Virus Corona Belum Mereda, Kini Muncul Virus Baru Flu Babi G4 di China, Berpotensi Jadi Pandemi
Sama seperti Covid-19, flu babi G4 ini ditemukan di China dan bisa mengancam sebagai pandemi baru.
TRIBUNMADURA.COM - Wabah Covid-19 atau virus corona belum mereda di sejumlah negara di dunia.
Kini, muncul virus flu babi jenis baru yang diberi nama G4.
Sama seperti Covid-19, flu babi G4 ini ditemukan di China.
• Wanita Melahirkan Bayi di Dalam Bus Tujuan Surabaya Gegerkan Penumpang Lain, Begini Kronologinya
• Gelagat Mencurigakan Pria Setengah Baya di Puskesmas, Terciduk CCTV Bawa Pulang Kursi Besi Pasien
• Sinopsis Drama Korea Backstreet Rookie Episode 4, Kim Yoo Jung Kena Fitnah Kejam Pacar Ji Chang Wook
Bahkan, flu babi G4 ini bisa mengancam sebagai pandemi baru setelah Covid-19.
Lantas, apa sebenarnya flu babi jenis baru yang disebut-sebut berpotensi meluas itu?
Penyakit flu babi G4 tersebut pertama kali ditemukan oleh para peneliti di China.
Mereka terdiri dari ilmuwan di sejumlah universitas China serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
Hasil penemuan virus baru tersebut diungkap oleh sebuah penelitian yang diterbitkan PNAS, jurnal sains di Amerika Serikat (AS), pada Senin (29/6/2020).
Dilansir dari AFP via Kompas.com ( grup TribunMadura.com ), virus yang dinamai virus G4 ini secara genetik adalah turunan dari strain H1N1 yang menyebabkan pandemi pada 2009.

• Mulai 1 Juli 2020, Pertamina Uji Coba Transaksi Non Tunai Pelanggan di Seluruh SPBU Kota Surabaya
• Polda Jatim Gerebek Tempat Karaoke Kafe di Blitar, Tetapkan Satu Pelayan Tersangka Layanan Esek-Esek
Para ilmuwan itu menjelaskan bahwa virus ini telah memenuhi semua syarat penting untuk bisa bermutasi dan menginfeksi manusia.
Hasil penelitian ini diperoleh dari 30.000 tes swab hidung babi-babi di rumah jagal 10 provinsi China, termasuk di rumah sakit hewan.
Pengambilan sampel tersebut dilakukan dari tahun 2011 - 2018.
Uji massal itu berhasil mengumpulkan 179 jenis flu babi.
Sebagian besarnya adalah jenis virus baru yang sudah dominan berada di tubuh babi sejak tahun 2016.
Para peneliti lalu menggunakan ferret, sejenis musang, untuk melakukan berbagai macam penelitian mengenai flu baru ini.