Hikmah Ramadan
Puasa dan Kebajikan dalam Masyarakat Pluralis
Puasa Ramadhan memiliki dua perspektif. Yaitu, perspektif Individual dan perspektif sosial
Banyak hal yang bisa diperbuat di negeri ini dengan mengembangkan kerja sama dan koordinasi untuk penegakan amal sosial dan proyek-proyek kemanusiaan.
Proses pemberdayaan masyarakat yang nuansanya untuk pemberdayaan kemiskinan dan pengangguran tampaknya perlu untuk kita tingkatkan.
Namun, dengan catatan, janganlah proyek seperti ini diarahkan untuk kembali membenturkan keyakinan antar umat beragama, atau untuk mengajak orang masuk ke agamanya.
Islam sangat menjunjung toleransi beragama, dan justru menghormati dan menghargai adanya perbedaan karena latar belakang sosiologis, antropologis, maupun agama.
Bahkan, di dalam perintah Allah dalam Alquran yang mewajibkan puasa Ramadan sebagai puasa wajib, juga menyebut tentang toleransi beragama, yaitu bahwa puasa itu juga telah dilakukan kaum atau umat beragama lain sebelum Islam.
Banyak ayat-ayat dalam Alquran yang mengakui adanya pluralitas ini, seperti firman Allah: ”Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran, dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semua, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (QS Al-Maidah (5): 48).
Jadi jika kita menyimak ayat di atas, jelas Allah menginginkan adanya pluralisme itu justru bisa dijadikan ajakan untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan.
Dalam ayat tersebut sangat kontekstual dengan keberadaan bangsa Indonesia, yang sekarang harus dipacu, ber- fastabiqul khoirat dalam rangka keluar dari berbagai kekurangan dan kelemahan dan krisis.
Bahkan, harus bersemangat menuju kondisi bangsa dan negara yang lebih baik, lebih maju, lebih unggul, lebih makmur dan lebih adil, atau menuju bangsa dan negara yang baldatun thoyibatun warabbun ghofur.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.