagi yang tak terpilih sebagai buser, kader tetap bertugas. Namun, tugasnya berbeda. "Kalau kader kan keikhlasan, kalau Buser ada tugasnya, ada kinerjanya,” jelas dia.
Di samping itu, kader di Surabaya juga tak lagi terbagi dalam berbagai bidang. Mereka yang sebelumnya terdiri dari Bumantik, Kader Lingkungan, hingga Kader Kesehatan akan menjadi satu bagian, yakni Kader Surabaya.
"Insya Allah kader-kader itu namanya akan hilang. Jadi, tidak ada lagi namanya Kader A, Kader B dan Kader C. Semua jadi Kader Surabaya," ujar dia.
Meski demikian, Mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu menyebut para kader bersifat sosial. Sementara tugas dan tanggung jawab, tetap berada pada kelurahan, kecamatan dan Perangkat Daerah (PD) terkait di lingkup Pemkot Surabaya.
"Kalau kader tetap jalan, seperti di Posyandu bantu-bantu apa. Kalau Buser yang bagian nyeruduk (gerak cepat),” ujarnya.
Cak Eri saat ini juga tengah menyiapkan intensif bagi kader. "Insentif kader masih kita hitung. Insya Allah dalam minggu depan cair,” imbuhnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina menjelaskan, bahwa kader adalah warga pelayan masyarakat yang dipilih dan dilatih. Mereka menggerakkan serta berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat.
Terdapat banyak jenis kader di Surabaya dengan tugas yang beragam sesuai perangkat daerah pengampu. "Nah, agar peran kader lebih terintegrasi, maka Pemkot Surabaya melakukan penggabungan seluruh kader menjadi satu, yaitu Kader Surabaya Hebat," kata Nanik.
Para kader akan melakukan layanan dan pendampingan warga yang berada di sekitar tempat tinggal kader. "Untuk kader yang telah melakukan kegiatan pada bulan Januari dan Februari 2022 tapi tidak memenuhi kriteria sebagai Kader Surabaya Hebat, akan tetap diberikan haknya sesuai juknis yang berlaku," terang dia.
Menurut kajian ahli, Nanik menyebut, banyaknya kader disesuaikan dengan jumlah KK per RT. Sehingga, rata-rata jumlah kader yang dibutuhkan per RT adalah tiga.
Harapannya, pemkot dapat melakukan intervensi kepada masyarakat lebih cepat dan akurat. "Sehingga dapat terwujud visi Kota Surabaya yaitu Gotong Royong menuju Surabaya kota dunia yang maju, humanis dan berkelanjutan," pungkasnya.
