Berita Terkini Sumenep

Warga Sumenep Keluhkan Kapal Cepat Ekspres Bahari: Fasilitas Rusak, Perjalanan 3 Jam Jadi 7 Jam

Warga Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura, mengeluhkan layanan kapal cepat Ekspress Bahari yang melayani rute Pulau Kangean–Kalianget.

Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Taufiq Rochman
Istimewa/TribunMadura.com
DIKELUHKAN - Kapal cepat Express Bahari 8B saat bersandar di Pelabuhan Kalianget, Kabupaten Sumenep, 2024. Warga Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura, mengeluhkan layanan kapal cepat Ekspres Bahari yang melayani rute Pulau Kangean–Kalianget, Minggu (2/11/2025) 

Tidak pernah ada kapal pengganti.

Akibatnya, warga Kangean kerap terisolasi dan tidak bisa menyeberang ke daratan Sumenep.

"Kalau kapal perawatan, ya sudah, kami terjebak di sini. Tidak ada kapal pengganti. Masyarakat selalu dirugikan," katanya.

Dengan persoalan itu, masyarakat Pulau Kangean mendesak Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur, dan Pemkab Sumenep segera turun tangan untuk meninjau kondisi kapal Ekspress Bahari.

"Pemerintah harus tegas. Kapal ini sudah banyak pelanggaran. Jangan tunggu ada korban dulu baru bertindak," desak Usman.

Sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, setiap kapal penumpang wajib:

Memiliki sertifikat kelaikan dan keselamatan yang masih berlaku. Tidak mengangkut penumpang melebihi kapasitas. Menyediakan fasilitas keselamatan dan kenyamanan bagi penumpang dan menjamin pelayanan publik yang berkelanjutan, terutama di wilayah kepulauan.

Jika terbukti melanggar, operator kapal dapat dikenai sanksi administratif hingga pencabutan izin pelayaran, bahkan pidana jika kelalaiannya membahayakan keselamatan.

Dengan demikian lanjutnya, warga kepukauan ini berharap laporan dan keluhan mereka tidak lagi diabaikan.

"Kami bayar tiket mahal, tapi pelayanan makin parah. Kalau kapal ini tidak layak, hentikan dulu sebelum jatuh korban," tegasnya.

Terpisah, Kepala Cabang PT Sakti Inti Makmur (SIM) Express Bahari 8B Kalianget, Moh Nurullah membenarkan keterlambatan perjalanan pelayaran tersebut.

Namun, itu terjadi pada awal hingga pertengahan Oktober 2025.

"Kalau di awal sampai pertengahan Oktober memang iya, karena mesin satu mati atau ada problem di mesin yang sedang kami perbaiki," kata Nurullah saat dikonfirmasi media ini.

Apalagi waktu itu lanjutnya, tidak ada kapal lain yang beroperasi dan terpaksa harus memberikan pelayanan bagi warga kepulauan meskipun ada kerusakan satu mesin.

"Saat itu tidak ada kapal lain yang beroperasi dan hanya kami. Agar tetap terlayani, kami terima penumpang dan saat itu barengan dengan jamaah umroh. Kami merasa kasihan kalau tidak berangkat," tuturnya.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved