Budaya Madura

Baju Pesaan atau Baju Sakera, Pakaian Adat Khas Madura, Simbol Menghargai Kebebasan

Mengenal pakaian Adat Madura Pesaan yang menjadi inspirasi Miss Grand Internasional 2021.

Editor: Ficca Ayu
TribunMadura.com/Ahmad Faisol
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bangkalan, Moh Hasan Faisol (kedua kiri) dalam sebuah kesempatan bersama Bupati Bangkalan, R Abdul Latif Amin Imron (kanan) mengenakan ‘Pesa’an’ didampingi istri, Ny Zaenab Zuraidah Latif mengenakan ‘Marlena’ khas pakaian tradisional Madura. 

TRIBUNMADURA.COM - Baju Pesaan merupakan baju yang menjadi simbol khas Madura.

Pakaian ini kerap disebut sebagai baju Sakera.

Mahfud MD juga pernah menggunakan baju Sakera tersebut.

Mengenal Pakaian Adat Madura Pesaan yang menjadi inspirasi Miss Grand Internasional 2021.

Pada artikel kali ini kita akan mencoba mengulas tentang baju adat Madura Pesaan.

Baca juga: Bubur Madura Rasanya Manis dan Gurih, Cocok Jadi Sajian Sarapan Lengkap yang Menggugah Selera

Kostum sate ayam Madura menjadi menjadi perhatian publik saat dibawakan oleh Aurra Kharishma, perwakilan Indonesia pada ajang Miss Grand International 2021.

Kostum yang dikenakan Aurra saat National Costume Competition menggambarkan budaya kuliner Madura.

Di bagian rok tampak seperti tempat pemanggang sate, lengkap dengan hiasan tusuk sate dan karet terlihat menonjol di bagian belakang.

Aurra Kharishma juga mengenakan kaus bergaris merah dan putih yang merupakan pakaian adat pria Madura.

Iya. Pakaian adat pria madura disebut baju pesa'an yang sering dipakai oleh tukang sate.

Pesa'an juga sering disebut dengan baju Sakera seorang jawara dari Madura yang dikenal berani melawan penjajah Belanda.

Baca juga: Unik, Emak-emak Jamaah Haji Makassar Pakai Baju 15 Lapis hingga Borong Emas Ratusan Juta di Mekkah

Simbol kebebasan

Baju Pesaan laki-laki Madura adalah kaus warna belang merah-putih atau merah hitam yang dipadankan dengan celana hitam longgar sepanjang antara lutut dan mata kaki.

Baju Pesaan dilengkapi dengan penutup kepala berbahan dasar kain yang disebut odheng serta sabuk katemang dan sarung kotak-kotak.

Termasuk juga trompa atau alas kaki serta senjata tradisional Madura yakni celurit.

Baju yang longgar adalah simbol jika masyarakat Madura menghargai sebuah kebebasan. Sedangkan kaus belang menandakan orang Madura pemberani, tegas dan memiliki mental pejuang.

Sedangkan odheng penutup kepala menunjukkan semakin tegak kelopaknya maka semakin tinggi derajat kebangsawananya.

Untuk aksesoris yang digunakan tergantung status sosial mereka di masyarakat. Semakin banyak aksesoris yang diguanakan, maka akan semakin tinggi tingkat kebangsawanannya.

Baca juga: Jadwal Madura United Pekan 8 vs Persija Minggu, 13 Agustus 2023 Pukul 19.00 WIB di SGMRP

Pernah digunakan oleh Mahfud MD

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengikuti upacara perayaan kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia di Istana mengenakan baju Sakera.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengikuti upacara perayaan kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia di Istana mengenakan baju Sakera. (Humas Kemenko Polhukam)

Pakaian sakera pernah pernah dikenakan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD saat upacara pengibaran bendera 17 Agustus 2020.

Dalam akun Instagramnya, Mahfud mengungkapkan rasa bangganya menggunakan baju Sakera.

“Indonesia bersatu dalam keberagaman. Kali ini dengan bangga saya memakai baju tradisional Madura saat mengikuti upacara virtual perayaan Kemerdekaan melalui video conference dari Kantor,” tulis Mahfud dalam unggahan di Instagramnya seperti dikutip Kompas.com, Senin (17/8/2020).

“Baju hitam longgar atau pesa’an dan celana hitam longgar atau gomboran,” tulisnya lagi.

Warna hitam disebut melambangkan sikap gagah dan pantang menyerah.

“Ini merupakan sifat kerja khas dari rakyat Madura. Sedangkan bajunya yang serba longgar melambangkan kebebasan dan keterbukaan orang Madura,” tulis Mahfud lagi.

“Selain itu, bentuk baju yang sederhana melambangkan kesederhanaan,” imbuhnya.

Untuk bagian dalam pakaian yakni, kaos motif garis merah putih melambangkan sikap tegas dan semangat juang tinggi orang Madura dalam menghadapi segala hal.

Ia juga menjelaskan makna ikat kepala kain atau yang biasa disebut Odheng yang juga ia kenakan.

“Ujung simpul berbentuk huruf alif, penanda keesaan tuhan, menunjukkan ketaatan masyarakat Madura sebagai pemeluk Islam,” tulis Mahfud lagi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Baca Berita Madura lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved