Brilian, Pemuda Usia 24 Tahun ini Sudah Raih Gelar Doktor di ITS Surabaya, Simak Kisah Suksesnya

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) di tahun 2015 telah meluncurkan program yang menantang para sarjana unggulan unt

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM/SULVI SOFIANA
Rendra saat bersama orang tuanya usai prosesi Wisuda ke-119 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Minggu (17/3/2019). 

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) di tahun 2015 telah meluncurkan program yang menantang para sarjana unggulan untuk menyambung studi mereka hingga ke tingkat doktoral dalam kurun empat tahun.

Program ini akhirnya terlihat hasilnya dalam Wisuda ke-119 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Minggu (17/3/2019).

Rendra Panca Anugraha (24) dari Departemen Teknik Kimia ITS menjadi salah satu wisudawan yang merupakan doktor termuda di usia 24 tahun 4 bulan

Khofifah dan Arumi Bersama Ibu Bhayangkari Goyang Duyung Bareng Via Vallen di Acara MRSF di Suramadu

Meski Tak Juara di Pemilihan Raka-Raki Jatim 2019, Kacong-Cebbing Torehkan Prestasi Tersendiri

Sempat Selfie Usai Bersepeda, Pria ini Mengeluh Kesakitan dan Meninggal, Punya Riwayat Penyakit ini

Kelulusannya di usia yang tak biasa ini sama dengan Grandprix Thomryes Marth Kadja, peraih rekor MURI sebagai doktor termuda di Indonesia yang juga di usia 24 tahun di Institut Teknologi Bandung pada tahun 2017 lalu.

Sehingga, pemuda yang kerap disapa Rendra ini bisa dikatakan sebagai doktor termuda di Indonesia saat ini.

Rendra mengungkapkan mendapat usulan dari dosen pembimbingnya di masa studi sarjana (S1), untuk mengikuti sebuah program beasiswa bernama Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).

Dimeriahkan Via Vallen, 540.000 Peserta Ramaikan Millenial Road Safety Festival di Suramadu

Sering Gunakan Headphone Bluetooth Berpotensi Terkena Kanker, Karena Pancarkan Radiasi Lebih Tinggi

Forum Relawan Penanggulangan Bencana Pamekasan Ikuti Koordinasi Relawan se-Jawa Timur

Pemuda kelahiran Bondowoso, 25 November 1994 ini kemudian berhasil menyelesaikan studi dalam kurun waktu 3,5 tahun saja.

Selama kurun waktu itu pula, mahasiswa bimbingan Prof Gede Wibawa dan Prof Ali Altway ini berhasil melakukan publikasi penelitian di tiga jurnal ilmiah internasional bereputasi, serta dua seminar internasional.

Bagi Rendra menjadi seorang doktor harus memiliki bekal dasar untuk menangani hal semacam ini, dan ini membuka peluang baginya untuk bisa berkontribusi menjalankan perannya.

“Cara saya menikmati masa muda adalah dengan menemukan solusi atas masalah yang ada di masyarakat dengan ilmu dan kemampuan yang saya miliki,” tutur doktor yang juga dipercaya sebagai supervisor researcher di Laboratorium Termodinamika ITS ini.

Dalam disertasinya, Rendra terfokus pada pemanfaatan Dimethyl Carbonate (DMC) dan Diethyl Carbonate (DEC) sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin.

" Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar fosil (terutama bensin atau gasoline), padahal sumber daya tersebut sangat terbatas. Makanya saya ingin menawarkan gagasan untuk mengurangi ketergantungan ini dengan menambahkan DMC dan DEC yang dapat diproduksi dari sumber biomassa,"paparnya.

Terjerat Kasus Narkoba, Pria Asal Jombang ini Terpaksa Nikahi Kekasihnya di Mapolres Lamongan

Dukung Hasil Munas Alim Ulama NU, PSI Sebut Miliki DNA yang Cocok dengan Warga Jatim

Antrian Pelabuhan Kamal Mengular Capai 1 KM, Bantuan Ratusan Nasi Bungkus Ludes Dalam Hitungan Menit

Menurut putra pasangan Suwardjito dan Miftachul Djannah ini selama menjalani program PMDSU, ia sempat dihadapkan pada beberapa persoalan yang menghambat progres penelitiannya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved