Hikmah Ramadan
Berpuasa Digital, Meraih Kesehatan Mental
Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan perintah wajib agama. Bagi setiap mukmin yang sudah memenuhi syarat menjadi sebuah keharusan berpuasa
Oleh: M Sururi Arrumbani
Ketua Komisi Infokom MUI Jatim
TRIBUNMADURA.COM - Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan perintah wajib agama.
Bagi setiap mukmin yang sudah memenuhi syarat menjadi sebuah keharusan berpuasa selama sebulan penuh.
Perintah Allah swt. ini, apalagi yang wajib sifatnya, tentu menyimpan banyak rahasianya.
Manfaat atau faedah yang didapatkan menjalankan perintah wajib tersebut akan banyak sekali didapat oleh siapa saja yang menjalankan.
Meski mereka hanya menjalankan puasa dengan kapasitas minimal, Allah pasti tetap memberikan faedah bagi pelakunya.
Misalnya hanya mampu menahan makan dan minum selama sehari dengan berbaring atau mager istilahnya, Allah tetap memberikan pahala.
Bahkan mereka yang seperti itu sudah mendapatkan manfaat dengan tidak melakukan aktivitas yang menjurus dosa atau maksiat.
Dalam konsep taqwa, menjauhi larangan Allah, sebenarnya kekuatan yang dibutuhkan adalah “meninggalkan sesuatua”, artinya dengan tidur orang tidak akan berbuat macam-macam.
Sungguh luar biasa agama Islam ini mengarahkan perbuatan manusia ke arah yang lebih baik.
Sementara bagi mereka yang memiliki energi berlebih atau ghirah berpuasa besar, maka dia akan mampu meraih kesunahan selama bulan Ramadan.
Banyak orang mampu berpuasa di siang harinya, solawat tarawih, tadarus, tahajud dan lainnya di malam hari.
Aktivitas tidurnya jauh sekali berkurang dibanding dengan hari-hari biasa.
Mereka yang demikian tentu akan mendapatkan manfaat lebih banyak.
Mereka meninggalkan perbuatan dosa dan masksiat melalui aktivitas sunah yang banyak.
Mereka tidak diam atau tidur saja.
Seseorang bisa menentukan pilihannya masing-masing dalam menjalani ibadah puasa selama Ramadan.
Apakah mau memilih yang “minimalis” atau “maksimal”. Kesadaran atas potensi energi ibadah yang dimilikinya menjadi dasar untuk memilihnya.
Islam tidak membuat umatnya menjalani ibadah dengan sulit apalagi mempersulit.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Berpuasalah niscaya kalian akan sehat.” (HR. Ath Thabrani dalam Mu’jam al Awsath).
Hadis ini memberi informasi kepada kita bahwa berpuasa adalah cara untuk mendapatkan kesehatan.
Setiap hari, apalagi bagi yang mengalami sakit, anugrah sehat selalu diminta, bahkan banyak orang mau melakukan apa saja untuk hidup sehat.
Uang ratusan juta rupiah bisa dibayarkan untuk membeli sehat.
Allah SWT telah menyediakan metode berpuasa sebagai salah satu cara untuk mendapatkan hidup sehat.
Tentu ini plus dengan nilai ibadah yang sangat tinggi. Ibarat orang dagang, untungnya berlipat-lipat.
Sudah untung di dunia, untung pula di akhirat. Siapa yang tidak mau untuk berlipat seperti itu?
Aktivitas sehari-hari manusia saat ini mayoritas bergelut dengan dunia digital, dunia internet.
Ada yang sejak membuka mata, bangun tidur yang dicari handphone, mengecek status media sosial.
Manusia sudah menjalankannya seperti robat. Sudah dikendalikan oleh media sosial dari bangun tidur sampai tidur lagi.
Dunia digital menjadi dunia ketiga, selain dunia ini dan akhirat kelak. Ada dunia nyata, dunia ghaib dan dunia maya.
Mereka yang tidak familiar dengan Facebook, bisa bermain di Twitter (X) atau instagram dan lainnya.
Bahkan mereka yang tidak suka dengan itu, masih bisa bermain di whatsapp yang sudah menyediakan fitur-fitur baru dan beragam.
Mau nyetatus seperti X, bisa. Mau kirim link video atau berita digital juga bisa. Bahkan nonton tivi juga bisa lewat HP.
Manusia sudah dikepung dengan media sosial yang beragam.
Orang-orang yang nampaknya mager (males gerak), rebahan, bisa jadi sedang berbelanja banyak barang, melebihi belanjanya di warung tetangga.
Jualan barang bisa dilakukan dengan rebahan. Media jual beli online sudah banyak alternatifnya.
Bisa dilakukan kapan saja, dimana saja dan jam kapan saja. Semua online, uang digital juga tersedia. Semua itu bisa dilakukan di dalam kamar, tiduran dan rileks.
Sekarang banyak juga jurnalis yang tidak membutuhkan kantor khusus.
Mereka bisa kirim berita lewat HP, bisa dilakukan sambil ngopi dan bercengkerama dengan kawan di caffe.
Informasi yang disajikan juga cepat dan diperoleh dengan cepat dari berbagai sumber mana saja, bahkan berita luar negeri tanpa harus datang ke lokasi.
Berita-berita digital bahkan sudah menjadi sumber informasi yang mengalahkan televisi, koran cetak dan majalah.
Tampilan juga keren, lebih mudah diakses oleh siapa saja.
Begitu dahsyatnya perkembangan dunia digital mempengaruhi kehidupan manusia.
Dulu banyak orang kesurupan atau kerasukan dari dunia ghaib, saat ini kesurupan dari dunia maya.
Hidupnya selama 24 jam bahkan lebih di dunia digital. Game-game online sering memaksa manusia lupa diri, lupa waktu.
Yang terjadi kemudian adalah kesurupan dunia digital. Saat banyak yang mengalaminya.
Bahkan rela tidak makan dan minum sehari penuh, seperti puasa saja.
Dahsyat sekali pengaruhnya dunia digital.
Berpuasa digital ibaratnya berpuasa dari makan dan minum, serta hal-hal yang membatalkan puasa.
Berpuasa digital, berarti kita dipaksa untuk tidak berinternetan atau masuk dunia digital sebanyak hari-hari biasanya.
Kalau biasa makan tiga kali sehari semalam, maka dikurangi menjadi satu.
Tidak main internet selama hari biasa selain bulan Ramadhan. Ini sebenarnya berpuasa digiatal secara prinsip.
Mengurangi, mengekang diri memasuki dunia digital lebih minimal daripada hari lainnya.
Pasti ada yang protes. Bagaimana itu bisa terjadi? Mustahil itu.
Hidup manusia sudah sangat tergantung dunia digital, seperti diuraikan sebelumnya.
Benar. Ada pilihan lain, gunakan waktu berselancar di dunia digital hanya yang wajib saja. Yang berkaitan dengan kewajiban kerja, lakukan.
Yang berhubungan langsung dengan kegiatan puasa lakukan. Selain itu, jangan.
Misalnya membaca al qur’an secara online, tadarusan online, lakukan saja.
Berpuasa butuh latihan, seperti latihan berpuasanya anak kecil. Demikian berpuasa digital, juga butuh latihan.
Makan dan minum yang sudah rutin dan menjadi kebutuhan wajib, perlu dilatih berangsur dan dukungan semua pihak dalam keluarga.
Puasa digital juga demikian, butuh latihan berangsur dan dukungan pihak lain.
Kalau harus berubah mendadak dan radikal, malah bisa stress dan mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Ujung-ujungnya bisa mengarah perbuatan maksiat dan dosa.
Butuh keseimbangan baru dunia. Dunia atau alam hidup manusia sudah tidak hanya dunia fisik dan ruhani, tetapi ada dunia maya.
Harus ada tatanan baru menjalani hidup ini.
Berpuasa Ramadan, awalnya menata fisik dan ruhani, sekarang menata dunia maya juga.
Ekstrimisasi salah satu aspek akan mengakibatkan kekacauan.
Ujungnya menjadi beban hidup manusia yang dapat menggagalkan upaya-upaya yang sedang dilakukan.
Berpuasa menyadarkan manusia, bahwa kebutuhan fisik, makan dan minum yang harus dipenuhi sebagai kebutuhan dasar, harus dikendalikan.
Kalau ekstrim bisa jadi penyakit. Mengendalikan pola makan akan berdampak pada kesehatan ruhani.
Berpuasa digital, begitu juga, sebagai upaya mengendalikan asupan digital yang saat ini sudah dianggap kebutuhan pokok dan wajib seperti makan dan minum.
Ekstrimitas dalam memenuhi asupan digital, tanpa dikendalikan sanga berbahaya.
Ia bisa melahirkan mental a-sosial, cuek terhadap lingkungan sekitar, bahkan melemahkan kekuatan ikatan keluarga.
Dunia ruhani sangat terdampak. Demikian pula, beban mengkonsumsi asupan digital berlebihan membebani fisik.
Lupa makan, minum dan istirahat. Atau sebaliknya, terlalu banyak ngemil yang menjadikan obesitas.
Pola tatanan baru ini perlu dijadikan agenda bersama. Dulu konsep pembangunan adalah membangun jiwa dan raga, jasmani dan ruhani.
Sekarang pembangunan melibatkan dunia fisik, ruhani dan digital. Dulu orang bisa kerasukan dari pengaruh dunia ghaib (ruhani), sekarang kerasukan dunia digital.
Apalagi kerasukan keduanya. Maka dunia fisik, dunia nyata kita akan berat menanggungnya dan mudah rusak.
Doa kita dulu, semoga selamat dunia dan akhirat, mungkin perlu ditambahi selamat duni digital.
Semoga melalui berpuasa ramadan, keseimbangan dan kesehatan dunia fisik, ruhani dan digital kita bisa terwujud. Amin.
Ikuti berita seputar Hikmah Ramadan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.