Guru Honorer Dimutilasi
TERUNGKAP, Sebelum Guru Honorer Dimutilasi, Dia Bawa Uang Sebanyak ini & Deretan Barang Berharga ini
TERUNGKAP, Sebelum Guru Honorer Dimutilasi, Dia Bawa Uang Sebanyak ini & Deretan Barang Berharga ini.
Penulis: Mujib Anwar | Editor: Mujib Anwar
Sehingga bisa dibilang, Budi Hartanto, sang guru honorer korban mutilasi yang mengajar di SDN Banjarmlati Kota Kediri merupakan seorang pengusaha muda, dengan beragam diversifikasi usaha.
Nasuha, paman korban menjelaskan, bahwa selain berprofesi sebagai guru, Budi Hartanto memiliki karakter yang ulet dan kreatif, pihak keluarga juga mengetahui kalau Budi Hartanto juga membuka lapak bisnis kecil-kecilan di kawasan GOR Jayabaya, Kota Kediri.
"Usahanya banyak karena anaknya kreatif," katanya.
Dari beberapa usaha yang dikelola tersebut, diketahui Budi Hartanto memiliki Warung Kopi (Warkop) yang berada di Kawasan GOR Jayabaya.
Korban Budi Hartanto juga mengelola satu jasa sanggar CK Dance Home menyiapkan penari Sexy Dancer, Kontenporer Dance, Tradisional Dance, Kabaret Dance dan Moderen Dance female dan male.
Pantauan di lapangan, Kamis (4/4/2019), sanggar CK Dance Home sudah tiga hari terakhir tutup. Lokasi sanggar ini juga dipergunakan oleh Budi untuk membuka warung Royal Cafee Kediri pada malam hari.
Korban juga mengelola Izal Bilyard, arena biliar yang ada disamping sanggar CK Dance Home. Namun pengelolaan arena biliar baru dilakukan setahun terakhir.
Selain itu, diketahui korban juga memiliki bisnis jual beli Handphone (Ponsel) dan pulsa.
Tak hanya itu saja, Budi Hartanto juga dipercaya oleh rekannya untuk mengelola usaha bisnis bersama, yakni dalam bidang sewa rental mobil.
Bahkan profesi sebagai driver online juga dijalaninya.
Jadi Driver Online
Ihwal Budi Hartanto sebagai driver taksi online ini diungkap oleh Front Driver Online Tolak Aplikator Nakal (Frontal).
Frontal mengungkapkan bela sungkawa atas meninggalnya salah satu driver online Kediri korban mutilasi atas nama Budi Hartanto.
Humas Frontal, David Walalangi meminta pihak kepolisian agar mengusut kasus tersebut dan segera menangkap serta menindak tegas pelaku pembunuhan dan mutilasi yang terjadi terhadap Budi.
"Ini juga sekaligus menjadi pelajaran bagi semua Driver Online Jawa Timur agar lebih berhati-hati dalam memilih pergaulan dalam mengais rezeki setiap hari," kata David, Kamis (4/4/2019).
David meminta agar driver online untuk waspada dan tidak terjerumus pada peredaran dan penggunaan narkoba, atau juga melakukan kejahatan IT.
"Karena tidak dapat di pungkiri resiko Driver Online sangat besar, sebab tanpa mengenal siapa penumpang yang dijemput dan apa yang dibawa penumpang. Seorang Driver Online harus melaksanakan kewajibannya dalam menjemput penumpang agar dapat mengais rejeki atau mengejar tutup point," lanjut David.
Sebagai contoh, tak jarang penumpang mabuk dari beberapa lokasi hiburan malam melakukan pemesanan secara online.
"Perkenalan dan komunikasi Driver pun terkadang menjadi bebas dan tidak terkendali. Keadaan kondisi ekonomi yang terjepit atau terkadang kondisi mengejar cicilan bisa membuat driver gelap mata atau salah jalan," kata David.
Pengalaman-pengalaman yang terjadi dari Driver Online yang lain, menurut David harus juga menjadi pelajaran bagi semua Driver Online se Jawa Timur agar lebih waspada dan mawas diri.
Humoris dan Supel
Tak hanya orang tua dan keluarga yang kehilangan atas meninggalnya Budi Hartanto, guru honorer dibunuh dan guru honorer dimutilasi. Teman-temannya juga merasa sangat kehilangan.
Ini tak lepas dari sosok Budi Hartanto bagi rekan-rekannya dikenal sebagai pribadi yang periang dan humoris serta supel dalam bergaul.
Tidak membeda-bedakan orang dalam bersikap pada kesehariannya.
Widi, seorang rekan di SDN Banjarmlati 2 Kota Kediri, mengenal Budi sebagai sosok penghidup suasana.
Ketegangan akibat kesibukan pekerjaan kerap terurai dan berubah ceria karena sosok Budi.
Dia dianggap selalu punya cara untuk menghidupkan suasana.
"Orangnya baik dan ceria," ujar Widi.
Di mata anak didiknya, sosok Budi tidak hanya sebagai guru tetapi juga dianggap sebagai pengayom dan selalu terbuka dengan siapa saja.
Itu yang membuatnya banyak mempunyai anak didik.
"Saya ketemu terakhir pada Jumat," ujar Safa, salah satu anak didiknya saat takziah di rumah duka. (*)