Ramadan 2023

Hikmah Ramadan: Ekosistem Kebajikan Ramadan

Saat kebajikan dilakukan oleh satu orang, bukan berarti kebajikan itu akan berkurang saat dilakukan atau ditiru oleh orang lain.

Editor: Aqwamit Torik

Oleh: KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah

(Ketua Umum DP MUI Provinsi Jawa Timur)

TRIBUNMADURA.COM - Alkisah, serombongan fakir miskin dari golongan Muhajirin datang mengeluh kepada Rasulullah SAW. “Ya Rasulullah," kata seorang dari mereka, "Orang-orang kaya telah memborong semua pahala hingga tingkatan yang paling tinggi sekalipun.”

Nabi SAW bertanya, "Mengapa engkau berkata demikian?" Lalu, seorang sahabat itu pun berujar, "Mereka salat sebagaimana kami salat. Mereka puasa sebagaimana kami puasa. Namun, giliran saat mereka bersedekah, kami tidak kuasa melakukan amalan seperti mereka. Mereka memerdekakan budak sahaya, sedangkan kami tidak memiliki kemampuan untuk melakukan itu."

Setelah mendengar keluhan orang fakir tadi, Rasulullah SAW tersenyum lantas berusaha menghibur para fakir itu dengan mengatakan begini: "Wahai sahabatku, suka kah aku ajarkan kepadamu amal perbuatan yang dapat mengejar mereka dan tidak seorang pun yang lebih utama dari kamu kecuali yang berbuat seperti perbuatanmu?"

Dengan sangat antusias, mereka pun menjawab serentak, "Tentu, ya Rasulullah." Kemudian, Nabi SAW bersabda: "Bacalah 'subhanallah', 'Allahu akbar', dan 'alhamdulillah' setiap selesai salat masing-masing 33 kali." Setelah menerima wasiat Rasulullah SAW, mereka pun pulang untuk mengamalkannya.

Tak lama berselang, setelah beberapa hari berlalu, para fakir miskin itu kembali menyampaikan keluhannya kepada Rasulullah SAW. "Ya Rasulullah, saudara-saudara kami orang kaya itu mendengar perbuatan kami, lalu mereka serentak berbuat sebagaimana perbuatan kami."

Maka, Nabi SAW bersabda, "Itulah karunia Allah SWT yang diberikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki."

Kalimat yang disampaikan Rasulullah tersebut merupakan petikan dari Alquran surah an-Nur ayat 38. Artinya secara lengkap sebagai berikut: "(Mereka melakukan itu) agar Allah memberi balasan kepada mereka dengan yang lebih baik dari pada apa yang telah mereka kerjakan, dan agar Dia menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki tanpa batas."

Hadis sahih di atas menggambarkan betapa besarnya motivasi berbuat kebajikan. Motivasi itu berlaku baik pada orang-orang miskin maupun orang-orang kaya. Mereka didorong untuk sungguh-sungguh berlomba-lomba dalam kebajikan.

Saat kebajikan dilakukan oleh satu orang, bukan berarti kebajikan itu akan berkurang saat dilakukan atau ditiru oleh orang lain. Kebajikan akan selalu berkembang dan membiak saat sudah menjadi bagian dari nafas hidup semakin banyak orang.

Kebajikan tak akan mengalami proses degradasi karena ditiru dilakukan pula oleh orang lain. Justeru, kebajikan akan mengalami defisit dan degradasi aktualisasi jika ia tidak lagi menjadi perhatian dalam cara berpikir dan bertindak umat manusia.

Karena itulah, kebajikan membutuhkan ekosistem. Para wali, seperti pada lagu Tambo Ati oleh Kanjeng Sunan Bonang, mengingatkan begini: wong kang sholeh kumpulono. Bergaullah dengan orang-orang sholeh. Biasakanlah bersama orang-orang baik.

Mengapa para wali mengajarkan seperti itu? Sederhana sekali jawabannya. Itu semua karena para wali sedang mengajarkan kepada kita semua: jangan sepelekan ekosistem sosial. Jangan remehkan mata rangkai hidup anggota masyarakat. Mereka akan menjadi pilar lingkungan yang memungkinkan suatu nilai tumbuh atau runtuh. Tumbuh atau mati.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved