Hikmah Ramadan 2025

Puasa Ramadhan dan Pentingnya Efisiensi Anggaran Negara

Dengan menjalankan puasa dengan penuh keikhlasan, seorang Muslim tidak hanya memperoleh pahala besar, tetapi juga menjadi pribadi yang lebih bertakwa

Editor: Taufiq Rochman
Istimewa
HIKMAH RAMADAN 2025 - Dr KH Romadlon, MM (Ketua Komisi Hubungan Ulama Umara MUI Provinsi Jatim) dalam aritkel berjudul "Puasa Ramadhan dan Pentingnya Efisiensi Anggaran Negara". 

1. Ironi Konsumsi Berlebihan di Bulan Ramadhan

Fenomena yang kerap terjadi adalah meningkatnya pola konsumsi selama bulan puasa. Data menunjukkan bahwa pengeluaran masyarakat justru melonjak, terutama dalam hal belanja makanan, pakaian, hingga gaya hidup. Padahal, esensi Ramadhan adalah kesederhanaan dan berbagi dengan sesama.

Ketidakseimbangan ini sering kali memicu pemborosan dan bahkan utang konsumtif.

Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk menerapkan efisiensi anggaran dengan mengutamakan kebutuhan utama dan menahan diri dari pengeluaran yang tidak perlu.

2. Efisiensi Anggaran dalam Skala Nasional

Prinsip efisiensi tidak hanya berlaku dalam rumah tangga, tetapi juga dalam kebijakan negara. Pemerintah perlu memastikan bahwa setiap rupiah yang dibelanjakan benar-benar memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.

Puasa Ramadhan bisa menjadi refleksi bagi para pemangku kebijakan untuk lebih bijak dalam alokasi anggaran, menghindari pemborosan, dan fokus pada program yang berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat.

Presiden terpilih bapak Prabowo Subianto telah menekankan pentingnya optimalisasi anggaran, terutama dalam sektor infrastruktur, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Ini selaras dengan semangat puasa yang menekankan keseimbangan antara kebutuhan dan kemampuan.

Dalam Islam, konsep efisiensi dan keberpihakan terhadap kaum dhu'afa telah ditegaskan dalam Surat Al-Mā’ūn yang artinya:

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan memberikan bantuan." (QS. Al-Mā’ūn: 1-7)

Ayat ini menegaskan bahwa Islam mengutamakan kesejahteraan sosial, bukan sekadar ibadah formalitas. Prinsip ini harus tercermin dalam kebijakan negara, termasuk dalam pengelolaan anggaran.

3. Ramadhan sebagai Titik Awal Perubahan

Jika masyarakat dapat menerapkan pola hidup hemat selama Ramadhan, kebiasaan ini bisa berlanjut menjadi budaya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menekan gaya hidup konsumtif dan lebih selektif dalam pengeluaran, stabilitas ekonomi individu dan nasional dapat lebih terjaga.

Efisiensi anggaran bukan hanya soal menghemat uang, tetapi juga tentang menyalurkan sumber daya secara lebih tepat guna.

Puasa Ramadhan adalah momentum untuk kembali ke nilai-nilai dasar ekonomi Islam: keseimbangan, keadilan, dan kebermanfaatan bagi sesama.

Dengan semangat ini, kita dapat membangun ekonomi yang lebih kuat, mandiri, dan berorientasi pada kesejahteraan bersama.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved