Hikmah Ramadan 2025

Merawat Kemabruran Puasa, dari Khauf ke Khasyyah

Kata "khauf" dan "khasyyah" dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai "takut." Namun, dalam Bahasa Arab, kedua kata ini memiliki perbedaan

Editor: Taufiq Rochman
Istimewa via Tribun Lombok
HIKMAH RAMADAN - Menteri Agama Prof Dr KH Nasaruddin Umar, MA menulis artikel hikmah Ramadan 2025 berjudul "Merawat Kemabruran Puasa, dari Khauf ke Khasyyah" yang tayang pada Sabtu (15/3/2025) 

Sebagai contoh, dalam surah An-Nisa' dikatakan: "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (Q.S. An-Nisa’/4:9).

Dalam ayat ini, objek yang ditakuti adalah Allah SWT, sehingga digunakan kata "walyakhsya."

Perbedaan Sikap dalam Menghadapi Khauf dan Khasyyah

Perbedaan antara kata "khauf" dan "khasyyah" juga menunjukkan perbedaan sikap kita dalam menghadapi objek yang ditakuti.

Jika kita ingin selamat dari objek yang ditakuti dalam kata "khauf," maka kita harus menjauhinya.

Misalnya, untuk selamat dari harimau atau tsunami, kita harus menjauhinya, karena mendekat akan membawa bahaya.

Sebaliknya, jika kita ingin selamat dari objek yang ditakuti dalam kata "khasyyah," yaitu Allah SWT, maka kita harus mendekati-Nya.

Jika kita menjauh dari Tuhan, kita akan binasa.

Penyelamatan Diri dan Dekat dengan Allah

Banyak di antara kita yang belum cerdas dalam mencari penyelamatan diri dari objek yang ditakuti.

Jika kita ingin selamat dari siksa neraka, kita harus menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama, seperti perzinahan, pembunuhan, korupsi, dan pendaliman.

Dengan menjauhi hal-hal tersebut, kita akan terhindar dari siksa neraka.

Namun, jika kita mendambakan syurga, kita harus mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, sebagai objek yang kita takuti.

Idealnya, kita mengabdikan diri kepada Allah dengan sepenuh hati, tanpa pamrih, tanpa berharap hanya untuk surga atau berlindung agar tidak masuk neraka.

Sebaliknya, kita beribadah semata-mata karena Allah SWT, sebagaimana tercantum dalam ikrar kita: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya karena Allah SWT.”

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved