Hikmah Ramadan 2025
Merawat Kemabruran Puasa, dari Khauf ke Khasyyah
Kata "khauf" dan "khasyyah" dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai "takut." Namun, dalam Bahasa Arab, kedua kata ini memiliki perbedaan
Oleh: Menteri Agama Prof Dr KH Nasaruddin Umar, MA
TRIBUNMADURA.COM - Khauf dan Khasyyah dalam Bahasa Arab.
Kata "khauf" dan "khasyyah" dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai "takut."
Namun, dalam Bahasa Arab, kedua kata ini memiliki perbedaan makna yang mendalam.
Bahasa Arab memang sangat kaya akan kosa kata (mufradat), sehingga sering kali kesulitan terjadi saat menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa lain.
Sebagai contoh, kata "cinta" dalam bahasa Arab memiliki 14 kosa kata berbeda, yang mencakup segala bentuk cinta, dari cinta monyet hingga cinta Ilahi.
Begitu juga dengan kata "jika," yang dalam bahasa Arab bisa diungkapkan dengan tiga kata, yaitu "idza," "lau," dan "in," tergantung pada kemungkinan terjadinya suatu peristiwa.
Contoh lain, kata "duduk" dalam bahasa Indonesia, yang dalam bahasa Arab ada dua kosa kata, yaitu "jalasa" untuk duduk setelah berdiri dan "qa'ada" untuk duduk setelah tidur.
Kedua kata tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kata "duduk."
Perbedaan Antara Khauf dan Khasyyah
Kata "khauf" berasal dari akar kata "khafa," yang berarti takut. Namun, objek yang ditakuti dalam kata "khauf" adalah makhluk, seperti harimau, ular, tsunami, gempa bumi, atau hantu.
Salah satu contoh penggunaan kata "khauf" dalam Al-Qur'an terdapat dalam surah Yusuf, yaitu: "Berkata Yakub: 'Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah daripadanya.'" (Q.S. Yusuf/12:13).
Dalam ayat ini, objek yang ditakuti adalah serigala, sehingga digunakan kata "akhafa."
Sebaliknya, kata "khasyyah" berasal dari akar kata "khasya," yang juga berarti takut.
Namun, objek yang ditakuti dalam konteks "khasyyah" adalah Sang Khaliq, Allah SWT.
Sebagai contoh, dalam surah An-Nisa' dikatakan: "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (Q.S. An-Nisa’/4:9).
Dalam ayat ini, objek yang ditakuti adalah Allah SWT, sehingga digunakan kata "walyakhsya."
Perbedaan Sikap dalam Menghadapi Khauf dan Khasyyah
Perbedaan antara kata "khauf" dan "khasyyah" juga menunjukkan perbedaan sikap kita dalam menghadapi objek yang ditakuti.
Jika kita ingin selamat dari objek yang ditakuti dalam kata "khauf," maka kita harus menjauhinya.
Misalnya, untuk selamat dari harimau atau tsunami, kita harus menjauhinya, karena mendekat akan membawa bahaya.
Sebaliknya, jika kita ingin selamat dari objek yang ditakuti dalam kata "khasyyah," yaitu Allah SWT, maka kita harus mendekati-Nya.
Jika kita menjauh dari Tuhan, kita akan binasa.
Penyelamatan Diri dan Dekat dengan Allah
Banyak di antara kita yang belum cerdas dalam mencari penyelamatan diri dari objek yang ditakuti.
Jika kita ingin selamat dari siksa neraka, kita harus menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama, seperti perzinahan, pembunuhan, korupsi, dan pendaliman.
Dengan menjauhi hal-hal tersebut, kita akan terhindar dari siksa neraka.
Namun, jika kita mendambakan syurga, kita harus mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, sebagai objek yang kita takuti.
Idealnya, kita mengabdikan diri kepada Allah dengan sepenuh hati, tanpa pamrih, tanpa berharap hanya untuk surga atau berlindung agar tidak masuk neraka.
Sebaliknya, kita beribadah semata-mata karena Allah SWT, sebagaimana tercantum dalam ikrar kita: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya karena Allah SWT.”
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.