Berita Sumenep

Ketua Paguyuban Bentor Tanggapi Penyebab Kemacetan Penyebrangan Pelabuhan Talango-Kalianget Sumenep

Soal aturan para Bentor di pelabuhan itu katanya memang harus rapi dan dilarang berkebut-kebutan yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Aqwamit Torik
TribunMadura.com/Ali Hafidz Syahbana
Ketua Paguyuban Becak Motor (Bentor) Pelabuhan Talango, Edy saat memberikan penjelasan soal kemacetan di Pelabuhan Talango-Kalianget 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Ali Hafidz Syahbana

TRIBUNMADURA.COM, SUMENEP - Ketua Paguyuban Bentor Talango, Edyanto  menanggapi dan mengaku kurat tepat soal parkir Bentor dan sepeda motor lainnya yang kurang beraturan dan menjadi faktor antrean panjang di wilayah Pelabuhan Talango-Kalianget, Kabupaten Sumenep.

"Saya rasa itu kurang benar, coba kita fikir bersama di pelabuhan walaupun tidak ada rombongan para peziarah (wisata religi) kemacetan tetap ada," kata Edyanto pada TribunMadura.com, Kamis (13/1/2022).

Sebab kata pria asli warga Desa Talango ini mengatakan, paling lama para pelaku Bentor saat ada penumpang atau peziarah wisata religi paling lama hanya berkisar 10 menit saat menaikkan penumpang.

"Paling lama 10 menit menaikkan penumpang, kan tidak terlalu lama. Sedangkan kemacetan sendiri di pelabuhan itu kadang berjam-jam," tuturnya.

Ditanya para Bentor saling rebutan saat menikkan penumpang, sebenarnya kata dia, semua Bentor yang tergabung dalam paguyuban di pelabuhan Talango itu katanya ada aturannya.

Baca juga: Nahkoda Kapal Tongkang di Sumenep, Juga Keluhkan Kemacetan di Pelabuhan Talango-Kalianget yang Macet

Untuk mengambil penumpang terlebih dahulu itu Bentor paling barat.

"Tidak mungkin kita rebutan, tetap ikut dengan antrean yang ada. Paling ujung barat menaikkan penumpang duluan dan sampai ke arah paling timur dengan bergiliran.

Edyanto mengakui, soal aturan para Bentor di pelabuhan itu katanya memang harus rapi dan dilarang berkebut-kebutan yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan.

"Ia aturannya ada, harus rapi dan tidak boleh kebut-kebutan. Di jalan saja saat memuat penumpang ke Asta Sayyid Yusf tidak boleh saling menyalip," pungkasnya.

Bahkan dari paguyuban Bentor itu katanya, pada saat sudah terjadi kemacetan di wilayah pelabuhan membantu jalannya kemacetan yang terjadi agar berjalan normal.

"Becak itu harus ada di sebelah utara jalan," tegasnya.

Ditanya berapa jumlah Bentor yang tergabung dalam paguyuban bentor pelabuhan Talango tersebut, ia mengaku lumayan banyak.

Baca juga: Parkir Sembaranggan Jadi Biang Kemacetan di Pelabuhan Talango, Ini Kata Pengusaha Muda di Sumenep

"Keseluruhan itu lumayan banyak, tapi yang bekerja paling pada saat musim peziarah itu ada 60 an bentor. Soal ongkos penumoang bentor sekali berangkat 10 ribu, tapi kalau pulang pergi bayarnya 20 ribu dan bayar pada saat pulangnya saja," katanya.

Jika ada bentor yang nakal atau tidak mengikuti aturan di internal paguyuban itu akan mendapat teguran langsung, misal kebut-kebutan dan lainnya.

"Harap saya terutama pada semua anggota paguyuban, ikuti aturannya yang sudah ada dan dijadikan kesepakatan.salah satunya jangan menaikkan tarif yang sudah jadi kesepakatan paguyuban bagi penumpang peziarah ke Asta Yusuf. Satu jalan 10 ribu, kalau pp 20 ribu," harapnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved