Berita Surabaya
Basement Alun-Alun Surabaya Kembali Ditutup, Imbas Peningkatan Kasus Covid-19 di Kota Pahlawan
Pemkot Surabaya kembali menutup sejumlah tempat publik yang berpotensi memunculkan kerumunan.
Penulis: Bobby Koloway | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Kasus Covid-19 di Surabaya terus menunjukkan peningkatan dalam beberapa hari terakhir.
Pemkot Surabaya memutuskan kembali menutup sejumlah tempat publik yang berpotensi memunculkan kerumunan untuk mengantisipasi peningkatan kasus Covid-19 di Surabaya.
Beberapa tempat publik yang ditutup, yakni basement Alun-Alun Surabaya hingga pembatasan di sejumlah tempat wisata.
"Sejak 1 Februari lalu, Basement Alun-Alun Surabaya kami tutup," kata Kepala Dinas Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (DKKORP) Kota Surabaya, Wiwiek Widayati, Kamis (3/2/2022).
Hingga Kamis (3/2/2022), kasus Covid-19 di Surabaya mencapai 837 jiwa (data lawan Covid-19).
Melonjaknya kasus Covid-19 tersebut membuat Kota Pahlawan berpotensi kembali masuk PPKM Level 2.
Sekalipun demikian, Pemkot tetap berupaya menekan kasus demi tetap berputarnya roda ekonomi.
Baca juga: Dalam Sehari, Kasus Baru Covid-19 di Jatim Melonjak 1.394, Varian Omicron Juga Terus Meningkat
Untuk diketahui, ruang bawah tanah Alun-Alun Surabaya ini baru saja dibuka akhir tahun lalu.
Biasanya, tempat ikonik menyiapkan ajang pameran kesenian yang bisa dikunjungi saban hari secara gratis.
Meskipun area basement ditutup, lokasi Alun-alun luar masih bisa dikunjungi. Namun, tetap dengan pembatasan.
"Berdasarkan asesmen, area luar Alun-alun diperbolehkan menampung 500-600 pengunjung," tutur dia.
"Apakah lantas kami memperbolehkan sebanyak itu? Tidak. Kami pastikan jumlah pengunjungnya juga kurang dari itu," katanya.
Selain pengetatan area Alun-alun Surabaya, pihaknya juga mengantisipasi kepadatan di Jalan Tunjungan (Tunjungan Romansa). Sekalipun warga boleh berkunjung, namun tak ada kerumunan.
Pihaknya untuk sementara meniadakan pentas kesenian di kawasan ini.
Sebelumnya, saban hari ada pentas musik tradisional, akustik, hingga lawak yang bisa dinikmati pengunjung.
"Atraksi kami batasi. Sebab, kami berupaya mengurangi aktivitas yang menarik massa. Namun, UMKM nya tetap boleh jalan (berjualan)," katanya.
Selain pembatasan di sejumlah tempat wisata, area terbuka lainnya juga ditutup. Misalnya, taman hingga lokasi Cara Free Day (CFD).
"Taman hanya kami buka untuk edukasi saja pada Senin - Jumat," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Agus Hebi Djuniantoro dikonfirmasi terpisah.
"Sebab sekolah kan juga masih ada Pembelajaran Tatap Muka. Sedangkan untuk fungsi rekreasi, kami tiadakan," sambung dia.
Fungsi edukasi hanya diperuntukkan bagi sekolah, posyandu, dan sejumlah organisasi.
"Itupun maksimal nggak sampai 50 persen dari kapasitas. Misalnya, kalau sebuah taman bisa sampai 500 pengunjung, maka hanya kami perbolehkan 200 orang," katanya.
Selain itu, pihaknya juga meniadakan hari bebas kendaraan atau Car free day. Untuk diketahui, saat ini CFD digelar di Jalan Kertajaya dan Jalan Kembang Jepun setiap hari Minggu.
"Tujuan utama CFD sebenarnya untuk mengantisipasi polusi udara. Namun, ternyata lokasi CFD berpotensi menjadi tempat masyarakat kumpul-kumpul," katanya.
Sehingga, pihaknya memutuskan untuk meniadakan CFD sementara waktu.
"Kalau Omicron perkembangannya tidak terlalu signifikan, nanti kita buka lagi," katanya. (bob)
