Berita Pamekasan

Kedai Bukit Bintang Pamekasan Ditutup Paksa, Satpol PP Diminta Tak Tebang Pilih Tegakkan Aturan

Penutupan Kedai Bukit Bintang di Desa Larangan Badung Kecamatan Palengaan dinilai direncanakan dari jauh-jauh hari.

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN
Baisuni, Aktivis Kondang GMNI Pamekasan saat ditemui sejumlah media di Kantor DPRD Pamekasan, Madura, Rabu (7/10/2020). 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Penutupan paksa Kedai Bukit Bintang di Desa Larangan Badung, Kecamatan Palengaan, oleh Satpol PP Pamekasan mengundang respons sejumlah pihak.

Aksi penutupan Kedai Bukit Bintang itu pun direspon aktivis kondang asal Kabupaten Pamekasan, Baisuni.

Baisuni mengapresiasi keberanian kinerja Satpol PP Pamekasan yang langsung menutup paksa Kedai Bukti Bintang saat demo pada Senin (5/10/2020) itu.

Warga Binaan Rutan Klas IIB Sumenep Kini Bisa Kembali Belajar Lewat Program Pendidikan Kesetaraan

Jenguk Tetangga Positif Covid-19, Puluhan Warga Ponorogo Jalani Tes PCR, Potensi Klaster Jagong Bayi

Miris Aksi Pelajar 13 Tahun Sudah Nekat Bobol Brankas Kantor Koperasi, Bawa Kabur Uang Rp 43 Juta

Namun, ia mempertanyakan soal dari mana Satpol PP Pamekasan mendapatkan banner yang bertuliskan 'Kedai Bukit Bintang Tutup'.

Baisuni menduga, penutupan Kedai Bukit Bintang itu sengaja direncanakan dari jauh-jauh hari, sehingga banner sudah siap dan langsung dipasang saat demo berlangsung.

"Mestinya Satpol PP memusyawarahkan dulu antara pengelola dengan tokoh masyarakat setempat tanpa langsung menutup secara paksa," kata Baisuni saat menggelar konferensi pers, Rabu (7/10/2020).

"Memberikan solusi itu lebih baik tanpa langsung menekan menutup," sambung dia.

Aktivis kondang tahun 2000 ini juga menyayangkan sikap Satpol PP Pamekasan yang langsung menutup paksa.

Menurutnya, dalam insiden ini, Satpol PP Pamekasan terkesan tebang pilih.

Suasana saat massa membakar fasilitas yang terdapat di Wisata Bukit Bintang di Desa Larangan Badung, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Madura, Senin (5/10/2020).
Suasana saat massa membakar fasilitas yang terdapat di Wisata Bukit Bintang di Desa Larangan Badung, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Madura, Senin (5/10/2020). (TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN)

Nasib Pengelola Bukit Bintang Pamekasan usai Fasilitas Wisata Dibakar Massa, ASPRIM Akui Prihatin

Kemenhub Sosialisasi Keselamatan Jalan di Kota Blitar, Ajak Pengendara Disiplin Protokol Kesehatan

Sebab, kata dia, tempat karaoke Wiraraja yang jelas-jelas tidak berizin, sampai hari ini tak ada tulisan penutupan seperti yang dipasang di Kedai Bukit Bintang.

"Itu pembangunan Kafe dan Resto Wiraraja berada di bibir Pantai Tlanakan yang tentunya merupakan proses reklamasi, secara aturan pembangunan dengan melakukan sistem reklamasi itu tidak boleh," ujarnya.

Saran Baisuni, jika Satpol PP Pamekasan ingin betul-betul menegakkan aturan, seharusnya tempat karaoke yang sudah ditutup oleh Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam sejak awal tahun 2019 wajib diawasi secara ketat.

Namun faktanya, ia mendapat informasi dari masyarakat perihal ditemukan banyaknya tempat karaoke yang masih beroperasi di waktu malam hari.

"Ini perlu ditegakkan juga dan jangan tebang pilih," pintanya.

Tak hanya itu, pria yang akrab dikenal Sony Lanyala ini juga membeberkan terkait banyaknya temuan rumah indekos yang banyak dijadikan tempat mesum muda-mudi yang belum suami istri.

Ia juga meminta kepada Satpol PP Pamekasan agar secara ketat mengawasi keberadaan indekos yang juga terindikasi banyak dijadikan tempat mesum dan maksiat.

Jawa Timur Tinggalkan Status Zona Merah Kota/Kabupaten, Gubernur Minta Warga Tak Tinggalkan 3M

Perangkat Desa Ketahuan Selingkuh dengan Istri Orang, Kini Dituntut Warga untuk Mundur dari Jabatan

"Banyak kosan yang tidak sesuai dengan aturan, fakta di lapangan banyak muda-mudi yang tidak memiliki identitas suami istri tinggal sekamar, itu jelas-jelas menjadi sarang maksiat," bebernya.

"Itu juga harus diawasi secara ketat dan ditindak, bila memang tidak ingin kota ini menjadi sebutan kota sarang maksiat," sambungnya.

Menurut Sony, Kedai Bukit Bintang tidak mungkin dijadikan tempat mesum, sebab tempatnya terbuka.

Saran dia, jangan sampai masyarakat terprovokasi oleh isu-isu yang sengaja dibuat untuk menciptakan kegaduhan di Pamekasan.

"Satpol PP Pamekasan kebelakang ini perlu instens melakukan razia ke sejumlah tempat karoke dan rumah indekos," sarannya.

Aktivis GMNI ini juga membeberkan bahwa Satpol PP Pamekasan memiliki anggaran kurang lebih Rp 4 miliar dalam setahun untuk kegiatan operasi dan penertiban.

Ia meminta kepada Bupati Pamekasan untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja Satpol PP Pamekasan yang saat ini terkesan tebang pilih dalam meneggakan aturan.

"Jangan beraninya meneggakan aturan yang hanya milik usaha orang kecil saja. Tapi milik pengusaha kaya juga harus ditindak tegas apabila tidak sesuai aturan," kecamnya.

Dihubungi terpisah, Satpol PP Pamekasan, Kusairi mengaku memang ada temuan sebagian tempat karaoke yang masih buka beberapa hari lalu, namun sudah pihaknya tindak dan ditutup.

"Nanti malam kami akan cek lagi bila masih ada yang buka dan akan kami lakukan razia lagi," janjinya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved