Virus Corona di Pamekasan
Menolak Diisolasi di Rumah Sakit, Pasien Reaktif Covid-19 dan Petugas Medis Berdebat Panjang Lebar
Pemkab Pamekasan mendapati banyak kendala saat menanggulangi dan mencegah penyebaran Covid-19 di Kabupaten Pamekasan, Madura.
Penulis: Muchsin Rasjid | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN – Pemkab Pamekasan mendapati banyak kendala saat menanggulangi dan mencegah penyebaran Covid-19 di Kabupaten Pamekasan, Madura.
Selain tingkat kesadaran masyarakat belum masif, juga petugas dan tenaga medis mendapat penolakan dari keluarga pasien ataupun pasien sendiri untuk diisolasi ke rumah sakit.
Kendala penangangan Covid-19 di Pamekasan ini, diungkapkan Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam.
Pasien yang sudah berdasarkan hasil analisa dan rapid test dinyatakan positif, namun ketika pasien akan dibawa petugas medis ke rumah sakit, pasien tidak langsung nurut, tapi petugas medis bedebat terlebih dengan pasien dan keluarganya.
Bupati mengungakapkan, dirinya prihatin dengan kejadian beberapa waktu lalu.
Ketika petugas medis, termasuk sopir yang sudah mengenakan pakaian hazmat, mendatangi rumah pasien untuk dibawa ke rumah sakit, tidak langsung mau, tapi harus berdebat panjang dan menunggu berjam-jam di rumahnya, agar pasien sadar dan mau diisolasi demi kesembuhan yang bersangkutan.
• Siasat Pemkot Surabaya agar UMKM Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19, Libatkan Produksi Makanan-APD
• Cara Download MP3 Lagu Aisyah Istri Rasulullah, Cover Syakir Daulay, Anisa Rahman dan Happy Asmara
• Dua Hari Jelang Berakhirnya PSBB Gresik, Ratusan Orang Nongkrong di Warung Kopi dan Dihukum Push Up
“Bayangkan, petugas medis dan sopir ambulan mengenakan APD lengkap, menunggu pasien dari pukul 19.00 hingga pukul 02.00 dini hari. Selama tujuh jam itu, petugas dengan sabar, tidak bisa minum dan makan, serta menahan untuk buang air kecil. Padahal, ini semua demi pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal. Tapi pasien sendiri yang kurang koperatif,” ujar Baddrut Tamam, Jumat (8/5/2020).
Menurut bupati, masalah kesehatan milik semua elemen masyarakat.
Peran gugus satuan tugas Covid-19 itu, di antaranya melakukan tracking, sosialisasi yang masih kepada masyarakat dengan menciptakan kesadaran bagi masyarakat, tentang bahaya Covid dan bantuan pelayanan maksimal terhadap masyarakat.
Karena itu, perang terhadap Covid-19 ini bisa terhambat, tanpa partisipasi masyarakat yang tidak bersamaan dengan keinginan pemerintah.
Sebab pihaknya sadar, tugas memerangi Covid, bukan semata-mata ada pada pemerintah, tetapi tugas semua pihak.
Diakui, masalah Covid-19 yang paling dikhawatirkan dan berbahaya jika terdapat pasien Covid-19 dengan status orang tanpa gejala (OTG).
Sehingga pemerintah memohon semua pihak untuk bekerjasama memerangi Covid-19, dimulai dari hulu atau dari masyarakat yang diperlukan kejujurannya dan kepatuhannya melakukan pola hidup sehat, untuk cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak, hindari kerumunan, tidak mengahadiri beberapa kegiatan.
• Hasil Swab Negatif, Satu Pasien Positif Covid-19 di Pamekasan Dinyatakan Sembuh dan Dipulangkan
• Bahas PSBB Malang Raya, Khofifah Panggil 3 Kepala Daerah, Sutiaji: Kami Putus Mata Rantai Covid-19
• BREAKING NEWS: Rencana PSBB Malang Raya akan Ditentukan Siang ini di Gedung Negara Grahadi Surabaya
Cara ini dinilai efektif, untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
“Yang aneh, kita memberitahu dan mengajak masyarakat untuk jaga jarak, bukannya diikuti, malah kadang kita ini ditertawakan. Tapi tidak apa-apa, karena ini merupakan bagian dari sebuah perjuangan untuk memerangi Covid-19,” ungkap Baddrut Tamam.