Breaking News

Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Ambruk

Sosok Lora Moh Ubaidillah, Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny, Putra Kiai Ponpes di Blega

Moh Ubaidillah (17) menjadi satu di antara 17 nama korban meninggal dunia yang dilansir Tim DVI Polda Jatim karena berhasil

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Januar
TribunMadura.com/ Luhur Pambudi
DUKA PONPES Al-KHOZINY- Paman Moh Ubaidillah, Muksin (55) saat ditemui TribunJatim.com, di RS Bhayangkara Surabaya, pada Selasa (7/10/2025) 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA-Moh Ubaidillah (17) menjadi satu di antara 17 nama korban meninggal dunia yang dilansir Tim DVI Polda Jatim karena berhasil teridentifikasi melalui pencocokan sampel data Ante-Mortem (AM) dan Post-Mortem (PM) RS Bhayangkara, pada Selasa (7/10/2025) malam.

Pemuda bertubuh tinggi itu ternyata putra seorang tokoh masyarakat atau ulama pengasuh Ponpes Pondok Pesantren Blega Syaikhona Muhsin, Blega, Bangkalan, bernama Muhammad Bahri Bahruddin.

Paman korban Muksin (55) cuma bisa menatap kosong dengan air muka sayu ke arah peti jenazah sang keponakan yang baru saja rampung disalatkan bersama 16 peti jenazah lainnya, di tenda ruang tunggu keluarga.

Peci putih yang dikenakan berkali-kali dibenahi tata letaknya selama menunggu giliran antrean momen pengangkutan jenazah ke dalam mobil ambulan.

"Nama ayahnya, Muhammad Bahri Bahruddin dan Bubah, panggilannya. Mereka tokoh masyarakat, ngajar di pondok. Iya kiai pondok. Ponpes Syaikhona Muhsin Blega," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com, di RS Bhayangkara Surabaya, pada Selasa (7/10/2025) malam.

Mengenang kembali sosok Lora Ubaidillah; sebutan khas bagi anak seorang pengasuh ponpes di Madura, Muksin mengaku terharu.

Karena, Lora Ubaidillah terbilang sebagai anak yang berkepribadian baik, santun dan taat beribadah.

Ingatannya terhadap sosok Lora Ubaidillah tatkala pulang ke rumah atau di lingkungan pesantren orangtuanya, cuma keistiqomahan menjalankan salat fardu berjamaah di masjid ponpes.

"Dia aktif berjamaah. Dia paling istiqomah yang salat jamaah," ungkapnya.

Sikap tawadhu terhadap orang yang lebih tua, apalagi kepada orangtua seperti sang ayahandanya, Muksin benar-benar mengacungi jempol.

"Kalau disuruh meninggalkan abinya berangkat salat duluan, dia enggak mau, dia memilih masih mau menunggu abahnya," jelasnya.

Terakhir kali keluarga bertemu dengan Ubaidillah, adalah pada momen liburan mauludan, beberapa bulan lalu.

Selama di rumah atau lingkungan ponpes milik sang abah, Ubaidillah juga membantu abahnya mengajar mengaji pada kalangan santri yang usianya lebih muda.

"Sosok dia rajin ibadah. Dia lumayan pintar. Cerdas anaknya. Kalau di rumah sering bantu bantu, ya kadang ngajar, ustad, iya (iqra). Iya bantu ngajar mengaji (anak sekitar rumah)," terangnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved