Hikmah Ramadan

Ramadan: Upgrading Spiritual dan Emotional Question

Ramadan sering disebut bulan penuh berkah yang bermakna ziyadat al-khair (bertambahnya nilai nilai kebaikan), tidak hanya dalam konteks vertikal

Editor: Taufiq Rochman
Istimewa
Dr. Holis, S. HI., M. HI, Pengurus MUI Jawa Timur 

Oleh: Dr. Holis, S. HI., M. HI

(Pengurus MUI Jawa Timur)

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Ramadan sering disebut bulan penuh berkah yang bermakna ziyadat al-khair (bertambahnya nilai nilai kebaikan), tidak hanya dalam konteks vertikal (hablum minallah) melainkan juga dalam konteks horizontal (hablun minan nas).

Allah SWT menggambarkan tentang esensi ibadah puasa Ramadan ialah membentuk pribadi yang bertakwa sebagaimana Q.S. al-Baqarah ayat 183.

Takwa tidak hanya sekedar keyakinan (tauhid), tidak pula sekedar ritual ibadah seorang hamba kepada Tuhannya (muslim), namun lebih dari itu, takwa harus berimplikasi pada kebaikan kebaikan (ihsan) baik yang bersifat personal maupun komunal.

Dengan demikian, puasa merupakan nilai akumulatif dari iman, islam, dan ihsan.

Saat ini, kehidupan manusia sedang terjangkit penyakit sosial yakni sikap individualisme dan kurangnya kepekaan sosial terhadap sesama.

Hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari adanya perkembangan zaman yang ditandai dengan kebangkitan teknologi yang merambah di segala sektor kehidupan sehingga dapat merubah tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan.

Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai tragedi yang menggambarkan adanya dekadensi moral dan kasih sayang, seperti halnya tragedi “perang sarung” yang dilakukan oleh sekelompok anak muda pada malam hari di bulan Ramadan sebagaimana terjadi di Bekasi, Jawa Barat hingga menimbulkan korban jiwa, dan beberapa kasus perampokan dan pembunuhan di berbagai daerah dan dilakukan di bulan Ramadan.

Narasi sebagaimana diatas menggambarkan betapa kejamnya kehidupan manusia saat ini yang sudah tidak lagi peduli dengan sesama, dan sepertinya mengalami kehilangan rasa kemanusiaan.

Mereka memandang saudaranya dengan mata kebencian bukan dengan mata kasih sayang.

Cinta kasih diantara sesama seakan sudah mulai luntur, yang ada justru mudah marah dan tersinggung.

Padahal, Syeikh Mustafa Ghalayayni dalam kitabnya Idzatun Nasyi’in menjelaskan bahwa “ciri ciri orang yang bertaqwa ialah selalu menampilkan sikap kasih sayang” dengan semua makhluk Allah SWT, terlebih manusia yang dibekali akal, dan hati nurani.

Persenyawaan Ramadan dengan upaya upgrading spiritual dan emotional question tampak pada spirit kebersamaaan yang dibangun pada bulan suci Ramadan.

Hal ini tampak sekali dari sejumlah amaliyah ubudiyah yang mencerminkan sikap simpati dan empati kepada orang lain, seperti memberi ta’jil, sedekah, zakat, dan sejumlah ibadah lainnya yang dilakukan atas dasar kepekaan sosial.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved