Fakta Baru Terorisme Dibongkar BNPT, ada Fatwa yang Jadi Pemicu Lone Wolf Simpatisan
BNPT membongkar fakta baru terkait aksi terorisme yang belakangan ini menyerang Indonesia. BNPT juga menyinggung soal ISIS hingga jaringan Islam
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Aqwamit Torik
Kemudian, muncul lagi kelompok baru, Jamaah Ansharut Tauhid (JAT).
Dari JAT muncul firqah lain yaitu Jamaah Ansharusy Syariah (JAS) yang dipimpin putra Abu Bakar Ba'asyir; Abdul Rohim Baabul.
Tak berhenti di situ, kemudian muncul Jamaah Asharut Daulah (JAD), Jamaah Ansharut Khilafah (JAK), dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang juga ada di wilayah Indonesia Barat.
"Kesemua ini mendukung yang terafiliasi ke ISIS. Kecuali JAS," jelasnya.
Kesemuanya kelompok sempalan itu memiliki sebuah ideologi dan misi yang sama.
Yakni ingin mendirikan negara Islam berupa khilafah; takfiri.
Hanya saja dari segi metode atau strategi aksinya, berbeda.
Perbedaan antara JI dan JAD, menurut Nurwakhid, terletak pada metode dan strategi aksinya.
JI lebih terorganisir, sistematis terukur dan ideologis.
Sedangkan, JAD cenderung nekat, sporadis, dan tidak memiliki kriteria target yang pasti.
"Biasanya JI itu lebih smart. Kalau JAD, lebih nekat," katanya.
Proses infiltrasi kelompok teror tersebut sejatinya makin leluasa dengan adanya media sosial (medsos).
Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dilakukan tahun 2017, bahwa 4% penduduk Indonesia atau sekitar 10 Juta orang, siap berjihad menegakkan khilafah.
Nurwakhid mengatakan, kalau memang persentase tersebut adalah representasi nyata dari keanggotaan kelompok teror.
Betapa beratnya tugas Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror melakukan pengintaian.
