Berita Jombang

Cerita Guru di Jombang Tempuh Jalur Curam Demi Mengajar Siswa Pedalaman

Di zaman modern yang serba canggih saat ini, ternyata masih menyisakan kisah perjuangan keras para guru untuk mendidik peserta didiknya.

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Januar
TribunMadura/ Anggit Pujie Widodo
Guru di SDN Pojok Klitih II Jombang saat Mengajar Para Murid yang Jumlahnya tidak Sampai Puluhan 

Laporan wartawan Surya Anggit Pujie Widodo

TRIBUNMADURA.COM JOMBANG - Di zaman modern yang serba canggih saat ini, ternyata masih menyisakan kisah perjuangan keras para guru untuk mendidik peserta didiknya.

Hal itu tercermin dari dua guru yang mengajar di daerah pelosok Kabupaten Jombang ini.

Kurang meratanya fasilitas umum di Kabupaten Jombang membuat para guru ini harus mengeluarkan tenaga ekstra hanya untuk sampai di sekolah tempatnya mengajar.

Seperti akses jalan menuju SDN Pojok Klitih II yang berada di Dusun Rapah Omboh, Desa Klitih, Kecamatan Plandaan, Jombang. Akses jalan menuju SDN Pojok Klitih ini cenderung ekstrem. Jarak tempuh yang harus dilalui untuk sampai di lokasi pun memakan waktu sekitar satu jam lebih.

Kondisi jalan sama sekali belum merata, menjadi kendala bagi masyarakat sekitar maupun para guru yang mengajar. Padahal, jalan ini menjadi akses utama warga sekitar untuk beraktivitas. Kondisi jalan masih dipenuhi bebatuan kecil, besar bahkan pasir.

Untuk menuju lokasi SDN Pojok Klitih ini harus melewati jalan berliku, sepanjang jalan bagian kanan dan kiri hanya ada hutan. Ditambah kondisi jalan yang masih bebatuan dan pasir membuat perjalanan menuju SDN tersebut cukup memakan waktu lama.

Salah satu guru sekaligus Kepala Sekolah (Kepsek) SDN Pojok Klitih II, Karmun (50) adalah sosok yang setiap harinya harus menempuh jalan berliku dan memakan waktu berjam-jam untuk sampai ke sekolah tempatnya mengajar.

Karmun mengaku sudah terbiasa dengan hal tersebut, bahkan jika kondisi hujan sekalipun ia tetap semangat untuk berangkat ke sekolah.

"Kondisi jalan disini memang sudah sejak dulu seperti itu. Bahkan jarak tempuh dari rumah saya yang berada di Kecamatan Plandaan, ke sekolah kalau cuaca kemarau bisa cepat, sekitar satu jam,” ucapnya saat dikonfirmasi melalui sambungan seluler ada Senin (4/11/2024).

Jika musim kemarau, kondisi jalan cenderung kering dan lebih memudahnya untuk cepat ke sekolah. Meskipun, jalan tetap berbatu dan sama sekali tidak merata. Namun berbeda jika sudah masuk musim penghujan.

Karmun menjelaskan, jika masuk musim hujan, kondisi jalan menjadi basah dan berlumpur. Hal tersebut bisa terjadi karena sebagian besar jalan di lokasi tersebut masih didominasi oleh pasir dan bebatuan.

Ia menuturkan, jika saat musim hujan, ditambah kondisi jalan yang berlumpur dan licin membuat jarak tempuh ke sekolah menjadi lebih lama bahkan hampir 2 jam lebih.

"Kalau hujan, jalan menjadi lebih ekstrem, karena jalannya jadi licin. Kalau pakai motor dengan ban biasa pasti akan jatuh terus. Karena itu mengantisipasinya dengan menggunakan ban motor drill," ujarnya.

Mengajar Total Hanya 16 Siswa

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved