Waspada Serangan Jantung Saat Bersepeda, Simak Antisipasi dan Tips Aman Bersepeda Berikut ini

Dokter spesialis jantung Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Dian Zamroni tak menampik bila risiko serangan jantung memang juga mengintai pesepeda

Editor: Aqwamit Torik
Tangkapan layar Youtube Rodalink Indonesia
Ilustrasi sepeda lipat 

Kedua, tes yang terukur adalah dengan tes lari di treadmill, dengan tubuh ditempeli berbagai perangkat tes untuk mengukur kerja organ saat berolahraga.

Melalui tes ini, kinerja organ akan terekam, apakah ia memiliki potensi sumbatan di pembuluh darah jantung hingga gangguan kelistrikan jantung. Pengukuran ini dilakukan hingga batas kemampuan tubuh saat olahraga.

"Kemudian di sini diperiksa juga, ada atau tidak potensi pada saat dia treadmill, tekanan darahnya meloncat tinggi banget. Kalau tekanan darahnya tiba-tiba meloncat tinggi, berarti risikonya adalah potensi terjadinya pecah pembuluh darah," jelas Dian.

"Kalau misalnya dari hasil treadmill dia oke sampai dia berhenti 9 menit, itu bisa dikonversikan jadi dosis olahraga yang dianjurkan," tambahnya.

Ada cara lain untuk mengukur batas aman kinerja jantung saat olahraga, kata Dian, dengan perhitungan sederhana.

Metode ini untuk mengukur jumlah denyut nadi per menit.

Langkah pertama, batas aman jumlah denyut nadi adalah 220 dikurangi usia.

Jika usia Anda 40 tahun, maka denyut nadi 180 per menit jadi batas maksimal.

Agar lebih aman, ujar Dian, maka kinerja jantung 85 persennya saja.

Jika mengambil contoh di atas, maka batas aman denyut nadi per menit saat pria berusia 40 tahun bersepeda adalah 153 detak per menit.

"Kalau sudah tidak kuat, stop dulu istirahat," tutup dokter spesialis jantung yang juga praktik di RS Universitas Indonesia ini.

Terbaru, Daftar Harga HP Samsung Galaxy di Akhir Bulan Juni 2020, Mulai Seri M10, M20 Hingga S20

Fakta Baru Mayat Gadis yang Ditemukan di Pacet Mojokerto, Korban Sebelumnya Keluar Bareng Teman Pria

Bersepeda secara bertahap

Dian mengakui, bersepeda atau olahraga jenis lainnya memang dianjurkan untuk mempertebal kesehatan jantung, termasuk bagi kalangan yang mempunyai faktor risiko serangan jantung, misalnya penderita obesitas, hipertensi, atau mereka yang lanjut usia.

Akan tetapi, tentu saja olahraga yang membutuhkan kinerja jantung di atas rata-rata dapat langsung digenjot, apalagi untuk kalangan yang memiliki faktor risiko serangan jantung.

"Ibarat mesin motor. Baru beli, baru diisi oli, langsung dibuat kebut-kebutan, dibawa ke Puncak, atau jalan jauh, mesinnya mati. Jadi jangan langsung digeber," ujar Dian.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved