Berita Sumenep

Produksi Bawang Merah di Sumenep Melonjak, Pemkab Salahkan Cuaca yang Tidak Stabil

Harga bawang merah di Sumenep sedang melonjak.   Terkait hal itu, Pemkab Sumenep menyalahkan cuaca yang tidak stabil.

Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Januar
TribunMadura.com/ Ali Hafidz Syahbana
MENINGKAT: Kepala DKPP Sumenep Chainur Rasyid mengatakan, produksi bawang merah memiliki peran penting dalam stabilitas ekonomi daerah, Jumat (24/10/2025). 

Ringkasan Berita:
  • Harga bawang merah di Sumenep sedang melonjak tinggi
  • Pemkab Sumenep buka suara terkait hal itu
  • Cuaca yang tidak stabil disebut jadi penyebab

 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Ali Hafidz Syahbana

TRIBUNMADURA.COM, SUMENEP - Harga bawang merah di Sumenep sedang melonjak.
 
Terkait hal itu, Pemkab Sumenep menyalahkan cuaca yang tidak stabil.
 
Produksi bawang merah di Kabupaten Sumenep terus menunjukkan tren positif dalam lima tahun terakhir.

Sesuai data terbaru yang ada di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Sumenep mencatat, hingga September 2025 total produksi bawang merah mencapai 13.552,8 ton.

Kepala DKPP Sumenep Chainur Rasyid mengatakan, bahwa capaian tersebut menunjukkan sektor pertanian bawang merah di Sumenep makin berkembang pesat.

"Kalau dibandingkan tahun 2020, peningkatannya luar biasa. Dulu hanya sekitar 6.876,1 ton, sekarang sudah tembus belasan ribu ton," kata Chainur Rasyid saat dikonfirmasi pada Jumat (24/10/2025).

Dari data DKPP tersebut, produksi bawang merah di Sumenep terus mengalami fluktuasi, namun trennya cenderung meningkat.

Pada 2021, hasil panen naik tajam menjadi 11.945,9 ton, meski sempat menurun di 2022 menjadi 11.553,4 ton.

Namun, pada 2023 - 2024, hasil produksi kembali melejit masing-masing menjadi 14.377 ton dan 14.442,2 ton.

"Peningkatan ini tidak terlepas dari dukungan cuaca yang relatif stabil, serta kemampuan petani dalam mengendalikan hama dan penyakit," jelasnya.

Pejabat yang akrab disapa Inung ini mengatakan, stabilnya harga bawang merah di pasaran juga menjadi sinyal positif bahwa produksi di tingkat petani dan permintaan pasar berjalan seimbang.

Dengan demikian, pihaknya mengingatkan bawang merah bukan hanya komoditas pertanian biasa, melainkan salah satu penentu inflasi di daerah.

Karena itu, menjaga kestabilan produksi dan pasokan menjadi sangat penting bagi ekonomi lokal.

"Bawang merah punya peran strategis terhadap stabilitas ekonomi daerah. Kalau harganya naik, bisa langsung berpengaruh pada inflasi," katanya.

Pihaknya menilai, permintaan bawang merah yang terus tinggi membuat komoditas ini memiliki prospek cerah, baik untuk konsumsi rumah tangga maupun pasokan pasar nasional.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved