Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia

Sastrawan Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia, Dikenal Sebagi Sosok Senang Berbagi dengan Anak Muda

Sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada usia 80 tahun, Minggu (19/7/2020) pukul 09.17 WIB.

Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Pujangga Sapardi Djoko Damono ikut berpartisipasi dalam Konser Gitaris Indonesia Peduli Negeri Musik dan Syair Solidaritas, di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (11/10/2018). Lebih dari 60 gitaris Indonesia, musisi dan seniman ikut berpatisipasi dalam konser yang diadakan untuk mengumpulkan donasi bagi korban gempa di Sulawesi Tengah dan Lombok. Selain musik serta puisi, dalam acara tersebut juga diadakan lelang gitar, donasi puisi, serta workshop pembuatan tempe yang juga ditujukan untuk donasi. 

TRIBUNMADURA.COM - Kabar duka datang dari dunia sastra Indonesia.

Sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada usia 80 tahun, Minggu (19/7/2020) pukul 09.17 WIB.

Sapardi menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan.

Kepergian Sastrawan Indonesia, Sapardi Djoko Damono meninggalkan bekas di hati para penggemar dan orang-orang yang mengenalnya.

Seperti yang diketahui, Sapardi Djoko Damono alias SDD, dikabarkan meninggal dunia pagi ini, Minggu (19/7/2020).

Na'imatur Rofiqoh, ilustrator sampul buku 'Menghardik Gerimis' karya Sapardi, mengungkapkan tentang sosok Sapardi yang ia kenal.

Menurut Na'im, Sapardi merupakan sosok yang harmonis dan menyenangkan.

Hasil Rapid Test Arema FC, Kloter Pertama 44 Skuat - Official Arema FC Non-reaktif

Pembebasan Lahan Stadion Sepak Bola Baru di Sampang Kurang 30 Persen, Ditargetkan Rampung Tahun 2020

Pemkot Malang Belum Putuskan Kapan Bioskop Buka, Mekanisme Penerapan Protokol Kesehatan akan Disusun

"SDD bagiku sosok yang humoris dan menyenangkan," ungkap Na'im saat dihubungi Tribunnews.com ( grup TribunMadura.com ), Minggu siang.

Penulis sekaligus ilustrator buku itu mengatakan, Sapardi juga sosok yang senang berbagi dengan anak-anak muda.

Kedekatannya dengan Sapardi bahkan membuatnya merasa Sapardi bukan saja seorang sastrawan senior melainkan sosok kakek baginya.

"Dia senang berbagi dan ngobrol panjang dengan anak-anak muda."

"Daripada sastrawan, aku lebih sering merasa dia sebagai kakek yang punya banyak sekali cerita," ujarnya.

Lebih lanjut Na'im pun menceritakan hal-hal yang ia pelajari dari sosok Sapardi.

Na'im mengungkapkan, Sapardi merupakan sosok generasi tua yang ia harapkan.

Hal ini lantaran, Sapardi tak pernah memandang remeh generasi muda.

Na'im juga menyebutkan, sebagai seorang penulis, Sapardi memiliki etos yang pantas dihormati.

"Dia sosok generasi tua yang aku harapkan, nggak mudah memandang remeh generasi muda, bahkan yang jauh di bawahnya."

"Sebagai penulis, dia punya etos yang pantas dihormati," ungkap Na'im.

Menurut Na'im, hingga hari-hari akhir masa hidupnya, Sapardi masih menulis.

"Apapun yang terjadi, dia masih dan terus menulis."

"Sampai hari-hari akhirnya, dia mengabarkan masih menulis," kata Na'im

Katalog Promo Indomaret 19 - 21 Juli 2020, Ada Promo Super Hemat Deterjen, Minyak Goreng dan Beras

Pernah Kolaborasi, Nadhifa Allya Tsana Sampaikan Belasungkawa Atas Meninggalnya Sapardi Djoko Damono

KATALOG PROMO ALFAMART Periode 17-19 Juli 2020: Mamy Poko Hanya Rp 60.600, Cek Paket Hemat Sembako

Diketahui dari unggahan terakhir di akun Instagram Sapardi, ia memang sempat mengabarkan pihaknya tengah mengerjakan sebuah novela.

Kabar tersebut ia unggah pada 10 Juni 2020 lalu.

"(WORK IN PROGRESS) Barngkali hidup adalah doa yang panjang dan sunyi adalah minuman keras.

Ia mengangguk, entah kepada siapa," tulis Sapardi bulan lalu.

Sapardi Djoko Damono Dimakamkan Minggu Sore

Sastrawan Sapardi Djoko Damono mengembuskan napas terakhirnya pada Minggu (19/7/2020), sekitar pukul 09.17 WIB.

Menurut keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Sapardi meninggal dunia di Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan.

Sastrawan kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, itu disemayamkan di Kompleks Dosen UI Ciputat,  Jl. Ir . H. Juanda no. 113, Tangerang Selatan.

Rencananya, Sapardi akan dimakamkan pada Minggu sore di Taman Pemakaman Giritama, Giri Tonjong, Bogor, Jawa Barat.

"Sesuai rencana keluarga jenazah akan dimakamkan sore hari ini Bakda Ashar di Taman Pemakaman Giritama, Giri Tonjong, Bogor."

"Dengan segala hormat, pelayat tidak diperkenankan mengantar/hadir di pemakaman, sesuai protokol kesehatan dari pemerintah serta persyaratan dari pihak pemakaman," begitu bunyi pesan yang diterima Tribunnews.com ( grup TribunMadura.com ), Minggu siang.

Jadwal Acara TV Minggu 19 Juli 2020 ANTV GTV Trans TV, Ada Film The Hunger Games: Mockingjay-Part 2

Simpan Sabu-sabu, 2 PNS di Lingkungan Pemkab Tulungagung Ditangkap Satreskoba

Pria Asal Tuban Ditemukan Tewas Gantung Diri di Pohon Bambu Desa Bader, Leher Terikat Sarung

Profil Sapardi Djoko Damono

Dilansir laman gramedia.com, Sapardi Djoko Damono merupakan sastrawan kelahiran Solo, 20 Maret 1940.

Sapardi pun menghabiskan masa mudanya di Solo.

Kecintaannya menulis dimulai sejak bangku SMA, di mana karyanya sudah sering diterbitkan di majalah.

Ketika ia menempuh kuliah bidang bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada (UGM), Sapardi semakin menggeluti dunia menulis.

BREAKING NEWS - Sastrawan Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia di Rumah Sakit Eka Hospital BSD

Balap Liar di Kelurahan Bancaran Bangkalan Dibubarkan Polisi, Puluhan Motor Diamankan

Kembali ke Pondok, 108 Santri Sidogiri Asal Pamekasan Jalani Rapid Test, 4 Orang Dinyatakan Reaktif

Sapardi Djoko Damono dalam wawancara di gedung Kompas Gramedia, Jakarta Pusat, Jumat (27/10/2017). (Tribunnews.com/Nurul Hanna)
Sapardi Djoko Damono dalam wawancara di gedung Kompas Gramedia, Jakarta Pusat, Jumat (27/10/2017). (Tribunnews.com/Nurul Hanna) ()

Selama periode ini Pak Sapardi juga terlibat dalam siaran radio dan teater.

Karier sastra Sapardi pun terus berkembang.

Sapardi sempat menjadi Direktur Pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison.

Sementara itu, sudah tak terhitung berapa banyak penghargaan yang dianugerahkan kepadanya.

Kecintaan Sapardi pada dunia sastra ia dedikasikan dengan mengajar di sejumlah tempat, termasuk Madiun, Solo, Universitas Diponegoro Semarang, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, hingga Institut Kesenian Jakarta.

Sapardi juga sempat menjadi dekan dan guru besar.

Dilansir Wikipedia, Sapardi merupakan satu di antara pendiri Yayasan Lontar.

Sapardi menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.

Sajak-sajak Sapardi telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa daerah.

Tidak hanya aktif menulis puisi, Sapardi juga produktif dalam menciptakan karya cerita pendek.

Selain itu, ia juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esai, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola.

Beberapa puisinya sangat populer di antaranya seperti "Aku Ingin" (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), "Hujan Bulan Juni", "Pada Suatu Hari Nanti", "Akulah si Telaga", dan "Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari".

BREAKING NEWS - 108 Santri Asal Pamekasan Madura Kembali ke Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan

Kepopuleran puisi-puisi tersebut sebagian dikarenakan musikalisasi oleh mantan-mantan mahasiswanya di FIB UI, yaitu Ags Arya Dipayana, Umar Muslim, Tatyana Soebianto, Reda Gaudiamo, dan Ari Malibu.

Dari musikalisasi puisi yang dilakukan mantan-mantan mahasiswa ini, salah satu album yang terkenal adalah oleh Reda dan Tatyana (tergabung dalam duet "Dua Ibu").

Selain mereka, Ananda Sukarlan pada 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.

(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia, Sosoknya Dikenal Senang Berbagi dengan Anak Muda

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved