Kilas Balik

Cerita Karomah Syaikhona Kholil Bangkalan, Maling Timun Kaku Tak Bisa Duduk, Sembuh karena Percikan

Karomah adalah kejadian luar biasa di luar akal dan kemampuan manusia biasa yang terjadi pada pribadi-pribadi unggul berpangkat wali.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Januar
gethow.org
Ilustrasi berita Cerita Karomah Syaikhona Kholil Bangkalan, Maling Timun Kaku Tak Bisa Duduk, Normal karena Percikan 

Wakaf atau mushola itu kini berubah menjadi masjid megah di tengah kawasan komplek Pesarean Syaikhona Kholil, Desa Martajasah.

“Usai melakukan syiar Islam, Mbah Kholil melanjutkan perjalanan bersama para santri ke Kampung Langgundih menuju kolla yang sudah tertutup lumpur, rawa, dan ilalang."

"Di situlah Mbah Kholil menancapkan tongkat, air muncrat ketika tongkat dicabut oleh para santri,” jelas Jalil yang rumahnya bersebelahan dengan Bujuk Lagundih.

Kolla Al Asror di komplek Bujuk Lagundih, bangunan masjid megah di komplek wisata religi Pesarean Syaikhona Kholil, serta dua pesantren; Jangkebuan dan Kademangan menjadi beberapa di antara upaya Mbah Kholil melakukan syiar Islam di Kabupaten Bangkalan.

Benak Jalil pun tiba-tiba terseret ke masa silam saat dirinya masih berusia sekolah dasar sekitar tahun 1965.

Kala itu, almaghfurlah KH Kholil Yasin, pengasuh pondok pesantren Kepang Bangkalan yang juga cucu dari Mbah Kholil mengerahkan para santri untuk mengeruk lumpur, membabat ilalang, membuang rawa di titik sumber mata air Kolla Al Asror.

“Saat itu saya masih SD kelas IV, belum ada rumah di sekitar sini karena memang hutan di pesisir pantai."

"KH Kholil Yasin, beliau itu paman dari Ra Makki (KH Makki Nasir, Ketua MUI dan PCNU Bangkalan) berpesan agar kolla ini dirawat karena peninggalan para ulama besar yakni Kyai Asror dan Mbah Kholil,” kenang Jalil.

Bagi masyarakat Bangkalan dan Madura, lanjut Jalil, banyak yang sudah kenal dengan Bujuk Lagundi.

Termasuk bagi sebagian masyarakat dari Jember dan Pasuruan, dari Jawa tengah.

Bahkan dari Sumatera, Banjarmasin, hingga Malaysia datang menggunakan bus setelah berziarah ke Pesarean Mbah Kholil.

“Alhamdulillah sampai sekarang Kolla Al Asror di komplek Bujuk Lagundih ini masih terjaga sebagaimana yang dipesankan KH Kholil Yasin karena air barokah."

"Pesan beliau (KH Kholil Yasin) terbukti, bahwa kelak akan banyak pengunjung setelah mereka berziarah ke Pesarean Mbah Kholil,” pungkas Jalil.

Jejak syiar Islam di Bangkalan berupa masjid di komplek Pesarean Syaikhona Kholil dan Kolla Al Asror di komplek Bujuk Lagundih hingga sekarang seolah tak surut dari para pengunjung.

Yasin, pengunjung Pesarean Mbah Kholil asal Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah mengungkapkan, mengenal Mbah Kholil Bangkalan melalui sejarah sebagai salah seorang sosok waliyullah penyebar agama Islam di Madura, Jawa, serta guru dari hadratus syaikh KH Hasyim Asy'ari yang melakukan syiar Islam di tanah Jawa sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama.

“Saya sering ke sini, agenda tahunan setiap masa di Bulan Sya'ban atau jelang Ramadhan."

"Kali ini satu bus bersama rombongan Jamaah Mujahadah Rotibul Haddad dari Kabupaten Temanggung,” singkat Yasin beberapa waktu lalu.

 


Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved