Hikmah Ramadan 2025

Tugas Ilahiyah dan Tugas Kemanusiaan Menuju Ummat Terbaik

Dari sebagian posisi sebagai hamba Allah dan sekaligus wakil Allah di bumi, manusia beriman memiliki tugas tugas ilahiyah.

Editor: Taufiq Rochman
Istimewa
HIKMAH RAMADAN - Prof H Drs M Mas'ud Said, MM., Ph.D (Ketua MUI Jawa Timur) menulis artikel Hikmah Ramadan 2025 berjudul "Tugas Ilahiyah dan Tugas Kemanusiaan Menuju Ummat Terbaik" tayang pada Senin (21/3/2025). 

Oleh: Prof H Drs M Mas'ud Said, MM., Ph.D (Ketua MUI Jawa Timur)

TRIBUNMADURA.COM - Dari sebagian posisi sebagai hamba Allah dan sekaligus wakil Allah di bumi, manusia beriman memiliki tugas tugas ilahiyah.

Dengan sebagai abdillah maka kita melaksanakan kewajiban beribadah dan taat kepada-Nya kapanpun dan dimanapun.

Untuk menyempurnakan dan menuntaskan tugas tugas insaniyah, maka menusia memiliki tugas tugas kemanusiaan, yaitu secara pribadi, secara sosial dan sebagai professional wajib menjaga dan memakmirkan dunia juga menolong dan menciantai manusia lainnya.

Dengan kita masih hidup, kita bersyukur.

Bersyukur diberi umur. dikaruniai kesehatan badan, kesehatan mental. Kesehatan kaki, tangan, mata, kejernihan hati, sehat rasionalnya dan kesehatan pikiran, terhindar penyakit dalam, nikmat keutuhan keluarga, 

Bersyukur diberi keutuhan keluarga, kebahagian, diberi rejeki, profesi, sahabat yang baik, insitusi yang baik dan punya IDI yang hebat.

Kajian pskologi, riset psikologi mengatakan bahwa, syukur itu seperti pernyataan kepuasan, satisfaction feeling. Orang yang satisfied, sangat dekat dengan bahagia. Jadi syukur itu happiness.

Di luar sana ada kesulitan pribadi yang sifatnya primer, masalah keresahan sosial; belum tentu ada makanan, tak ada rumah, tak ada kebebasan. Kesehatan, kemerdekaan, dan iman adalah harta dunia akhirat.

Kita berada di Indonesia, sudah termasuk negara muslim paling demokratis, aman, negeri paling dermawan.

Riset World Giving Index, 2023 yang dirilis oleh Charities Aid Foundation, mengatakan 8 dari 10 manusia Indonesia itu dermawan. Jangan sampai kita termasuk dua orang yang kikir.

Di Indonesia ada full kebebasan beragama, salah satu aman di dunia, patut kita syukuri. Dengan segala kekurangannya.

Surat An Nahl ayat 18. 
 
Jika engkau menghitung nikmat Allah, tentu kamu tidak akan mampu menghitungnya.

Surat Ad Dhuha ayat 11, kita diminta untuk mensyiarkan nikmat allah yang dikaruniakan  , وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّث

Bahkan Sebagaimana hadist Riwayat Al Baihaqi, kita diminta untuk mensyukuri hal hal yang kecil. 

مَنْ لاَ يَشْكُرُ الْقَلِيْلَ لاَ يَشْكُرُ الْكَثِيْرَ
 وَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ لاَ يَشْكُرُ اللهَ

man laa yaskuril qolil, la yaskuril katsiir, 
wa man laa yaskurin nass, la yaskurillah

“Siapa orang yang tak bersyukur atas hal hal kecil, maka dia tak bisa bersyukur atas karunia yang besar”. 

“Barang siapa yang TIDAK berterima kasih pada orang yang menolong dan memberi, termasuk kepada anggota keluarga, maka sama saja ia TIDAK bersyukur kepada Allah”.

Baiknya keluarga kita, pasangan kita, anak anak kita, adalah karunia, maka kita berterima kasih kepada mereka, bapak, ibu, anak, saudara, bahkan kolega.

Kebaikan negara kita, para pahlawan, pendiri organisasi ini dan penerusnya misalnya adalah karunia kita yang patut kita syukuri.

Kita harus merawat betul negeri ini,  lembaga ini, menjaga kerukunan sebagai rasa syukur.

fabiayyi aala irobbikuma tukaddzibaan.

Nikmat apa lagi yang pantas kita dustakan

Salah satu ayat yang peling sering dibaca ialah 

وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَا لضَّرَّآءِ وَا لْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَا لْعَا فِيْنَ عَنِ النَّا سِ ۗ وَا للّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ  

Artinya : Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.

Siapa orang bertaqwa? "(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan."

Salah satu hal yang terbaik sebagai manifestasi syukur nikmat,  adalah kesediaan bersedia memperbaiki kesalahan kesalahan kita, menjaga hati, menjaga diri dan menjaga niat, menghindarkan diri dari sikap menerabas tatanan menuruti egonya, anti mementingkan diri sendiri.

Kita orang biasa biasanya- termasuk diri saya- sering mengeluh, sering menuntut. Akhirnya lupa. Itu lawan dari bersyukur.
 
Saya mengajak diri saya pribadi dan kepada jamaah sekalian untuk mengisi tanggung jawab PRIBADI, sebagai bentuk rasa syukur, mengerjakan hal hal berikut.

Pertama; tanggung jawab sebagai makhluk dan abdillah, mari kita selesaikan tugas tugas ilahiyah, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. 

Kedua, tanggung jawab keluarga inti dan tanggung jawab profesi, melaksanakan kewajiban pada diri sendiri dan keluarga, anak, istri, suami, terutama orang tua. menghiasi profesi dengan tanggung jawab, kejujuran, kasih sayang, ketulusan  dan helpfull

Ketiga; tanggung jawab sosial kepada tetangga, saudara terutama yang membutuhkan dengan berbagi walau dengan sumbangan tak seberapa. Charity, Zakat, Infaq, Shadaqoh adalah jalannya. Giving, Loving and Caring.

Potensi zakat Indonesia menurut BAZNAS tahun 2023 adalah 36 Trilun, Kota Surabaya, 7,6 Triliun, Kota Malang 1,1 Trilun, Kab Malang 1,3 Triliun. Dari potensi itu rata rata pertahun tergali 10 persen.

Ibadah jangan hanya dicari di mihrab atau tiang-tiang masjid, sajadah. Tetapi juga di perut orang-orang yang lapar, di tubuh orang-orang yang terlantar, orang orang sakit. Dalam diri orang sakit ada Allah.

Keempat; tanggung jawab kepada bangsa dan negara, merawat kerukunan sebagai rasa syukur. Hubbul wathon minal iman. Cinta negara adalah Sebagian dari iman.

Kelima; tanggung jawab kepada alam dan lingkungan semesta dengan cinta alam dan melindunginya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved