Penambahan Insentif dan Beasiswa Kedokteran Jadi Solusi Atasi Kurangnya Dokter di Indonesia
Kurangnya tenaga medis ini dinilai jadi ketimpangan pelayanan kesehatan antara kota dan daerah.
Pengamatan dokter yang dikenal suka mentraktir makan ini, dokter spesialis kandungan, dokter jantung, dan dokter penyakit dalam tidak mau ditempatkan di RSUD Waru Pamekasan.
Sebab mereka menilai insentif yang diberikan oleh RSUD tersebut tidak pantas.
"Mereka menilai insentif yang diberikan hampir sama dengan dokter umum padahal mereka spesialis," ungkap Yayak.
Yayak juga mengungkapkan, kebanyakan RSUD yang berada di pelosok selalu mengalami kekurangan anggaran kesehatan.
Saran dia, pemecah masalah ini perlu kebijakan dari pemerintah setempat untuk memberikan penambahan anggaran.
"Yang namanya manusia tetap kebutuhan itu sangat diperhitungkan, mereka mau bekerja dimana itu juga jadi perhitungan, hal itu manusiawi dan lumrah, dokter pasti cari di kota, karena pasiennya lebih banyak dan insentifnya lebih jelas di RSUD Kota," papar Yayak.
"Banyak sebenarnya teman-teman dokter di Pamekasan mau kerja di RSUD Waru, tapi keluhannya mereka insentifnya harus diperhatikan. Jangan hanya orang disuruh kerja, disuruh tugas tanpa insentifnya diperhatikan," sambungnya.
Yayak juga mencontohkan, di luar negeri, masyakarat yang mau melanjutkan belajar di Universitas Kedokteran dipermudah, dan tidak terlalu diseleksi ketat.
Fenomena ini berbeda jauh dengan penerimaan mahasiswa kedokteran di Indonesia yang sangat ketat.
Mestinya, saran dia, yang harus diseleksi ketat itu saat mahasiwa sudah menjalani proses pembelajaran di dalam kampus.
"Lulusnya harus benar - benar seleksi ketat, kalau masuknya jangan terlalu ketat. Jadi harus dipermudah, dan kursinya harus ditambah misalnya ketika orang daftar rasionya 1 : 100, dengan kursi ditambah rasionya jadi 1 : 30," sarannya.
Bahkan Yayak juga mengeluhkan di Pamekasan yang mengalami kekurangan dokter, terutama dokter spesialis.
Sementara ini, khusus daerah kota, dokter spesialis dirasa cukup.
Namun khusus daerah pelosok, masih kurang dokter spesialis, terutama di wilayah pantura.
"Di Pamekasan jumlah penduduk sekitar 900 ribu, kalau satu dokter melayani 1000 penduduk, harus ada 900 dokter di Pamekasan," hitungnya.
Sedangkan kaya Yayak, dokter di Pamekasan saat ini jumlahnya sekitar 150 dokter.
Lain dari itu, penyebab kurangnya dokter di pelosok ini, karena banyak dokter yang ingin bekerja di RSUD kota.
Sementara dokter yang baru lulus biasanya cenderung tidak memikirkan penempatan tersebut.
Namun setelah lama bekerja, biasanya akan merasakan dan berpikir mengenai insentif yang didapat ketika bekerja di RSUD pelosok.
"Karena masalah biaya transportasi yang jauh juga mereka pikirkan," ucapnya.
Dokter Yayak merinci, setiap tahun yang masuk organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pamekasan sekitar 12 orang.
Ini terdiri dari dokter umum, dan spesialis.
"Kalau dokter umum di kota Pamekasan cukup. Di daerah pntura masih banyak masyarakat yang berobat ke kota, ini menandakan dokter di wilayah pelosok sangat kurang terutama dokter spesialis," tegasnya.
Menurut Yayak sangat bahaya ketika suatu daerah kekurangan tenaga medi atau dokter spesialis, sebab akan berdampak pada pelayanan kesehatan yang terganggu dan kurang maksimal.
Ke depan ia menyarankan, program setiap puskesmas terdapat satu dokter Spesialis, meliputi dokter spesialis anak, kandungan, bedah dan penyakit dalam.
Marak Pencurian, Kapolsek Pangarengan Sampang Siapkan Langkah Serius |
![]() |
---|
Balotelli Tak Cetak Gol di Laga Debut, Pelatih Madura United Beri Penjelasan |
![]() |
---|
Pembantu Syok Temukan Majikan Tewas Bersimbah Darah, Plot Twist Ternyata Si Pembunuh |
![]() |
---|
Persiapan Peserta Hadapi Karapan Sapi Sampang 2025, Target Juara Nasional! |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Bocah 4 Tahun di Bangkalan Tewas Digorok Paman |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.