Berita Bangkalan

Kisah Kapolsek Blega Bangkalan Rela Pertaruhkan Nyawa Demi Evakuasi Warga Terjebak Banjir

Derasnya arus, memaksa Syamsuri bersama sejumlah personilnya bertahan untuk memberikan bantuan menyeberangkan para pejalan kaki.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Aqwamit Torik
TribunMadura.com/Ahmad Faisol
Kapolsek Blega, Iptu Moh Syamsuri menggunakan perahu memasuki rumah untuk mengevakuasi sembilan warga terjebak banjir setinggi 2 meter di Dusun Kauman, Desa Blega, Sabtu (31/12/022). Proses evakuasi selesai hingga Minggu (1/1/2023) pukul 00.30 WIB 

Sementara langkah mereka semakin tersendat karena harus tertatih sambil mencari pegangan sebagai upaya menahan beban tubuh agar tidak terseret arus.

“Malam itu sekitar pukul 23.30 WIB, tangan saya menderita luka gores karena memegang keramik tajam di tepi tembok masjid. Kami akhirnya memutuskan lepas sepatu dan memilih berenang hingga sejauh sekitar 200 meter,” jelas Syamsuri.

Tak disangka beberapa saat menjelang momen pergantian tahun, Allah mengirimkan sebuah perahu yang terlepas dari tambatannya.

Perahu itu ditemukan oleh tim evakuasi dalam posisi mengambang, terbawa arus sekitar 75 meter sebelum lokasi tujuan evakuasi.  

“Evakuasi berakhir sekitar pukul 00.30 WIB atau Minggu dini hari. Kami menjangkau rumah pertama, berisikan 4 orang dan rumah kedua berisikan 5 orang. Kedua rumah itu berdekatan, ketika kami masuk di setiap rumah, mereka kami temukan dalam posisi berkumpul,” paparnya dengan suara sedikit demam.

Sejumlah 4 orang di rumah pertama itu yakni, Erfin (50) beserta isteri, Hasanah (49), kedua anaknya; Farah (22), dan Dinda (13). Sedangkan di rumah kedua ditempati mertua dari Erfin, yakni Nurhayati (69), pasutri Fauzi (45) dan Mutmainnah (39), beserta kedua anaknya; Arif (18), dan Nia (12). Mereka akhirnya berhasil dievakuasi ke Masjid Jami’ Blega dengan menggunakan sebuah perahu yang dinahkodai Syamsuri.

“Jujur saya takut. Karena  jaringan listrik di sepanjang jalan yang kami lalui kondisinya tidak mati. Tapi saya dan tim yakin, sembilan warga yang terjebak banjir lebih takut. Itulah yang membulatkan tekad kami untuk terus melangkah,” pungkas Syamsuri.

Apa yang ada di benak Syamsuri dan tim memang benar.

Erfin mengaku sudah pasrah atas situasi dan kondisi banjir yang menggenangi hampir separuh bangunan rumahnya. Selama menunggu tim evakuasi datang, ia harus berdiri di atas kursi di dalam dapur.

“Saya pasrah saat menunggu pertolongan, kaki sudah bertumpu di atas kursi. Saat itu posisi air sedikit di atas pinggang. Tapi di kamar, kondisi air lebih tinggi. Kalau tidak naik kursi, tubuh tidak kuat menahan derasnya arus bawah,” kenang Erfin ketika dihubungi Tribun Madura.  

Ia menceritakan, air banjir mulai memasuki area Kampung Kauman pada Sabtu (31/12/2022) sekitar pukul 13.00 WIB.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, ia beserta beberapa warga Kampung Kauman lainnya tidak menduga banjir akan menerjang hingga begitu besar.

Ketika menjelang waktu Maghrib, lanjut pria asal Kelurahan Pejagan, Kota Bangkalan itu, air mulai menggenangi hingga setinggi pusar orang dewasa.

Namun kondisi itu masih direspon Erfin dengan melakukan bersih-bersih.

Termasuk beberapa memindahkan posisi televisi hingga berulang kali memberikan pemberat pada lemari es meski gagal karena tetap mengambang. Semua perabotan rumah tangganya hancur ditelan banjir. Ia pun mulai gusar ketika waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB, di mana banjir mulai setinggi dadanya.   

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved