Madura
Mengenal Karapan Sapi: Perlombaan Pacuan Sapi Khas Madura
Mengenal Karapan Sapi yang terkenal, pelombaan pacuan sapi khas Madura, Jawa Timur
Penulis: Rendyta Bintang Hapsari | Editor: Januar
Ringkasan Berita:
- Karapan Sapi adalah pacuan sapi tradisional Madura yang menggunakan sepasang sapi penarik kereta kayu untuk joki, berlangsung di trek sekitar 200 meter, biasanya digelar Agustus–Oktober, dan final memperebutkan Piala Bergilir Presiden di Pamekasan.
- Tradisi ini berawal dari kebutuhan masyarakat Madura yang tanahnya kurang subur, sehingga mereka memanfaatkan sapi untuk membajak sawah.
- Teknik membajak dengan dua sapi yang dikenalkan Syekh Ahmad Baidawi
TRIBUNMADURA.COM – Karapan sapi merupakan perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur.
Perlombaan ini menggunakan sepasang sapi yang menarik kereta dari kayu yang digunakan untuk joki berdiri dan mengendalikan sepasang sapi tersebut.
Karapan Sapi diawali dengan mengarak pasangan-pasangan sapi mengelilingi area pacuan dengan iringan musik saronen.
Lomba ini mengadu kecepatan antara pasangan sapi lainnya dengan trek pacuan sekitar 200 meter dan berlangsung selama sepuluh detik sampai satu menit.
Biasanya karapan sapi ini diselenggarakan pada bulan Agustus dan September setiap tahunnya, dan pertandingan final pada akhir September atau Oktober di Kota Karesidenan, Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.
Baca juga: Kericuhan Final Karapan Sapi Piala Presiden di Bangkalan: 1 Brimob Terluka, Pelaku Diamankan
Sejarah Karapan Sapi
Karapan Sapi dilatarbelakangi oleh tanah Madura yang kurang subur untuk lahan pertanian.
Sehingga masyarakat Madura mengalihkan mata pencaharian sebagai nelayan untuk daerah pesisir dan beternak sapi sekaligus bertani khususnya untuk membajak sawah atau ladang.
Lalu seorang ulama yang berasal dari Sumenep bernama Syekh Ahmad Baidawi (Pangeran Katandur) memperkenalkan cara bercocok tanam menggunakan sepasang bambu yang kemudian dikenal dengan sebutan “nanggala” atau “salaga” yang ditarik oleh dua ekor sapi.
Tujuan awal dari Karapan Sapi adalah memperoleh sapi-sapi yang kuat untuk membajak sawah.
Masyarakat Madura yang memelihara sapi lalu menggunakan Teknik tersebut untuk sawah-sawah mereka.
Muncullah tradisi Karapan Sapi yang kemudian menjadi tradisi tahunan, khususnya setelah musim panen habis.
Pelaksanaan Karapan Sapi
Karapan Sapi dibagi menjadi empat babak, yaitu:
1. Babak pertama
Seluruh sapi diadu kecepatannya dalam dua pasang untuk memisahkan kelompok menang dan kelompok kalah. Pada babak pertama ini semua sapi dapat bertanding lagi sesuai dengan kelompoknya.
2. Babak kedua
Babak ini disebut dengan babak pemilihan kembali, pasangan sapi pada kelompok yang menang akan ditanding lagi, begitupun dengan pasangan sapi pada kelompok yang kalah.
Pada babak ini semua pasangan dari kelompok menang dan kalah sudah tidak diperbolehkan bertanding lagi kecuali pasangan sapi yang menempati kemenangan urutan teratas di masing-masing kelompok.
3. Babak ketiga
Babak ini merupakan semi-final, pasangan sapi yang menang akan diadu kembali untuk menentukan tiga pasang sapi pemenang dan tiga pasang sapi dari kelompok kalah.
4. Babak keempat
Babak final, diadakan untuk menentukan juara I,II, dan III dari kelompok kalah.
| Momen Khidmat Menyanyikan Lagu Indonesia Raya di Terminal Sumenep Jelang Keberangkatan Bus |
|
|---|
| KJS Resmi Luncurkan Madura Ethnic Carnival 2025, Angkat Tema 'Topeng' Sebagai Warisan Budaya |
|
|---|
| Mengenal Taneyan Lanjhang, Permukiman Tradisional Madura yang Sarat Makna Keluarga |
|
|---|
| Mengenal Asal Usul Suku Madura dari Budaya hingga Ciri Khas yang Melegenda |
|
|---|
| Apa itu Rokat Tase? Tradisi Masyarakat Madura Jelang Musim Melaut, Ada 4 Alasan Awet Dilestarikan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/madura/foto/bank/originals/Pasangan-sapi-kerap-milik-Aulia-Rahman-tim-Bojoku-Nakal-saat-bertanding-di-Lapangan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.